Hari penilaian telah tiba. Semua siswa masuk ke dalam ruang Ujian yang telah ditentukan. Mereka duduk di bangku sesuai nomor urut penilaiannya masing-masing.
Namun, berbeda dengan Fathur yang tengah berdiri di tepi balkon. Ia memang terlihat diam, tapi tidak dengan pikirannya yang terasa penuh.
"Fathur?"
Fathur menoleh untuk mengetahui siapa yang menyebut namanya. Bu Ningsih memberi kode dengan dagunya yang bergerak ke arah pintu kelas. Artinya ia meminta Fathur untuk masuk ke dalam kelas.
Laki-laki itu mengikuti perintahnya setelah Bu Ningsih berlalu untuk memantau siswa di tempat lain.
Di ruangan yang berbeda, Derla mulai mengerjakan soal-soal penilaian dengan serius. Perempuan itu sudah selesai melewati sanksinya. Diskorsing seminggu. Ya, hari ini ia kembali berangkat dan mengikuti penilaian sesuai jadwal. Tanpa mengikuti simulasi sebelumnya.
Jangan tanya bagaimana tanggapan siswa lain setelah melihatnya kembali muncul di tempat ini. Mereka tidak suka, mereka menggunjingnya, bahkan ada yang tak tanggung-tanggung mengatainya di depan muka.
Tukk
Sebuah penghapus dari arah samping mengenai kepalanya. Derla bisa mendengar siswa di belakangnya yang sedang cekikikan. Lalu Derla bisa merasakan kursi yang ia duduki ditendang dari belakang.
Sesekali Derla mengangkat wajahnya, menatap Bu Hayati yang kebetulan hari ini menjadi pengawas di kelasnya. Wanita itu melihatnya juga, setelah itu abai.
Menyadari itu, siswa yang duduk di bangku belakang memajukan tubuhnya ke arah Derla.
"Kenapa? Mau cari pembelaan dari guru?"
"Bu Hayati ngga buta dan ngga tuli, Derla! Dia tahu!"
"Mungkin uang suap dari lo kurang?"
Ia tertawa kecil setelah mengatakan itu dan kembali pada posisi awalnya.
Derla hanya diam. Mencoba fokus dengan apa yang ada di hadapannya sekarang yang jauh lebih penting dari apapun yang ada di sekelilingnya.
Entah mengapa ia menjadi lemah sekarang. Derla kehilangan dirinya yang keras dan tegas. Ia mungkin bisa dikatakan lebih buruk dari Jihan. Sangat buruk.
✂- - -
Waktu berlalu begitu cepat. Hasil penilaian yang terlaksana minggu lalu akan diumumkan hari ini. Para siswa berdesakan di depan papan pengumuman untuk mengetahui nilai dan peringkat mereka.
Begitu juga Derla yang kini berdiri di depan papan. Tidak tepat berada di depannya, masih ada orang lain yang ada di hadapannya. Tapi ia masih bisa melihat apa yang tertera di papan itu dengan jelas.
Seulas senyuman terbit di wajahnya. Ia masih menempati posisi pertama meski nilainya tak sesempurna sebelumya, lalu disusul oleh Jihan dan Fio setelahnya. Ia tak mengira Fio akan menempati posisi di atas. Ternyata kata 'don't judge a book by its cover' itu benar.
Dan satu lagi, Darren menempati peringkat delapan. Ahh, mengapa Derla melihat peringkatnya? Itu tidak penting.
Dalam satu minggu sejak ia kembali masuk sekolah lagi, Darren memang berusaha kembali menyapanya. Mendekatinya. Tapi Derla selalu menghindar. Ia sudah tidak mau berdekatan dengan laki-laki yang notabenenya pacar adik tirinya itu.
Duakk
Derla memegangi bahunya yang terkena sikutan siswa lain. Posisinya yang berada di tengah kerumunan membuatnya sulit untuk keluar dari sana. Ia dihimpit oleh siswa lain yang ada disekelilingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERLA
Mystery / Thriller[Ketika Ambisi dan Balas Dendam Bersatu] Derla Pradiptya, gadis dengan tatapan tajam itu memiliki masa lalu kelam yang membuat dirinya menjadi Derla seperti saat ini. Terbunuhnya Darren Pradipta-saudara kembarnya masih menjadi tanda tanya besar bagi...