Note : Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Nama pemeran kuambil dari para member boygroup Indonesia yaitu UN1TY. Maaf jika ada kesamaan latar, tokoh maupun cerita ini. Cerita berjudul Eight adalah murni milik saya!
.
.
.
.
.Di Ruang Musik ...
Zweitson dan Fiki sudah berada di depan ruang musik yang tidak terpakai. Mereka memutuskan untuk menyelidiki lebih jauh kasus ini.
Fiki juga sudah memberitahukan kepada Zweitson penemuan kalung liontin di sana. Penemuan ini menjadi salah satu barang bukti.
"Son, kenapa kita nggak ajak Bang Ricky dkk sih," ucap Fiki sedikit takut.
"Gue takutnya mereka lagi sibuk, Fik," jawab Zweitson.
Pemuda berkamata bulat ini sedang menyiapkan lensa kamera untuk merekam. Lensa sudah siap, Zweitson mulai merekam.
"Guys, sekarang kita balik lagi di ruang musik. Kita mau mencari tahu kebenaran dari sosok hantu siswi yang selalu menampakkan diri di ruangan ini."
Zweitson terus merekam setiap inchi ruangan. Sarang laba-laba dan kumpulan debu menjadi pemandangan indah.
Jreng!!
Suara not piano menggelegar. Fiki sedikit lompat akibat terkejut sambil memegangi pundak Zweitson.
"Fik, lepasin berat tahu," gerutu Zweitson.
Bayangkan saja tubuh kecil Zweitson hampir setengah dari tubuh bongsor Fiki. Fiki menyengir lebar serta menggaruk tengkuk yang tak terasa gatal.
"Son, gue takut nih nanti ada bangku melayang lagi."
Jika mengingat hal itu membuat Fiki tak enak hati dengan Zweitson karena telah menyelamatkannya. Dia berhutang budi kepada sahabat terbaiknya.
"Fik!"
Panggilan Zweitson membuat lamunan Fiki buyar. "Loe gue panggil daritadi juga malah bengong."
"Hehehe ... maaf Soni yang imut tapi nggak gemoy kaya gue."
Fiki mencubit kedua pipi Zweitson gemas. Zweitson ingin memberontak, tetapi terhalangi sedang memegang kamera.
"Tolong aku ..."
Sosok hantu bernama Ummi muncul di depan lensa kamera Zweitson. Hal itu membuat Zweitson serta Fiki terjungkal ke belakang.
Dan tiba-tiba pintu ruang musik terbuka. Nampaklah sosok Ricky dengan napas tersenggal-senggal.
"Bang Rick!"
"Kalian oke kan?"
__08__
Dilla, gadis berkacamata itu terus berlari. Di belakangnya ada Gilang dan Shandy menguntit dari belakang.
Raut ekspresi ketakutan dan gelisah terpancar jelas di wajah Dilla. Dilla sesekali menengok ke belakang. Dia tahu bahwa ada orang yang mengikutinya.
"Awh!"
Dilla meringis kesakitan. Kakinya tersandung batu berukuran sedang. Gilang reflek berlari cepat menuju gadis itu.
"Kamu gapapa Dil?" tanya Gilang khawatir.
Entah sejak kapan Gilang mulai memiliki rasa dengan adik kelasnya, Dilla. Mungkin saat membantu Dilla tengah di bully di kantin, Gilang selalu mengamati dirinya dalam diam.
"Lepasin!"
Dilla memberontak. Dia harus pergi, mungkin menyusul kakak kandungnya. Namun, sosok perempuan selalu menghantui dirinya. Wajahnya menyerupai sang kakak ... Ummi.
KAMU SEDANG MEMBACA
E.I.G.H.T [SELESAI]
FanfictionKedelapan pemuda terpilih secara acak. Mereka harus menyelesaikan teka-teki yang silih berganti. Apakah mereka mampu melakukan hal itu? Siapakah saja mereka? Bagaimanakah kisah kedelapan pemuda itu? [Buku Pertama Eight] Semua pertanyaan akan terjawa...