Keesokannya...
Pagi ini SMA Dandelion lebih ramai dari biasanya. Beberapa kelompok suporter dari SMA lain berdatangan memenuhi tribun lapangan basket. Begitu juga suporter klub Garuda Emas yaitu klub basket kebanggaan Dandelion yang tak kalah semangat dan heboh dari kelompok suporter lain.
Hari ini merupakan hari pertama turnamen basket antar sekolah yang nantinya akan berlanjut hingga sepekan ke depan. Garuda emas VS The Bulls dari SMA Melati Putih dimulai.
Derla berada di tribun paling depan, perempuan itu menyaksikan pertandingan dengan Darren di sebelahnya. Selama pertandingan berlangsung mereka berdua hanya diam menyaksikan dengan tenang meski di belakangnya sangat berisik dan rusuh. Maklum, suporter didominasi oleh siswi dari SMA Dandelion yang sangat tergila-gila dan fanatik dengan Fathur si kapten basket.
Darren mengubah pandangannya ke arah Derla yang menatap lapangan. Ia memperhatikan wajah Derla yang sepertinya hari ini berbeda dari bisanya.
"Lo pucat, mending ke UKS gue temenin." ujar Darren tanpa basa-basi terlebih dahulu. Ia tidak mau perempuan itu lama-lama pingsan di tengah keramaian. Dan Darren juga paham Derla itu lebih mengedepankan gengsi jadi Darren harus peka terlebih dahulu.
"Setiap hari gue kaya gini, cuma hari ini gue lupa pakai liptint." balasnya. Terburu-buru membuatnya lupa dengan segalanya entah itu riasan, sarapan, ataupun beberapa buku yang tertinggal. Untung saja hari ini free. Jadi aman.
Sedangkan Darren mengerutkan dahinya. Ajaib ya barang-barang cewek bisa dipakai buat bohongin orang.
"Beneran nggak mau istirahat?" tanya Darren memastikan.
Derla menatap Darren intens, laki-laki itu sangat perhatian dengannya. Bahkan hingga Derla merasa ia sedang berada di dekat Kakaknya. Namun, Darren hanyalah orang baru di sini.
Pandangannya masih tertuju kepada Derla dengan raut khawatir. "Lo nggak mau semb-"
"Gue selalu sakit." potongnya yang lalu tersenyum hambar mengalihkan pandangannya ke lapangan di depannya.
Sedangkan Darren masih mencerna ucapan Derla. Sakit seperti apa yang Derla alami? Mengapa ia menyembunyikannya? Apa perempuan ini punya riwayat penyakit yang tidak bisa disembuhkan? Derla kan orang kaya kenapa tidak berobat saja?
Tapi, Darren tidak mungkin bertanya sebanyak itu yang pastinya akan membuat Derla merasa risi. Mungkin lain waktu ia bisa mendapatkan jawaban dari ribuan pertanyaan yang kini bersarang di kepalanya. Kini Darren hanya perlu terus berjaga-jaga saja di dekatnya.
Pertandingan berjalan dengan lancar. Dan sejak perbincangan Derla dan Darren terhenti sudah tidak ada yang membuka suara lagi. Mereka hanya diam menyaksikan pertandingannya hingga selesai.
"Gue ke bawah." ujar Derla berpamitan kepada Darren.
Derla berjalan santai menuju bangku tempat para anggota klub Garuda Emas duduk untuk istirahat setelah pertandingan. Tepatnya menghampiri Fathur yang sedang membuka bajunya setengah untuk mengelap keringat di wajahnya. Dan di waktu yang bersamaan para siswi bersorak ketika perut sixpack Fathur terpampang jelas. Namun, Derla hanya memutar bola matanya.
"Selamat atas kemenangan pertamanya. Semangat juga buat pertandingan berikutnya."
Perempuan itu menyodorkan tumblr abu-abu miliknya kepada Fathur. Dan laki-laki itu menurunkan bajunya. Ia menatap Derla dengan menautkan kedua alisnya.
"Kenapa? Ada yang aneh?" tanya Derla ketika melihat raut yang ditunjukkan Fathur padanya. Fathur segera mengubah ekspresinya saat itu juga.
"Mau ke UKS?" Bukannya menjawab pertanyaan Derla, Fathur justru menawarkan dirinya untuk ke UKS.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERLA
Mystery / Thriller[Ketika Ambisi dan Balas Dendam Bersatu] Derla Pradiptya, gadis dengan tatapan tajam itu memiliki masa lalu kelam yang membuat dirinya menjadi Derla seperti saat ini. Terbunuhnya Darren Pradipta-saudara kembarnya masih menjadi tanda tanya besar bagi...