Ch 19.

2.1K 301 100
                                    

Disclaimer: Don't like Don't Read, semua milik orang tua masing masing saya di sini hanya meminjam nama.

Jadi bagi yang tidak suka mohon menjauh, ide cerita ini begitu aneh dan sesuka hati author. Dan hal ini murni Imajinasi ya. Kita bebas berimajinasikan jadi bagi kalian sudah di peringatkan jangan salahkan authornya ya.

Ada beberapa adegan yang tidak pantas, di dalamnya jika di baca anak di bawah umur, jadi aku harap kalian jangan nyalahin aku ya. Dari awal udah di peringati.

Cerita ini aku buat sebagai sequel dari Bullying.

Summary : Roda kehidupan mulai kembali berputar, ada saat nya hidup di atas maupun di bawah tergantung pada takdir yang akan membawamu kemana.

Begitu juga langkah kedua anak kembar itu, ikatan darah tidak akan pernah bisa menghapus semuanya. Bahkan jarak pun akan menghilang begitu Tuhan telah kembali ikut bermain. Sejauh apapun semuanya menolak, tidak akan ada seorang manusia pun bisa menghalangi apa yang di sebut dengan TAKDIR.

.
.
.
.
.
..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Akhirnya semua masalah tentang keluarga Huang berakhir, kekalahan telak di terima mereka. Tapi meski begitu keluarga Hamda tidak melakukan hal apapun untuk memanfaatkan keadaan, mengingat mereka terlalu di sibuk kan oleh keadaan kritis yang di alami Irene sang pewaris keluarga.

Luka yang dia terima sangat parah meski begitu beruntung Jeongwoo masih memiliki hati sehingga menyumbat pendarahan yang di alami, karena jika tidak maka hal itu akan sangat berbahaya terlebih setelah sampai di otak. Kemungkinan hidup akan jauh lebih kecil, dan banyak sebab lain kenapa keluarga Hamada tidak membalas perbuatan Jeongwoo.

Titik masalah kali ini justru berada di Nayaka yang tengah hamil, gadis itu terpaksa Jeongwoo bawa menuju kediaman keluarga Park atas perintah sang kakek setidaknya sampai salah satu cucu nya lahir. Ingin membantah pun Jeongwoo juga tidak bisa mengingat sang mama Park Rose juga mewanti agar Jeongwoo tidak melakukan hal apapun.

Begitu sampai Jeongwoo tidak langsung beristirahat dia membawa Eunseo untuk menemui sang kakek, Sedangkan Haruto juga Rowon segera di tangani tenaga medis keluarga. Ada yang ingin Jeongwoo ketahui untuk perjanjian apa yang telah di lakukan si kembar.

"Kakek."panggil Jeongwoo tanpa mengetuk pintu sedikitpun dan langsung saja masuk ke ruang kerja kepala keluarga Park itu, Dia tau jika hal ini tidak sopan tapi mau bagaimana lagi saat semuanya telah menjadi kebiasaan.

Lagipula kakek nya tidak pernah sekalipun marah meski Jeongwoo seringkali bersikap seenaknya, mungkin karena dia cucu paling di sayang sehingga banyak di berikan ke bebasan baik dalam expresi atau bahkan tindakan seperti ini.

"Kau terlihat buru buru sekali, duduk lah terlebih dulu mari kita mengobrol."ucap Jiwon tenang sambil berdiri dari kursi nya setelah menaruh segala macam berkas penting di atas meja, untuk kemudian duduk di bagian sofa dan mengisyaratkan Jeongwoo untuk ikut.

"Kakek tidak perlu berbasa basi aku ingin tau perjanjian apa yang kakek lakukan dengan si kembar."ucap Jeongwoo cepat, kilat khawatir terlihat jelas dari bola mata sehitam malam nya.

Membuat pria paruh baya itu hanya tersenyum kecil, tau jika Jeongwoo merasa khawatir atas perjanjian yang di lakukan si kembar. Tapi Jiwon juga tidak bisa mengelak lagi, saat dua bersaudara itu menawarkan janji agar dia mau memberikan bantuan penuh untuk rencana mereka.

Pada awalnya Jiwon tidak ingin melakukan hal itu, Sayang nya apa yang menjadi penawaran si kembar amat sangat membuatnya tergiur apalagi Eunseo dan Rowon memiliki potensi sangat besar. Keduanya bisa menjadi pewaris keluarga paling menjanjikan, itu sebelum terjadi kecelakaan hingga membuat inti tenaga dalam Eunseo rusak.

Twin Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang