BAGIAN 5

1.2K 251 112
                                    

Please ramein guys. Komen sebanyak-banyaknya ya :)

***

META.

Taman Tegalega

Salah satu goal-ku di tahun ini selain bisa melakukan apa yang kumau adalah hidup sehat. Maka, kepindahanku ke Bandung seperti saat ini sama sekali nggak boleh aku lewatkan begitu saja. Gimana enggak? Di sini, aku bisa melakukan olahraga ringan dengan bebas. Seperti pagi ini, aku sedang jogging menyusuri jalan raya yang lengang.

Sebenarnya Bapak nggak pernah ngatur-ngatur aku untuk berolahraga. Dia bahkan sangat antusias kalau anaknya rajin jogging di Kerkop pada saat itu. Tapi ya, dasar aku. Jika sudah malas melakukan sesuatu, maka semuanya akan berakhir buruk. Semua sikap Bapak langsung berpengaruh terhadap motivasiku melakukan hal-hal positif. Kalau pun aku bisa keluar rumah untuk jogging, itu juga jika diajak Sandrina. Dia sering banget olahraga pagi hanya demi bisa lihat cowok-cowok berpeluh yang menurutnya terlihat macho.

Jalanan Bandung di pagi hari memang berbeda dengan jalanan Bandung di siang, sore, atau bahkan malam. Di sepanjang jalan, aku hanya melihat beberapa tukang parkir yang duduk di pinggir jalan. Ada yang sambil mengobrol, makan gorengan, ada pula yang sambil merokok dan menghasilkan kepulan asap. Di sisi lain, pedagang gorengan seperti menjadi primadona.

Aku terharu. Beberapa pedagang makanan berat yang harganya bisa dibilang murah terlihat sibuk meski baru jam enam. Tampaknya, tangan mereka bergerak cepat. Memasukkan gorengan, membalikkan gorengan di wajan, sesekali juga mengusap peluh dengan punggung tangan.

Selain pedagang, aku melihat beberapa orang tua yang sedang menyapu pinggir-pinggir jalan. Mereka terlihat fokus menggenggam sapu lidi yang pegangannya panjang, mirip punya nenek sihir. Kulihat, mereka begitu bahagia meski bagi sebagian orang, pekerjaan itu termasuk pekerjaan yang remeh-temeh, terutama karena bayaran yang sedikit. Atau mungkin, bapak-bapak yang kulihat barusan sama sekali nggak dibayar? Ini belum jam kerja. Mereka juga menggunakan baju santai.

"Capek ya?"

Aku yang sedang memikirkan banyak hal, terperanjat. Saking fokusnya ke hal-hal yang kulihat di pinggir jalan, aku sampai lupa kalau ada penguntit.

Langkahku terhenti, "Kamu ....."

"Masa lupa sama si ganteng kalem," sambungnya.

Aku melihat cowok yang rambutnya diikat saat ini. Senyumnya lebar. Perawakannya yang tegap membuat dia terlihat begitu percaya diri. Ah, lekukkan tubuh yang terlihat dari balik kaus putih, serta celana hitam di atas lutut, membuatku sedikit bergetar. Badannya bagus juga.

"Ngapain kamu?" tanyaku dengan nada agak tinggi. Jika pada awal bertemu aku masih menahan diri, sekarang aku nggak mau jaga imej lagi.

"Lho, kok ngapain? Ya mau jogging dong," jawabnya santai.

"Aku tahu!" tegasku. "Maksudnya, kok nyusulin aku?"

"Lah?" Dia terkekeh. "Ini kan jalanan umum. Lagian, tiap pagi saya selalu jogging kok."

Benar juga sih. Ini bukan jalanan milik nenek moyangku. Tapi kebetulan nggak ya kalau kami berlari di waktu yang sama? Aku nggak sebodoh itu untuk menganggap jika keberadaan Gaya kebetulan semata. Paling enggak, waktu lari kami berbeda beberapa menit. Bandung juga luas. Mana ada aku bertemu Gaya dalam satu jalur yang sama?

"Kok bengong? Cantiknya jadi ilang lho," ucapnya lagi.

Aku nggak ngomong apa-apa lagi. Aku memilih mengembuskan napas jengkel, lantas kembali berlari kecil.

"Seneng deh ada temen lari. Bukannya lari, biasanya saya malah kepincut tukang kopi seduh di pinggir jalan kalau sendirian." Dia berbicara lagi.

Aku yang tadinya ingin menikmati lingkungan Bandung sendirian, sekarang malah ditemani cowok nyebelin ini.

METAFORGAYA  (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang