Kalau ada typo, tolong komenin di tempat typo itu ya teman-teman. Thanks💚
Selamat membaca, tapi jangan cuma dibaca. Vote komennya juga ya:D
.
.
.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
●○●
Swara dan Doyoung kini duduk di bangku yang ada di taman fakultas mereka. Sudah lebih dari 10 menit namun Doyoung masih belum mengatakan apa-apa.
Karena merasa kesal dengan Doyoung yang hanya diam setelah menyeretnya kesini, Swara akhirnya berdiri dan berniat untuk pergi.
"Eh Ra, mau kemana?" Tanya Doyoung
"Kakak mau ngomong apa? Cepetan."
"Hah?" Bingung Doyoung.
Swara menghela napasnya, kemudian mencari pulpen di tasnya. Namun karena buku-buku di dalam tasnya itu, dia jadi kesulitan untuk mengambil pulpennya.
"Ketikin aja Ra." Doyoung memberikan ponselnya pada Swara.
"Eh iya, kok selama ini gak pernah kepikiran ya? Bego banget aku," Ucap Swara dalam hati. Lalu mengambil ponsel yang diberikan Doyoung.
"Kakak kalau mau ngomong, cepetan!" Swara menyerahkan ponsel Doyoung kembali dan langsung dibaca oleh Doyoung.
"Yaudah, duduk dulu," Ajak Doyoung.
"Jadi gini..," Doyoung menjeda ucapannya. "Gue mau minta maaf atas kejadian seminggu yang lalu di kantin itu."
"Udah seminggu, baru datang sekarang?"
"Maaf karena udah ngebantak lo."
"Males banget."
"Maaf karena udah marah sama lo tanpa tau kondisi lo yang sebenarnya."
"Makanya cari tau dulu dong, jadi salah sendirikan. Malu gak tuh?"
Swara terus mengoceh di dalam hati, jujur saja dia sangat kesal pada Doyoung. Swara bukannya tidak tau kalau Doyoung selalu menghindarinya, tentu saja Swara menyadari itu.
"Ra," Panggil Doyoung karena Swara tidak bereaksi dan hanya diam menatap lurus kedepan.
"Gue tau itu salah banget, tapi gue harap lo bisa maafin gue."
"Ya.. emang salah banget," Swara kembali mengoceh dalam hati.
"Ra, jadi gimana?" Swara menolehkan kepalanya ke Doyoung yang duduk disampingnya kemudian mengangguk dengan senyum tipis. Walaupun dia kesal pada Doyoung tapi dia tidak ingin punya dendam pada cowok itu. Memaafkan jauh lebih baik bukan?
