Ch 6

2.4K 342 260
                                    

Disclaimer: Don't like Don't Read, semua milik orang tua masing masing saya di sini hanya meminjam nama.

Jadi bagi yang tidak suka mohon menjauh, ide cerita ini begitu aneh dan sesuka hati author. Dan hal ini murni Imajinasi ya. Kita bebas berimajinasikan jadi bagi kalian sudah di peringatkan jangan salahkan authornya ya.

Ada beberapa adegan yang tidak pantas, di dalamnya jika di baca anak di bawah umur, jadi aku harap kalian jangan nyalahin aku ya. Dari awal udah di peringati.

Cerita ini aku buat sebagai sequel dari Bullying.

Summary : Roda kehidupan mulai kembali berputar, ada saat nya hidup di atas maupun di bawah tergantung pada takdir yang akan membawamu kemana.

Begitu juga langkah kedua anak kembar itu, ikatan darah tidak akan pernah bisa menghapus semuanya. Bahkan jarak pun akan menghilang begitu Tuhan telah kembali ikut bermain. Sejauh apapun semuanya menolak, tidak akan ada seorang manusia pun bisa menghalangi apa yang di sebut dengan TAKDIR.

.
.
.
.
.
..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Klik...

Suara pintu yang terbuka membuat Haruto dan Eunseo menoleh, matanya menatap bingung ke arah Jeongwoo yang saat ini menggendong Rowon. Anak itu tengah menangis sampai sesenggukan, tentu saja hal itu membuat Haruto panik sendiri.

"Rowon kenapa?"tanya Haruto langsung beranjak turun dan merebut Rowon dari pelukan Jeongwoo. Sedangkan yang di tanya cuman bisa diem gak tau mau ngomong kaya gimana buat ngejelasin kejadian tadi.

"Hiks.. sakit bundaaa."tangis Rowon makin kenceng aja, dan Haruto bisa ngeliat sendiri anak lelaki nya itu memegang pipi kanan nya.

Secara perlahan Haruto menyingkirkan tangan kecil Rowon untuk melihat pipi memerah bekas tamparan orang dewasa, kali ini tenggorokan Haruto tercekat dia menatap Jeongwoo tidak menyangka.

Plak...

"Kalo lo gak mau jagain dia gak perlu mukul anak gue."bentak Haruto kasar dan bahkan menampar pipi Jeongwoo keras, tapi yang di tampar cuman ngebiarin hal itu gak ngebales sedikitpun.

"Salah gue apa sih sama lo? Hiks.. lo boleh nyakitin gue tapi jangan Rowon."isak Haruto semakin mendekap Rowon erat dan mencium puncak kepala putra nya itu berkali kali.

"Maafin gue."ucap Jeongwoo pelan nyaris tidak terdengar malahan.

Sedangkan Eunseo yang melihat itu hanya menatap tidak mengerti dan mengerutkan kening nya, dia baru saja akan memanggil sang bunda sebelum Rowon menggerakkan tangan nya membentuk kode.

"Hiks... huaaaa bundaaaa."cuman butuh dua detik untuk Eunseo paham maksud kakak nya, jadi dia dengan segera menangis sekeras yang dia bisa seolah olah orang terdekat nya meninggal.

"E- Eunseo kenapa sayang mana yang sakit."panik Haruto dengan air mata yang terus mengalir dia benar benar kebingungan sekarang.

"Jangan megang anak gue."bentak Haruto marah meski sambil menangis dia menepis tangan Jeongwoo kasar, tidak ingin anak nya di sakiti lagi.

"Demi tuhan gue gak bakal nyakitin dia, lo jangan egois dua anak itu lagi nangis sekarang."ucap Jeongwoo dingin sambil menatap tajam Haruto.

Tentu saja hal itu mampu membuat Haruto terdiam dia paling tidak bisa di tatap Jeongwoo dengan begitu dingin, jadi yang bisa di lakukan nya hanya menangis sampai Jeongwoo menghembuskan nafas kasar.

Kemudian beralih membawa Eunseo ke dalam pelukan nya, berbagai macam kata penenang Jeongwoo bisikan pada bocah perempuan itu hingga bisa terdiam.

"Lo udah sembuh kan?"tanya Jeongwoo setelah kedua anak itu berhenti menangis dan hanya sesenggukan.

Twin Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang