Chapter 01 Pertemuan

1.1K 203 63
                                    

Note : Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Nama pemeran kuambil dari para member boygroup Indonesia yaitu UN1TY. Maaf jika ada kesamaan latar, tokoh maupun cerita ini. Cerita berjudul Eight adalah murni milik saya!
.
.
.
.
.

_Jakarta, 10/08/2021_

Saat ini keadaan di Jakarta sudah mulai membaik. Beberapa mall, tempat wisata, warung makan dan lainnya telah buka kembali.

Anak-anak sekolah dari tingkat TK, SD, SMP sampai SMA sudah dibuka hari ini. Mereka sangat antusias sekali menyambut hari di mana bisa bersekolah kembali, bercanda gurau dengan teman, mengobrol, menari, bernyanyi, jalan-jalan bareng, bergaya, belajar dan banyak hal lainnya.

Salah satunya sekolah SMA Satu Bangsa. Seorang pelajar memasuki kawasan area sekolah menggunakan motor bebek miliknya menuju area khusus parkir motor.

Helm berwarna merah dilepaskan. Hembusan angin pagi menerpa wajah tampan pelajar itu. Dia mengobservasi setiap sudut sekolah hingga terperinci. Sekitar sepuluh menit lamanya, pemuda itu berhenti. Dia menghirup udara segar di pagi hari.

"Nyaman sekali," gumamnya.

Rasa kangen dan rindu menjadi satu setelah satu tahun lamanya harus belajar di rumah ditemani dengan laptop atau ponsel. Sekolah online merupakan hal paling dibenci, mungkin hampir setiap murid di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Sepatu hitam khusus sekolah melangkah lurus menuju area lapangan. Seluruh murid telah berkumpul di sana. Kepala sekolah, para guru serta staff sudah berkumpul di depan.

"Semoga hari ini menyenangkan," ucap pemuda itu.

Degh!

Perasaan takut seperti mimpi buruk ia rasakan. Peluh keringat perlahan keluar dari pori-pori kulit. Ingin rasanya ia berteriak kencang, tetapi ia tak mau membuat kehebohan di hari pertama sekolah setelah pandemi.

Sedetik ... semenit ... pemuda tampan itu berusaha untuk menetralisirkan tubuhnya agar kembali tenang. Tatapan matanya tak sengaja menangkap bayangan hitam yang selalu datang di mimpi buruknya.

"Kau harus mencari mereka," bisik suara di telinga kanan.

Pemuda bernama Ricky Zakno langsung mengalihkan pandangan. Dan dia tidak menemukan sosok seseorang yang berbisik di telinganya.

"Sebelum semuanya terlambat." Kembali bisikan halus membuat bulu kuduk Ricky merinding.

Dan ... sosok bayangan hitam sudah berada tepat di depan wajahnya. Sontak Ricky akan berteriak kencang, namun sebuah tepukan di pundak kiri berhasil menghentikan aksinya.

Ricky menghela napas lega. Dia sangat berterima kasih kepada seseorang yang telah menyelamatkannya secara tak langsung.

"Bro, kalau mau bengong jangan di tengah jalan gini!"

Suara berintonasi cukup tinggi membuat Ricky terkejut. Ricky mengelus dadanya cepat untuk menetralisir debaran jantung yang begitu kencang.

Ternyata sosok pemuda di sebelah kiri Ricky tengah menatap tajam dirinya. Kulit putih di wajahnya hampir berubah menjadi merah.

Ricky menyengir kecil. Dia bingung harus mengucapkan terima kasih atau membalas perkataan pemuda itu.

"Minggir! Gue mau lewat!"

Tubuh kekar Ricky dengan mudahnya di dorong oleh pemuda itu. Untung saja Ricky memiliki reflek cukup bagus sehingga tidak menyebabkan dirinya terjatuh.

"Fenly Christovel," gumam Ricky. Dia sempat melirik sekilas nama di seragam sekolah pemuda yang mendorongnya.

___8___

Penyambutan dari Kepala Sekolah telah selesai sekitar tigapuluh menit lalu. Seluruh murid sudah berada di kelasnya masing-masing. Di salah satu kelas XI MIPA 2, kira-kira berjumlah 38 murid dalam keadaan riuh.

Bu Wati, wali kelas XI MIPA 2 sekaligus mengajar pelajaran Bahasa Indonesia. Guru berparas cantik di usianya yang sudah menginjak kepala tiga tersenyuk tipis. Kerinduan bertemu murid-muridnya akhirnya terkabul.

"Selamat pagi semuanya," ucap Bu Wati ceria.

"Selamat pagi Bu Wati," balas para murid.

Ricky, salah satu murid di kelas itu tak terlalu mengubris kedatangan sang wali kelas. Dia lebih mementingkan melihat pemandangan di luar jendela. Ricky memilih untuk duduk di dekat jendela kelas seperti tokoh utama anime Jepang.

Sebuah bangunan tua begitu memikat indera penglihatan Ricky. Dia merasakan hawa berbeda di sana. Menurut analisisnya, ada banyak sekali makhluk halus mendiami bangunan tua itu.

Ricky berbeda dari remaja di luar sana. Dia memiliki keistimewaan untuk melihat makhluk halus atau biasa disebut setan. Kemampuan ini sudah Ricky miliki saat berusia delapan tahun.

Pertama kali, Ricky melihat setan saat tengah bermain di taman seorang diri dekat rumahnya. Pada saat itu, hari telah menjelang sore. Biasanya di taman pasti banyak orang melakukan aktivitas apa saja, dari usia anak hingga tua berkumpul di taman.

Namun, suasana di taman itu cukup sepi. Ricky yang memiliki hobi bermain sangat antusias sekali. Dia tidak terlalu peduli dengan kesepian.

Buktinya Ricky sedang berlarian seorang diri kalau dilihat oleh mata normal. Tetapi di tatapan Ricky, dia tengah mengejar seorang anak laki-laki seumuran dengannya. Anak laki-laki itu memiliki kulit pucat dan ada luka di bagian belakang kepala. Dan peristiwa itu membuat Ricky sudah cukup puas dengan pemandangan indah di sekitarnya.

Kita kembali ke masa sekarang. Seorang murid berambut keriting sengaja menyenggol pundak Ricky. Ricky yang merasa terusik menatap tajam murid di sebelahnya.

"Ada apa sih?!" ketus Ricky.

Farhan Jawas tak peduli dengan tatapan tajam Ricky. Ia bersikap santai seolah dirinya tak melakukan apapun.

"Gue cuma mau kasih tahu daritadi Bu Wati panggil nama loe ... Ricky," ucap Farhan santai.

"Ricky Zakno!"

Suara indah Bu Wati membuat Ricky mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Ternyata saat ini wali kelasnya itu tengah mengabsen satu persatu murid di kelas.

"Eh ayam! Hadir Bu!" seru Ricky reflek sambil latah.

Semua murid di dalam kelas tertawa melihat tingkah laku Ricky. Bu Wati hanya menggelengkan kepala kecil, dia pun melanjutkan kembali memanggil nama-nama murid di selembar kertas di tangan.

"Hahaha ... Makanya jangan melamun mulu kerjaannya. Baru juga masuk sekolah," ledek Farhan tertawa kencang.

Ricky memicingkan matanya tajam. Mungkin sekarang wajahnya sudah memerah seperti buah tomat. Farhan masih tertawa puas.

"Berisik lu, keriting!" kesal Ricky memukul kencang kepala Farhan menggunakan kamus Bahasa Indonesia.

Farhan berhenti tertawa. Dia merintih kesakitan sambil memegang kepalanya yang terasa benjol.

"Sialan loe!"

"Farhan!"

Sebelum Farhan memukul balik Ricky. Suara indah Bu Wati kembali mengayun indah. Farhan pun menghentikan aksinya. Dia menunduk malu. Pemandangan indah menurutnya saat ini yaitu ubin berwarna putih.

"Hahaha ... 1-1," ledek Ricky.

Farhan merasa geram. Dia akan membalas perbuatan Ricky setelah jam istirahat datang.

"Tunggulah pembalasanku," gumam Farhan.

__________________08___________________

[25-08-2021]

E.I.G.H.T [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang