Sepertinya akan sedikit terjadi perang dunia kedua nih. Jangan lupa vote dan coment ya guys. Selamat membaca :)
***
META.
DIA YANG KEMBALI
"Meta!"
Aku yang tengah menyaksikan Riung Mungpulung Band, mendadak terperanjat saat ada seseorang yang memanggil. Masalahnya, suara itu amat aku kenal. Suara yang masih menempel di otak saat dirinya mengobrol dengan Bapak satu hari sebelum aku pergi ke Bandung.
Ragu, aku menengok.
"Hei ...." Lelaki itu berucap dengan nada ramah, lantas menyodorkan tangan. "Apa kabar, Met?"
Kamu tahu rasanya ditahan di sebuah ruangan kecil seukuran badan? Aku sedang merasakan hal itu saat menyaksikan seorang lelaki tegap, dengan badan gagahnya berdiri di hadapanku. Dia .... Praha?
Mataku berputar sejenak ke sisi Praha. Sandrina tersenyum lebar sambil mengangkat dua jari membentuk huruf V. Mungkin maksudnya, di ingin meminta maaf karena telah mengajak Praha tanpa sepengetahuanku.
Pelan, aku menerima uluran tangan itu. "Baik. Tapi kok, kamu ada ...."
"Aku kerja di Bandung sejak seminggu lalu." Praha memotong ucapanku. "Maaf ya kalau aku bikin kamu nggak nyaman. Aku hampir putus asa saat tahu kamu pergi dari rumah. Soalnya, beberapa hari setelah kejadian penolakan dari Pak Madi malam itu, aku kembali lagi ke rumahmu. Eh, ternyata kamunya udah nggak ada."
Fakta ini benar-benar membuatku syok. Praha, cowok yang dua minggu lalu sempat ada di deretan lelaki yang akan menjadi orang penting di kehidupanku, kini ada di hadapanku.
Apakah ini kejutan?
"Eh, duduk!" Aku mempersilahkan Praha dan Sandrina. "Gila sih, aku masih belum percaya kalau kamu ada di sini, Pra."
Kami duduk bertiga di meja yang tadinya hanya diisi olehku. Sesekali, aku melihat ke arah Gaya juga yang masih fokus bernyanyi.
"Gimana, Met, kamu seneng kan bisa ketemu Praha lagi?" Sandrina berbicara sambil membuka buku menu. "Aku bilang juga apa! Kalau jodoh nggak akan ke mana. Kamu di Bandung, eh ternyata, Praha juga udah tinggal di Bandung selama seminggu."
Aku merasa ada yang aneh dengan diriku sendiri. Bukankah seharusnya aku senang ada Praha di sini? Tapi aku malah tidak bersemangat. Aku merasa jika hidupku telah diusik kembali oleh orang yang menyebalkan. Padahal jelas-jelas Praha itu lelaki idamanku yang bahkan belum sempat menjadi pacar.
"Kayaknya nggak kebetulan deh aku bisa ketemu kamu." Praha membuka suara. "Aku selalu berdoa ke Tuhan supaya bisa ketemu kamu lagi. Aku masih ingin berjuang untuk menghadap Bapakmu. Dari dulu, kamu tahu kan kalau aku itu serius?"
Aku masih diam, bingung harus dengan cara apa aku menanggapinya. Pikiranku malah melayang kepada kejadian yang dulu-dulu.
Praha Galuh adalah lelaki berumur 25 tahun. Dia Kakak tingkat saat aku kuliah. Aku kenal dia di salah satu UKM Sastra di kampusku. Tentu, dari awal, aku sudah menunda perhatian kepada Praha. Siapa yang nggak kenal cowok tinggi, putih, dan memiliki badan bagus ini? Pokoknya dia gambaran dari model-model cowok good looking-lah. Sampai kemudian, sebulan lalu dia menyatakan cinta dan ingin serius.
Aku yang sudah jomblo akut itu berasa ketibanan duren runtuh saat mendapati Praha menyukaiku. Tentu saja, kalian tahu juga jika syarat untuk dekat denganku adalah lolos seleksi dari Bapak. Kenyataan buruknya, Praha nggak bisa memenuhi ekspektasi Bapak. Entah apa yang Bapak cari untuk jadi calon pasanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
METAFORGAYA (Segera Terbit)
Romanzi rosa / ChickLit[FOLLOW SEBELUM BACA YA GUYS 😘] **** "Saya Gaya!" Itu ucapan pertama cowok tengil yang tengah berdiri di hadapan pintu kosan. Tentu aku mengerutkan kening. Gimana mungkin ada cowok berkeliaran di kos-kosan khusus perempuan? Aku yang kabur ke Bandu...