Ch 15.

2.1K 303 81
                                    

Disclaimer: Don't like Don't Read, semua milik orang tua masing masing saya di sini hanya meminjam nama.

Jadi bagi yang tidak suka mohon menjauh, ide cerita ini begitu aneh dan sesuka hati author. Dan hal ini murni Imajinasi ya. Kita bebas berimajinasikan jadi bagi kalian sudah di peringatkan jangan salahkan authornya ya.

Ada beberapa adegan yang tidak pantas, di dalamnya jika di baca anak di bawah umur, jadi aku harap kalian jangan nyalahin aku ya. Dari awal udah di peringati.

Cerita ini aku buat sebagai sequel dari Bullying.

Summary : Roda kehidupan mulai kembali berputar, ada saat nya hidup di atas maupun di bawah tergantung pada takdir yang akan membawamu kemana.

Begitu juga langkah kedua anak kembar itu, ikatan darah tidak akan pernah bisa menghapus semuanya. Bahkan jarak pun akan menghilang begitu Tuhan telah kembali ikut bermain. Sejauh apapun semuanya menolak, tidak akan ada seorang manusia pun bisa menghalangi apa yang di sebut dengan TAKDIR.

.
.
.
.
.
..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Entah kenapa semuanya berjalan sangat lancar, terutama karena Eunseo dan Rowon yang meminta langsung pada Grandpa mereka untuk membantu. Mengetahui secara rinci atas rencana itu Jiwon segera mengusahakan segala cara agar Jisung keluar dari Laboratorium.

Untuk membantu kedua cicit berbakat nya, dia bahkan sampai membuka gerbang kediaman utama keluarga Park pada orang lain. Mengingat satu satunya tempat luas juga rahasia yang mampu menyembunyikan segala nya, kebetulan bisa di sediakan keluarga Park.

Asahi tiba bersama dengan Yoshi, kakak nya terlihat tenang sepanjang perjalanan karena memang pernah tinggal di kediaman keluarga Park lumayan lama. Sehingga dia bisa cukup santai, berbeda dengan Asahi yang baru pertama kali menginjakkan kaki nya di sini.

Hal itu juga berlaku pada Jaemin, Taeyong, dan Jinyoung meski terlihat biasa saja mereka masih tetap waspada. Hal itu di butuhkan untuk menjaga hal yang kemungkinan berada di luar rencana dan adanya pengkhianatan.

Saat ini semua orang mulai berkumpul di sebuah lapangan luas, untuk membuat rencana ini berjalan dengan sukses meski hanya sebuah latihan. Keluarga Park benar benar berhasil mengundang atau lebih tepatnya mengancam seorang tetua keluarga Huang yang telah berkhianat.

Untuk membuat segel yang lumayan mirip dengan segel utama di kediaman keluarga Huang, sayang nya satu orang tidak akan bisa melakukan semua hal itu sekaligus. Selain karena pembuatan nya rumit di butuhkan proses panjang, dan tidak boleh ada kesalahan sama sekali.

"Bisakah anda menggambar semuanya? "Tanya Eunseo dengan nada tanpa intonasi berarti.

Tetua pengkhianat itu melihat ke arah Eunseo dengan heran, kenapa untuk sebuah rencana besar seperti ini mereka melibatkan anak kecil. Tapi dia langsung meringis kesakitan begitu Jiwon menendang kaki nya agar berlutut dan secara otomatis  mensejajarkan diri dengan Eunseo.

"Jawab pertanyaan nya."ucap Jiwon dengan nada dingin penuh intimidasi, dia bahkan tidak akan perduli dengan semua rencana ini jika tetua pengkhianat itu berani meremehkan cicit nya.

"Aku bisa menggambar semuanya, tapi tenaga dalam ku tidak akan pernah cukup."ucap sang Tetua jujur.

"Kakek bisakah tetua kita menyalurkan tenaga dalam padanya?"tanya Eunseo pelan dengan mata polos dan berbinar layaknya anak kecil.

Jiwon menatap heran pada Eunseo masih belum paham maksud nya, sebelum dengan tenang Rowon menjelaskan maksud dari saudari kembarnya itu.

"Tenaga dalam kakek ini tidak akan cukup jika membuat segel hanya dengan kemampuan nya sendiri, sehingga jelas membutuhkan tetua keluarga Park untuk membantu lewat saluran tenaga dalam."jelas Rowon.

Twin Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang