Ch 20.

2.2K 299 67
                                    

Disclaimer: Don't like Don't Read, semua milik orang tua masing masing saya di sini hanya meminjam nama.

Jadi bagi yang tidak suka mohon menjauh, ide cerita ini begitu aneh dan sesuka hati author. Dan hal ini murni Imajinasi ya. Kita bebas berimajinasikan jadi bagi kalian sudah di peringatkan jangan salahkan authornya ya.

Ada beberapa adegan yang tidak pantas, di dalamnya jika di baca anak di bawah umur, jadi aku harap kalian jangan nyalahin aku ya. Dari awal udah di peringati.

Cerita ini aku buat sebagai sequel dari Bullying.

Summary : Roda kehidupan mulai kembali berputar, ada saat nya hidup di atas maupun di bawah tergantung pada takdir yang akan membawamu kemana.

Begitu juga langkah kedua anak kembar itu, ikatan darah tidak akan pernah bisa menghapus semuanya. Bahkan jarak pun akan menghilang begitu Tuhan telah kembali ikut bermain. Sejauh apapun semuanya menolak, tidak akan ada seorang manusia pun bisa menghalangi apa yang di sebut dengan TAKDIR.

.
.
.
.
.
..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Suara tangisan Haruto terdengar sangat keras, dia terus memberontak di pelukan Jeongwoo dengan kuat menolak segala macam perkataan menenangkan dari pemuda yang menjadi pusat hidupnya.

"Kembaliin Rowon kamu gak bisa ngambil keputusan sendiri tanpa ngelibatin aku."tangis Haruto dengan suara serak, meskipun begitu tenaga nya tidak cukup untuk membuat Jeongwoo melepaskan pelukan nya.

"Gue juga gak mau milih keputusan kaya gini kalo gak terpaksa, Ru hei liat gue sekarang."ucap Jeongwoo frustasi dan bahkan nahan muka Haruto biar ngeliat ke arah dia barang sebentar aja.

"Hiks... kenapa kamu misahin aku dari Rowon, Jewu kenapa kamu setega ini."ucap Haruto dengan tangis yang tidak bisa dia tahan, kilat kecewa terlihat jelas di mata nya yang terlihat basah oleh air mata.

"Ru gue harus gimana saat si kembar sendiri yang milih jalan nya, mereka udah terikat sama sumpah darah di batu leluhur keluarga Park buat jadi pewaris. Kalo gue dengan paksa bawa Rowon kesini tinggal bareng kita, itu sama aja gue tega ngebunuh dia."jelas Jeongwoo dengan penuh kehati hatian agar Haruto bisa mengerti.

"Terus kenapa kita gak tinggal di sana juga? Kenapa kamu harus misahin Rowon sama Eunseo, Jewu keduanya itu anak kembar bahkan sebelum mereka kenal ayah sama bunda nya yang selalu ada di samping mereka cuma kembaran nya sendiri."ucap Haruto tidak mengerti.

"Eunseo itu sama kaya gue, Ru inti tenaga dalam dia rusak dan lo tau hal itu kan? Kalo Eunseo sedikit aja nyoba apa yang di pelajari Rowon kemungkinan buat dia hidup bakal gak ada. Kalo kaya gitu lo mau?"ucap Jeongwoo dengan sangat sabar juga lembut, dia tidak sedikitpun marah terhadap Haruto yang sejak tadi tidak mengerti maksudnya.

"Gak ada cara lainkah?"tanya Haruto lirih dan mulai nangis sambil nundukin kepala dia, rasa sakit Eunseo dan Rowon bahkan telah bisa dia bayangkan sekarang.

"Maaf tapi gak ada."jawab Jeongwoo dengan rasa bersalah yang besar, karena dia kedua anak nya harus mengalami penderitaan sebesar ini.

"Kalo kita di sini nenangin Eunseo, gimana sama Rowon di sana? Siapa yang bakal nenangin dia Jewu?"pertanyaan bruntun di ajukan Haruto saat dia teringat jika tidak ada di antara mereka yang berada di sisi putranya.

"Gue bakal balik lagi kesana sampe Eunseo sadar, biar lo gak harus kerepotan ngasih dia pemahaman."jawab Jeongwoo pelan dan mulai menghapus air mata Haruto lembut.

"Rasanya pasti sakit."ucap Haruto makin sedih memikirkan keadaan si kembar.

"Kita harus bisa jadi tumpuan mereka, lagipula Eunseo sama Rowon masih bisa selalu ketemu. Gue gak bakal misahin mereka selamanya kok."timpal Jeongwoo untuk sedikit menenangkan Haruto yang terlihat sangat sedih.

Twin Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang