11. Pulang

291 67 11
                                    

Haii gaes!!!

Hampir aja aku lupa hehe

Oke langsung aja tanpa membuang waktu lagi. Silahkan dibaca~~





Dimas dan Roni kembali ke kantor polisi. Sampai disana ada Bayu dan juga pak Anton yang sedang menunggu mereka. Wajah mereka terlihat tegang. Apa yang terjadi?

"Ada apa pak?" Tanya Roni saat mereka berdua sampai dihadapan Bayu dan pak Anton.

"Pak Ketua memanggil Dimas ke ruangannya." Ucap pak Anton terlihat khawatir. Bayu juga berekspresi seperti itu.

"Saya? Kenapa?" Tanya Dimas bingung.

"Nggak tau pak. Pokoknya setelah kalian pergi pak ketua sendiri menghampiri kami. Dia mencari pak Dimas." Ucap Bayu. "Bapak nggak langsung dipecat kan setelah identitas bapak terbongkar?"

"Hush! Kau apaan sih Bayu. Bicara itu yang benar sedikit kenapa." Ucap Roni. Dia menepuk kuat lengan Bayu.

"Habis saya takut pak." Ucap Bayu takut-takut.

Roni pun menatap Dimas. "Udah sana. Mungkin ada yang ingin dibicarakan dengan pak Ketua." Dimas mengangguk paham. Dia pun segera melangkah menuju ruangan ketua polisi di kantor mereka itu.

Dengan hati-hati Dimas mengetuk pintu ruangan itu. Dimas membuka pintu itu setelah mendengar sahutan dari dalam. Dia melihat pak Ketua sedang berbicara dengan seseorang yang kini membelakanginya.

"Bapak memanggil saya." Ucap Dimas sopan. Pak Ketua pun menatap Dimas dan langsung berdiri.

"Oh Dimas. Mari-mari duduk sini." Beliau menunjuk sofa dihadapannya. Dimas langsung saja berjalan mendekat lalu pergi kesofa yang ditunjuk pak Ketua.

Betapa terkejutnya Dimas melihat orang itu. Orang yang sangat dikenalnya. "A-ayah?" Ucapnya tak percaya.

"Dimas. Kenapa kau tidak memberitahu kalau ayahmu pak presdir?" Dimas pun menatap atasannya.

"Jadi bapak?"

"Iya. Berita itu sudah saya baca. Seluruh petugas disini sudah mengetahuinya. Dan juga tunanganmu yang cantik itu." Astaga kenapa jadi begini? Dimas pun mendudukkan dirinya disofa itu.

"Maaf pak, tapi itu memang pacar saya, tapi kami belum bertunangan." Jelas Dimas.

Ayah Dimas menatap atasan Dimas itu seperti memberi kode. "Ah baiklah. Mungkin kalian perlu bicara. Saya keluar dulu." Pak Ketua pun akhirnya keluar dari ruangan itu membiarkan ayah dan anak itu berdua disana.

Dimas diam saja menatap kebawah. Dia tidak tahu mau bicara apa pada ayahnya itu. Dia juga merasa kemarin itu dia sudah kelewatan dengan ayahnya.

"Seharusnya kau tau kalau berpacaran dengannya sangat beresiko." Ayah Dimas meraih cangkir tehnya lalu menyeruputnya dengan santai.

Dimas menatap ayahnya yang terlihat santai itu. "Kan ini yang ayah mau."

"Aku memang menyuruhmu dekat dengan gadis. Tapi bertujuan untuk menikahinya. Bukan sekedar bermain-main berpacaran dengan seoranag artis." Ini yang Dimas tidak suka dari ayahnya. Kemauannya selalu tidak bisa ditebak. Membuat emosinya meluap-luap.

"Kau... kalau memang tidak ingin menikahinya atau dia tidak ingin segera menikah. Lebih baik kau putuskan saja dia." Ucapan ayahnya terdengar seperti perintah. Tapi itu tidak membuat Dimas akan menurutinya.

"Tidak. Aku tidak akan putus dengannya."

☆☆☆☆

Nadya kini tengah memilih baju yang cocok untuk dipakainya nanti saat bertemu orang tua Dimas. Nina juga sekarang masih nongkrong di rumah Nadya. Dia sedang memainkan ponselnya di sofa kamar Nadya.

My Arrogant Queen ✔ | Takdir Mempertemukan Kita | [Wonsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang