Ch 23.

2.6K 226 113
                                    

Disclaimer: Don't like Don't Read, semua milik orang tua masing masing saya di sini hanya meminjam nama.

Jadi bagi yang tidak suka mohon menjauh, ide cerita ini begitu aneh dan sesuka hati author. Dan hal ini murni Imajinasi ya. Kita bebas berimajinasikan jadi bagi kalian sudah di peringatkan jangan salahkan authornya ya.

Ada beberapa adegan yang tidak pantas, di dalamnya jika di baca anak di bawah umur, jadi aku harap kalian jangan nyalahin aku ya. Dari awal udah di peringati.

Cerita ini aku buat sebagai sequel dari Bullying.

Summary : Roda kehidupan mulai kembali berputar, ada saat nya hidup di atas maupun di bawah tergantung pada takdir yang akan membawamu kemana.

Begitu juga langkah kedua anak kembar itu, ikatan darah tidak akan pernah bisa menghapus semuanya. Bahkan jarak pun akan menghilang begitu Tuhan telah kembali ikut bermain. Sejauh apapun semuanya menolak, tidak akan ada seorang manusia pun bisa menghalangi apa yang di sebut dengan TAKDIR.

Tambahan cast baru biar gak lupa ya.

1. Doyoung- Yedam =Park Areum ( gadis) 8 tahun
2. Yoshi - Junghwan = Park Hiro (laki laki) 8 tahun
3. Jaehyuk - Asahi = Hamada Kenzi ( laki laki) 8 tahun
4. Jeongwoo - Nayaka = Danur Bagaswara ( laki laki) 9 tahun
5. Jisung -Irene = Hamada Arui (laki laki) 7 tahun
6. Jihoon - Hyunsuk = Park Jihyun( laki laki) 12 tahun, Park Hyunji 9 tahun
8. Hanbin - Jinan = Watanabe Rubby ( gadis) 12 tahun

.
.
.
.
.
..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Baiklah kepala Rowon terasa sangat sakit sekarang akibat bocah kecil berumur 7 tahun yang tidak mau lepas sama sekali dari nya, berbagai macam bujukan Jisung atau bahkan Irene tidak juga membuat Arui ingin pergi. Sifat keras kepala keluarga Hamads seperti nya menurun dengan sangat baik pada anak itu.

Ya sang paman Park Jisung telah menceritakan semua hal yang dia alami pada Rowon secara detail, termasuk kenapa putra kecil nya itu sekarang menyandang marga Hamada bukan Park. Dan Rowon jelas mengerti dia tidak akan memaksa sesuatu yang bukan tempat nya, bahkan meski menjadi pewaris sekalipun.

"Bocah itu 100 persen foto copy an keluarga Hamada, sangat menyebalkan sial sekali kau kak tidak bisa lepas dari nya."ejek Eunseo tertawa keras sambil duduk di depan sang kakak yang kini memangku Airi.

"Berhenti mengejekku, aku sudah cukup kesal untuk mempertahankan anak ini di sini."ucap Rowon menghela nafas lelah, kepalanya lumayan berdenyut sakit saat harus menjelaskan pada beberapa orang tentang hal ini.

"Kalo gitu kita keluar aja yuk kak, aku pengen jalan bareng kakak. Ajak Arui sekalian, hei bocah kau mau ikut kita pergi kan."ucap Eunseo yang saat ini menusuk pipi tirus Arui.

"Berhenti menusuk pipiku, dasar kekanak kanakan."ucap Arui datar dan menepis keras tangan Eunseo sampai sang empunya terkekeh pelan.

"Kau lucu sekali sih bocah."timpal Eunseo lumayan merasa terhibur akan tingkah sok dewasa dari Arui, bocah kecil itu ternyata sangat angkuh.

"Jangan mengganggu nya, jika dia menangis aku tidak mau ikut campur."ucap Rowon bosan, kemudian lekas berdiri sambil menggendong Arui untuk pergi ke luar sesuai permintaan dari Eunseo.

Rasanya pasti tidak akan terlalu buruk kan, pergi bersama adik perempuan juga bocah berusia 7 tahun di dalam gendongan nya. Itu mungkin pemikiran awal Rowon, tapi ternyata amat sangat salah dia sungguh menyesal berada di tengah dua orang yang kini berdebat di depan umum seperti ini.

"Wahh.. lihat, anak yang udah di skors masih bisa dengan santai jalan jalan bareng pacar nya. Kalo gue jadi dia sih pasti bakal malu."ejek Airani sinis bersama 3 orang teman nya yang lain, menatap remeh ke arah Eunseo juga Rowon.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Twin Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang