Ch 16.

2K 295 62
                                    

Disclaimer: Don't like Don't Read, semua milik orang tua masing masing saya di sini hanya meminjam nama.

Jadi bagi yang tidak suka mohon menjauh, ide cerita ini begitu aneh dan sesuka hati author. Dan hal ini murni Imajinasi ya. Kita bebas berimajinasikan jadi bagi kalian sudah di peringatkan jangan salahkan authornya ya.

Ada beberapa adegan yang tidak pantas, di dalamnya jika di baca anak di bawah umur, jadi aku harap kalian jangan nyalahin aku ya. Dari awal udah di peringati.

Cerita ini aku buat sebagai sequel dari Bullying.

Summary : Roda kehidupan mulai kembali berputar, ada saat nya hidup di atas maupun di bawah tergantung pada takdir yang akan membawamu kemana.

Begitu juga langkah kedua anak kembar itu, ikatan darah tidak akan pernah bisa menghapus semuanya. Bahkan jarak pun akan menghilang begitu Tuhan telah kembali ikut bermain. Sejauh apapun semuanya menolak, tidak akan ada seorang manusia pun bisa menghalangi apa yang di sebut dengan TAKDIR.

.
.
.
.
.
..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Butuh dua hari buat tambahan buat proses pemulihan Jisung, Jika bukan berkat obat penemuannya sendiri jelas tidak mungkin dalam dua hari luka separah itu bisa sembuh. Meskipun belum secara total tapi Jisung telah bisa berjalan dengan lancar, dan hanya sakit sedikit.

Sehingga kali ini semua orang kembali berkumpul di lapangan besar, Tetua pengkhianat tuan Changyi memimpin di depan dan membentuk lingkaran dengan Haruto, Eunseo juga Rowon. Perhatian semua orang tidak terbagi sedikitpun dan hanya fokus menatap ke empat nya.

Kali ini secara perlahan mereka mulai merapal bahasa kuno setelah Changyi selesai menggambar diagram, seiring dengan rapalan Haruto mulai bisa merasakan rasa sakit yang sangat hebat. Konsentrasi nya hampir hilang dan sedikit melirik ke arah Eunseo dan Rowon khawatir.

Tapi kedua nya masih terlihat tenang seolah tidak terpengaruh sedikitpun, dan Haruto tidak terlalu bodoh ingin menghentikan semua hal ini. Mengingat tetua Changyi telah dengan jelas mengatakan jika ada kesalahan sedikit saja. Aliran tenaga dalam yang di alirkan serta di serap oleh diagram segel itu akan berbalik menyerang mereka.

Tidak akan ada yang selamat saat itu terjadi, maka dari itu Haruto mulai mengatur nafasnya pelan agar bisa tenang. Setelah itu terus fokus meski di setiap ucapan nya rasa sakit itu begitu kuat, seolah semua kekuatan nya yang di aliri tenaga dalam oleh para tetua keluarga Park tidak lagi berarti.

Waktu berjalan sangat lambat bagi mereka semua, terlebih saat delapan orang itu mulai muntah darah. Tubuh para tetua mungkin bisa bertahan, tapi tentu saja akan berbeda dengan Haruto, Rowon, juga Eunseo ketiga nya hampir tidak bisa merapal lagi dan tubuhnya mulai goyah.

Jika saja bukan karena kekera kepala an masing masing maka ketiga orang itu pasti akan menyerah sedari tadi, tatapan Jiwon mulai terlihat panik meski begitu dia tidak dapat berbuat apapun saat ini. Akan jauh lebih berbahaya bagi nyawa mereka semua saat proses pembuatan diagram segel itu di hentikan sekarang.

Begitu segel selesai tubuh semua orang langsung tergeletak lemas terutama Haruto dan si kembar, Lebih parah dari itu Eunseo hampir tidak bisa bernafas lagi dan tubuh kecilnya mengejang. Dengan pupil mata terbelalak lebar, mulut nya terbuka tapi tidak ada satupun kata atau bahkan suara yang terdengar.

"Eunseo tetap sadar, Jangan pernah berpikir untuk tidur."teriak Jiwon dengan keras tangannya yang terulur sambil menyalurkan tenaga dalam untuk memperbaiki kerusakan tubuh Eunseo, Tapi mata Jiwon segera terbelalak lebar dia berteriak memanggil Sunghoon.

Twin Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang