Ch 17.

2K 297 103
                                    

Disclaimer: Don't like Don't Read, semua milik orang tua masing masing saya di sini hanya meminjam nama.

Jadi bagi yang tidak suka mohon menjauh, ide cerita ini begitu aneh dan sesuka hati author. Dan hal ini murni Imajinasi ya. Kita bebas berimajinasikan jadi bagi kalian sudah di peringatkan jangan salahkan authornya ya.

Ada beberapa adegan yang tidak pantas, di dalamnya jika di baca anak di bawah umur, jadi aku harap kalian jangan nyalahin aku ya. Dari awal udah di peringati.

Cerita ini aku buat sebagai sequel dari Bullying.

Summary : Roda kehidupan mulai kembali berputar, ada saat nya hidup di atas maupun di bawah tergantung pada takdir yang akan membawamu kemana.

Begitu juga langkah kedua anak kembar itu, ikatan darah tidak akan pernah bisa menghapus semuanya. Bahkan jarak pun akan menghilang begitu Tuhan telah kembali ikut bermain. Sejauh apapun semuanya menolak, tidak akan ada seorang manusia pun bisa menghalangi apa yang di sebut dengan TAKDIR.

.
.
.
.
.
..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Waktu yang di tunda kali ini sampai tiga hari, mereka menunggu untuk Rowon bisa pulih sepenuhnya terlebih dulu. Itu juga merupakan salah satu syarat dari Haruto, Karena penglihatan Eunseo masih belum bisa pulih dan tidak akan bisa mengawasi proses rencana ini.

Sedangkan Rowon dia butuh berada di titik prima mengingat fokus dari rencana kali ini berada di tangan nya, sesuai dari apa yang di rencanakan sebelumnya tiga orang. Taeyong, Jaemin dan Asahi telah berdiri di dalam perlindungan dari Jinyong. Tidak terlalu jauh dari titik segel berbentuk kubus yang melindungi satu tempat kosong.

"Paman Jaemin bisakah kau membentuk panah Ice di antara tetesan hujan dan terfokus pada satu titik?"tanya Eunseo sebelum Jaemin mulai memanggil hujan.

"Meski sedikit sulit aku bisa melakukan nya."jawab Jaemin singkat, meski begitu tatapan matanya terlihat kilat bertanya karena tidak mengerti.

"Paman Taeyong cukup fokus membantu mencampur semuanya dengan listrik, dengan di bantu nyanyian Paman Asahi tenaga yang tercipta pasti akan jauh lebih besar dari rencana kita sebelumnya."tambah Rowon yakin, beberapa hari ini dia benar benar mempelajari data dari milik keluarga Huang yang di ketahui tetua Changyi.

"Tarik nafas kalian secara perlahan, aku tidak sedang mengajari di sini tolong ikuti saja instruksi ku dulu sampai semua ini selesai. Kalian semua butuh ketenangan agar tenaga dalam kalian tidak kaget, dan berakhir mencederai tubuh karena di gunakan sampai batas maksimal."jelas Eunseo dengan nada memerintah yang tidak sesuai umur.

Meski begitu semua orang tetap mematuhinya, tidak ada seorangpun yang berniat membantah anak kecil itu. Kejadian tiga hari yang lalu telah menjelaskan seberapa kompeten Eunseo untuk memimpin semua rencana buatan nya, lebih dari para tetua atau bahkan pewaris keluarga lain.

"Mulai."cukup satu perintah pelan dari Eunseo membuat Jaemin, Taeyong dan Asahi segera memulai mengeluarkan semua kekuatan mereka.

Langit yang semula sangat cerah berganti kelabu dengan awan hitam yang berkumpul di satu titik, membawa kilat petir mengerikan tidak berapa lama dari itu hujan turun begitu deras. Setiap tetes nya bercampur dengan petir menghanguskan sekaligus merusak setiap inci tempat yang terkena.

Tapi hal itu masih tidak cukup kuat menghancurkan segel besar milik keluarga Huang, maka dari itu kali ini Jaemin membuat panah Ice dan berfokus pada satu titik melempar ribuan panah berlapis petir itu. Terus menerus secara berulang sampai kilat nya terdengar menggelar keras, saat tubuh mereka mulai melemah.

Twin Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang