D • and i know

137 21 37
                                    

Udara dingin yang keluar dari lubang mesin AC menerpa kulitnya ketika laki-laki bertubuh jangkung itu masuk ke dalam sebuah minimarket. Dengan langkah lebar ia berjalan menuju ke salah satu lemari pendingin untuk mengambil dua minuman soda dari dalam sana. Laki-laki itu Fathur.

Setelah selesai, ia berjalan untuk menuju ke kasir. Namun, niatnya diurungkan setelah netranya menemukan seseorang yang dikenalinya. Fathur melihat Jihan yang tengah memilih sesuatu di salah satu sisi rak dengan membawa keranjang berukuran sedang yang digantung di lengannya.

Fathur pun mendekat lalu meletakkan dua minuman soda yang ia ambil tadi ke dalam keranjang Jihan. Hal itu membuat Jihan menoleh ke arah Fathur. Namun, Jihan hanya memutar bola matanya sebelum melangkahkan kakinya untuk berpindah dan Fathur membuntutinya.

"Lo yang nyuruh Amanda kemarin?" tanya Fathur tanpa basa-basi terlebih dahulu.

Jihan membalikkan badannya menghadap Fathur. "Iya, sama Fio," jawabnya membuat Fathur mengernyit. "Fio siswa baru di kelas gue, dia saudara tiri Derla kalau lo nggak tahu," ucapnya seakan mengerti apa yang ada di pikiran Fathur.

Nampaknya Jihan membuat Fathur terkejut dengan jawabannya itu. "Lo gila! Kalau ternyata Fio jadi suruhan Derla, kita berdua ketauan!"

Bukannya mencerna ucapan Fathur, Jihan justru tersenyum lalu meninggalkan Fathur begitu saja untuk menuju ke kasir. Tentu saja Fathur terus mengekor di belakangnya.

"Ji-"

"Belum kita kasih tahu aja dia udah tahu," potong Jihan menolehkan kepalanya ke arah Fathur dan berbisik. Namun, itu masih membuat Fathur merasa bingung.

"Maksudnya?"

Jihan belum menjawab, ia meletakkan keranjang belanjaannya ke atas meja kasir. Menunggu penjaga kasir menghitung total belanjaannya. "Totalnya dua ratus lima puluh ribu rupiah," ujar penjaga kasir.

Setelah selesai melakukan transaksi, Jihan berjalan keluar dari minimarket itu dengan Fathur yang masih setia membuntutinya.

Jihan berhenti di parkiran yang terletak di depan minimarket. Di sana Jihan berdiri tepat di hadapan Fathur. Ia merogoh kantung keresek putihnya itu dan mengeluarkan minuman soda yang Fathur ambil tadi, lalu ia berikan kepada Fathur.

"Fio sering lihat kita berduaan. Tapi tenang, hubungan Fio sama Derla nggak baik-baik aja. Selain itu kita jadi lebih mudah ngelakuin sesuatu buat Derla karena ada Fio yang selalu pantau Derla dari dekat," jelas Jihan membuat tanda tanya di kepala Fathur terpecahkan.

Mereka berdua menyunggingkan satu sudut bibirnya. Selanjutnya mereka berdua pulang bersama.

✂- - -

Sunday is not sans-day. Hari ini hari Minggu, dimana sebagian orang menggunakan hari ini untuk bersantai mengistirahatkan tubuh yang lelah. Namun, beda dengan Derla yang menggunakan hari liburnya untuk membereskan kamar.

Kegiatan beres-beres kamar yang Derla lakukan bukan hanya mengusir debu yang hinggap di barang-barang mahal dalam ruangan itu, tapi sekaligus merubah letaknya dan mengganti beberapa barang yang sudah bosan untuk dilihat dengan barang yang baru. Semua ia lakukan sendirian.

Entahlah, akhir-akhir ini Bi Ike tidak terlalu mempedulikannya. Bahkan Derla sengaja menurunkan gengsinya demi bisa dekat lagi dengan Bi Ike. Namun, wanita itu selalu menolak untuk membantunya. Derla tahu banyak pekerjaan lain yang sepertinya lebih penting dari sekedar membantunya. Tapi mengapa Bi Ike selalu siap untuk membantu Fio? Bahkan sekarang saja Derla bisa mendengar ocehan Fio yang ditanggapi Bi Ike dari ruangan seberang kamarnya. Ya, Derla cemburu akan hal itu.

Pintu kamar Derla dan Fio sengaja dibuka karena kamar mereka sama-sama sedang dibersihkan. Kamar Fio yang dibersihkan oleh Bi Ike, dan kamar Derla yang dibersihkan oleh pemiliknya sendiri. Tujuannya agar debunya tidak hanya berputar di satu ruangan saja, bisa batuk-batuk nanti. Namun, Derla menutup pintunya itu setelah ia selesai menyapu mengeluarkan debu dari kamarnya. Derla muak dengan apa yang ada di ruang depan kamarnya. Ia lebih memilih membuka jendelanya yang berbatasan dengan bagian luar rumahnya.

Derla berjalan mendekati nakas, ia membuka laci kecilnya dan mengeluarkan sesuatu dari sana. Beberapa botol obat tidur yang selama ini ia sembunyikan.

Derla yang selalu kesulitan untuk tidur selalu diberi obat tidur oleh Bi Ike, tentu itu perintah dari Ayahnya. Semua itu berawal saat kepergian Ibu dan Kakaknya, Derla menangis setiap waktu sampai ia tak pernah tidur. Hal itu nampaknya sangat berdampak bagi Derla, perempuan itu menderita insomnia kronis. Ia hanya tidur di sela-sela waktunya entah di sekolah atau pun di rumah meski hanya beberapa menit saja.

Sudah sekitar dua bulan Derla tidak meminum obat itu dan memilih untuk menyembunyikannya. Derla tidak mau bergantung pada obat itu lagi meski ia harus merasakan pusing karena kekurangan tidur.

Hari ini mungkin hari yang tepat untuk membuang obat tidurnya. Derla pun memasukkan benda itu ke dalam kantung kresek khusus barang yang sudah rusak dan sampah yang lain. Tidak mungkin Bi Ike atau Ayah akan mengecek barang yang akan dibuang kan? Lagi pula paling nanti malam Bi Ike akan memberikan obat tidur lagi untuknya.

Duakk

"Arghsss.." Derla mengerang ketika tangannya tak sengaja terjepit saat menutup laci. Darahnya keluar meski lukanya tidak begitu parah, hanya sedikit terluka.

Dengan menghisap darah dari lukanya, Derla mengambil kotak obat yang ada di rak kayu paling atas. Rak itu digunakan untuk menaruh pajangan dan beberapa barang kebutuhan seperti yang tengah Derla ambil sekarang.

Namun, ada kotak lain yang juga terjatuh saat Derla menarik kotak obatnya. Sebelum Derla membereskan kotak yang ikut terjatuh, Derla mengobati lukanya terlebih dahulu dengan menempelkan plaster.

Setelah itu Derla duduk di lantai untuk membereskan barang dari kotak yang berceceran. Derla berhenti ketika mengambil sebuah remasan kertas, ia pun membukanya. Sebuah poster yang menghinanya waktu itu, Derla memang membawa beberapa lembar untuk dibawa pulang. Soal kotak yang jatuh itu adalah kotak berisi barang-barang aneh yang ia terima akhir-akhir ini.

Tak mau berlama-lama Derla segera memasukkannya ke dalam kotak kembali. Namun, ada sesuatu yang membuat Derla justru mengeluarkan barang-barang itu kembali di lantai. Derla mengingat sesuatu tentang barang-barang itu.

Gambar dalam poster adalah fotonya, foto yang sebelumnya Fathur berikan padanya dengan bingkai sebagai pelindung, lalu bingkai dan foto itu diletakkan di dalam kotak hitam.

Boneka kecil dengan bagian-bagian yang terpisah. Sebelum itu Fathur pernah memberinya boneka teddy berukuran besar padanya.

Polaroid fotonya yang tersobek menjadi bagian yang kecil. Fathur pernah menangkap gambarnya saat mereka berdua pergi bersama beberapa hari setelah resmi jadian. Fathur memberikan fotonya yang telah dicetak dan dijadikan bouquet kepada Derla.

Yang terakhir, Fathur pernah berlutut memberikan mawar putih padanya belum lama ini. Semua itu Fathur lakukan di hadapan semua siswa Dandelion, seperti apa yang Derla inginkan.

Semua barang yang menerornya adalah barang pemberian Fathur yang pernah Derla buang. Lalu apakah yang menerornya selama ini merupakan orang yang sama dengan orang yang memberi semua barang itu? Atau bisa saja yang menerornya adalah orang yang selama ini menginginkan ada di posisi Derla sebagai pacar seorang Fathur? Atau bisa saja keduanya?

Derla tersenyum miring. "Okay, Jihan atau Fathur? Siapa pun itu gue bakal ikutin permainan lo!" ucapnya pelan.

✂- - -

Mau spoiler dikit ahh...

↓↓↓

"Apa arti semua perhatian yang lo kasih selama ini? Atau hanya gue yang salah dalam mengartikan?"

↑↑↑

DERLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang