Dayeon melongok ke luar kamar, memastikan apa sang pemilik apartemen sudah tidur atau masih terbangun, merasa tak ada suara dari Doyoung bahkan dari pintu kamar lelaki itu. Dayeon langsung keluar kamar dengan tas ransel nya
Dayeon bernafas lega saat dia berhasil keluar dari unit, "Oke sekarang gua harus kabur ke rumah Bunda."
Beberapa staff melihatnya bingung, pasalnya dini hari seperti ini Dayeon keluar membawa ransel di punggungnya.
Dia berusaha mencari taxi, bukannya taxi yang berhenti di depan nya, justru sebuah mobil hitam yang sangat ia kenali, yaitu Ayahnya.
Mati gua.
"Masuk."
Akhirnya Dayeon hanya bisa menuruti kemauan Ayahnya, sambil merapalkan doa agar dia baik-baik saja.
Tentu saja itu tidak mungkin, karena setelah Dayeon sampai di rumah, dia langsung di tarik ke dalam, bahkan di lempar ke arah guci hingga benda itu pecah.
"Bagus! Berani kabur?!" pekik Ayahnya.
"M-maaf yah."
"Nginep di unit siapa kamu?!"
"T-temen."
"KAMU PIKIR AYAH PERCAYA? MAU AYAH BIKIN COWO ITU SEPERTI KAKAK KAMU?!"
"Jangan yah!"
Ayahnya berjongkok, menarik rambutnya kencang, "Jangan berani melawan Ayah, jangan pernah dekat dengan laki-laki manapun."
"I-iya yah."
"Bagus."
Dayeon baru saja ingin bernafas lega saat Ayahnya menjauh, dia harusnya ingat bahwa lelaki paruh baya itu tidak mungkin memaafkannya tanpa ada kekerasan, karena ayahnya kembali mendekat dengan tongkat baseball di tangannya.
Doyoung, maafin gua.
Doyoung menjadi sangat pendiam hari ini, tentu saja karena Dayeon pergi tiba-tiba dengan hanya meninggalkan sebuah note yang tertempel di pintu kamar yang gadis itu gunakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
laboratory | dobbyeon (✓)
FanfictionTentang sebuah kedekatan yang tak terduga setelah satu tahun mengenal "Kalo waktu itu gua gak balik lagi ke laboratorium, mungkin gua udah gak bisa liat lo." Doyoung - Dayeon ft. 03 line.