Bonus Chapter

565 133 26
                                    

Note : Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Nama pemeran kuambil dari para member boygroup Indonesia yaitu UN1TY. Maaf jika ada kesamaan latar, tokoh maupun cerita ini. Cerita berjudul Eight adalah murni milik saya!
.
.
.
.

Sebulan telah berlalu, teror di ruang musik gedung lama telah diselesaikan. Tak ada hal-hal gaib atau mistis setelah kejadian.

Kedelapan lelaki tampan semakin mengenal satu sama lain, menjalin hubungan ikatan persahabatan. Mereka membuat sebuah grup yang diberikan nama "Masyun" dan sudah memiliki sebuah fanbase bernama "Pecinta Masyun".

Kejadian di ruang musik dan halaman belakang sekolah hanya mereka saja yang tahu termasuk Dilla dan Anneth. Hubungan Dilla serta Anneth sudah lebih membaik.

Dilla berubah menjadi gadis cantik dan periang. Anneth sendiri lebih terbuka kepada orang lain terlebih khusus Fenly.

Anneth dan Fenly masih dalam tahap pedekate. Keduanya masih saling bertengkar kecil sampai pernah kejadian harus diam-diaman kurang lebih dua hari, lalu kembali sedia kala. Itulah ikatan antara kedua insan dalam hal percintaan remaja atau biasa disebut cinta monyet.

Suasana kegiatan belajar mengajar berjalan damai dan tenang. Di salah satu kelas Ricky menatap pemandangan di luar jendela. Akhir-akhir ini Ricky merindukan sosok teman hantu kecilnya Key. Semenjak kejadian Key membantu mereka mengalahkan hantu Jenny, sosok Key tak pernah muncul di hadapannya.

"Key ... kamu di mana sekarang," gumam Ricky lirih.

Walau berteman dengan hantu sejak kecil, Ricky tak pernah mempermasalahkan selama keduanya tidak saling mengganggu antar dunia masing-masing. Malah keduanya saling bertukar cerita dan selalu ada di kala suka, sedih, kesal dan bahagia.

Fajri menatap abang kesayangannya diam. Akhir-akhir ini Fajri merasa gelisah. Warna aura hitam di tubuh Ricky masih belum menghilang walau sedikit.

"Ji! Aji!"

"Ahh iya." Fajri tersadar dari lamunan. Sosok Ricky sudah ada di depannya, raut khawatir terlihat di wajah Ricky.

"Kamu sakit, Ji?" tanya Ricky menempelkan punggung tangan di dahi.

"E-enggak kok, Bang," jawab Fajri gugup.

Ricky tersenyum tipis sambil mengacak rambut Fajri pelan. Fajri cemberut, bibirnya di majukan ke depan seperti bebek.

"Tuh bibir 11 12 sama bebek Ji," ledek Farhan tertawa kecil.

"Apa sih loe keriting?!" sahut Fajri tak ada akhlak.

Farhan menatap kesal lelaki bernama Fajri. Tangannya sudah gatal untuk menjitak atau memukul wajahnya.

"Sabar Han sabar, masih ada pawangnya," gumam Farhan menghela napas pelan.

"Pawang? Maksud loe Bang Ricky? Wah parah sih, belum pernah di bogem sama Abang gue nih," ucap Fajri memprovokasi.

"Apa sih loe?!" omel Farhan. Satu tangan sudah melayang di atas.

Ricky memicingkan mata tajam ke Farhan. "Tuh tangan mau ngapain? Mau pukul Fajri," sahutnya.

Tangan Farhan berubah arah menggaruk kepalanya. Hampir saja Farhan kelepasan ingin memukul wajah sang polos Fajri.

"Yuk! Ke kantin, gue lapar," ajak Fenly tak tahan melihat keributan kecil di depan.

Fenly berjalan mendahului mereka, saat melihat ke belakang belum ada satupun yang beranjak. Ekspresi Fenly sudah memerah sempurna.

"Yee malah pada diam! Gue granat loe semua!" bentak Fenly.

Ketiga Pemuda ganteng langsung berdiri. Bulu kuduk mereka berdiri saking takutnya melihat Fenly sudah dalam mode ngegas level 3.

"Selow dong, Abang ganteng," goda Farhan.

"Ciee Abang ganteng marah nih," lanjut Fajri.

"Hahaha ... wajahnya sampai merah tuh," sambung Ricky.

Sukses ketiga pemuda itu malah menyerang Fenly. Suara tawa keras menggema di ruang kelas.

Fenly menghela napas kasar. Kenapa dia harus memiliki sahabat aneh bin absurd seperti mereka. Fenly berjalan cepat meninggalkan sahabat-sahabat dalam mode salah tingkah alias salting.

Hembusan angin kasar menerpa muka Ricky. Saat Ricky melihat ke arah jendela luar, sosok bayangan hitam melintas cepat sambil menunjukan seringai tipis.

Degh!

"Ada apa ini?" batin Ricky tak tenang.

__08__

Di Kantin Sekolah ....

Gilang, Shandy, Zweitson dan Fiki sudah duduk rapi di meja kantin pojokan. Sekarang tempat itu menjadi markas kecil mereka untuk menunda lapar dan haus.

Mereka sibuk dengan dunia masing-masing. Gilang mendengarkan lagu genre beat menggunakan earphone merek terbaru. Sesekali Gilang menyanyikan lirik lagu dengan gaya rapper. Shandy membalas pesan kekasih yang hari ini tidak masuk sekolah dikarenakan ada acara keluarga di Bogor. Senyum dan mimik wajah bahagia Shandy terukir di sana.

Sedangkan Fiki mendengarkan pandangan ke kantin mencari keberadaan keempat sahabat aliasa seniornya. Tak nampak satu batang hidung pun terlihat membuat Fiki cemberut. Dan Zweitson sibuk melihat hasil potret di kamera LSR nya. Hasil-hasil foto Zweitson akan dikirim ke sebuah ajang perlombaan dengan hadiah senilai puluhan juta.

"Lama banget sih abang-abang kece gue. Perut sudah demo nih daritadi," keluh Fiki memegang perut kepalaran.

"Sabar saja sih, nanti juga muncul kok," sahut Zweitson masih fokus menatap foto.

"Yoyoyo ... tenang saja bro," ujar Gilang bergaya swag.

"Yaelah loe cil, berisik banget sih," kesal Shandy acara bucin nya terusik.

Fiki semakin cemberut. Ketiga sahabatnya tidak ada yang mengerti dirinya malah sibuk dengan dunia sendiri.

Tiba-tiba senyum Fiki melebar. Dia melihat sosok Pemuda tampan berjalan menuju kantin. Saat pandangan berubah ke kanan, senyum Fiki menghilang dalam sekejap.

"Loe kenapa Fik?" tanya Zweitson peka melihat perubahan ekspresi sahabat kecilnya itu.

"Fik!" panggil Shandy sambil mengoyangkan kedua bahu Fiki kencang.

"Woii Fiki!" seru Gilang bingung. Pasalnya dia tak merasakan aura negatif di sekitarnya.

Fiki lantas beranjak berdiri. Dia tak menghiraukan panggilan atau kejailan Shandy. Perasaan marah dan kecewa di masa lalu kini muncul kembali gara-gara sosok itu.

"Sorry, gue mau ke kelas," ucap Fiki tanpa melihat ke belakang. Dia langsung pergi meninggalkan kantin cepat.

"Son, Fiki kenapa?" tanya Gilang khawatir.

"Gue juga gatau Bang," jawab Zweitson pelan.

"Hmm ... apa dia habis lihat hantu nya," sahut Shandy asal.

Gilang menoyor kepala Shandy gemas. Zweitson memutar kedua bola mata malas. Shandy sendiri menyengir lebar tak berdosa.

Degh!

Zweitson tak sengaja melihat kamera ponselnya menampakkan sosok bayangan hitam. Hati Zweitson semakin tak tenang.

"Kenapa sosok itu muncul lagi?" batin Zweitson penuh pertanyaan.

.
.
.
.

___SELAMAT TINGGAL___

(15/08/2021)

Chapter bonus kali ini hanya menceritakan kelanjutan setelah teror ruang musik dan kejadian di halaman belakang sekolah selesai ya.

Salam YOUN1T :)

E.I.G.H.T [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang