Chapter 10 Bahaya

636 157 27
                                    

Note : Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Nama pemeran kuambil dari para member boygroup Indonesia yaitu UN1TY. Maaf jika ada kesamaan latar, tokoh maupun cerita ini. Cerita berjudul Eight adalah murni milik saya!
.
.
.
.
.

Jam istirahat kedua telah selesai. Para siswa siswi berebutan memasuki kelas masing-masing. Terlihat Fenly, Fajri dan Farhan atau biasa di sebut 3F beriringan ke kelas. Mereka sudah menjadi teman akrab setelah pertemuan itu.

"Fen, Han, kalian lihat Bang Ricky nggak?" tanya Fajri tersadar bahwa sosok abang tidak ada.

"Gak tahu gue bre." jawab Farhan.

"No!" Fenly menggerakan jari telunjuk kanan ke kiri.

Tiba-tiba kepala Fenly terasa pusing. Sebuah potongan rekaman muncul, seorang pemuda berdiri di sebuah atap. Ada dua orang lainnya berusaha untuk mendekat. Seragam sekolah mirip dengan bertuliskan nama depan S.

Peluh keringat membasahi pelipis Fenly. Napas memburu seakan habis berlari sepuluh kilometer tanpa henti.

"Fen! Fen!" panggil Farhan panik menggoyangkan pundak Fenly keras.

Fenly tersadar. Badannya terasa lemas, hampir saja terjatuh jika tak ditahan oleh Fajri.

"Loe kenapa Fen?" tanya Fajri cemas.

"Gue-- habis dapat penglihatan masa depan dan--" Perkataan Fenly terpotong. Dia mengambil napas sejenak, lalu menghembuskan perlahan. "Ada siswa berdiri di pinggir atap gitu, terus dua siswa lain berada di belakangnya."

Farhan dan Fajri saling melirik kecil. Keduanya memiliki firasat buruk.

"Ayo, kita coba ke atas sekolah!" ajak Farhan. Dia pergi duluan memimpin jalan disusul oleh Fajri dan Fenly.

"S? Siapa?" gumam Fenly pelan. Wajah mereka begitu samar dalam penglihatan.

__08__

Gilang dan Ricky menaiki anak-anak tangga tergesa-tergesa. Peluh keringat sudah membasahi muka dan seragam sekolah. Adrenalin saat ini berpacu cepat. Waktu sangatlah berharga.

Brak!!

Pintu atap sekolah di buka lebar. Kilauan cahaya matahari cukup mengganggu penglihatan. Gilang dan Ricky berlari keluar.

Di pinggir atap sekolah, seorang siswa berdiri di sana. Rambut gondrongnya berantakan terkena hembusan angin.

"Shandy!"

Gilang baru akan mengambil selangkah ke depan, tubuh Shandy sudah berbalik menatap dirinya. Wajah pucat, tatapan kosong, dan bibir menyeringai lebar.

"Hihihi ..."

Ricky menatap balik Shandy. Dia dapat melihat sosok hantu seorang wanita berbaju putih panjang, rambut gondrong, serta banyak lumuran darah di wajah dan pakaian. Ada beberapa belatung keluar dari kedua pipi yang robek.

"Astaga!" kaget Ricky mengelus dada.

"Siapa yang merasuki Shandy, Ki?" tanya Gilang tersirat nada khawatir.

Ricky menjelaskan secara detail kepada Gilang. Respon pemuda berkulit hitam manis itu sama seperti Ricky. Kedua tangan digenggam erat menahan kekesalan.

"Gue nggak bisa jaga Shandy," lirih Gilang.

"Jangan salahin diri sendiri Bang Lang. Sebaiknya kita cari cara buat mengeluarkan sosok hantu yang merasuki Bang Shandy." ucap Ricky mengelus pundak kiri Gilang menyalurkan kekuatan serta ketenangan.

Gilang menganggukan kepala kecil. Perkataan Ricky benar, dia harus tenang jangan sampai emosi menguasai dirinya. Gilang berpikir cepat untuk mencari sebuah cara menyelamatkan sahabatnya itu.

E.I.G.H.T [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang