Chapter 03 Murid Baru

768 182 42
                                    

Note : Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Nama pemeran kuambil dari para member boygroup Indonesia yaitu UN1TY. Maaf jika ada kesamaan latar, tokoh maupun cerita ini. Cerita berjudul Eight adalah murni milik saya!
.
.
.
.
.

Fenly menggeram kesal. Lagi-lagi mimpi buruk itu terus menghantuinya di setiap malam. Fenly sudah tak muak dengan ini semua. Dia rindu dengan mimpi indah di mana tidak ada sosok bayangan hitam yang terus mendatanginya melalui mimpi.

"Sial!"

Fenly memukul keras bantal bergambar buah Apel. Capek. Lelah. Itulah yang dirasakan setiap harinya menjelang malam. Mengusik ketenangan dan konsentrasi dalam belajar.

Mata panda tercetak jelas di lingkaran kedua mata. Fenly meraih segelas air putih. Dia lantas meminum hingga tak ada air lagi yang tersisa, tetesan terakhir pun ia nikmati.

"Kalau begini terus gimana gue bisa mempertahankan posisi rangking pertama di kelas," gerutu Fenly.

Tak sengaja Fenly mengingat pertemuan pertama dengan seorang murid bernama Ricky Zakno. Pemuda yang menarik perhatiannya sejak awal masuk sekolah. Tak dipungkiri ada sesuatu hal istimewa di balik sosok Ricky.

"Cukup menarik," gumam Fenly.

Di saat pemuda berkulit putih namun tak mirip dengan bule memejamkan mata kembali. Sekilas bayangan tercetak nyata dalam memori Fenly.

Seorang pemuda memasuki area sekolah. Wajahnya terlihat samar. Sebuah kejadian menghebohkan akan datang di saat pemuda itu masuk ke salah satu kelas. Ada bercak darah di dinding serta papan tulis.

Degh!

Penglihatan Fenly kembali normal. Peluh keringat membasahi wajah serta pakaian tidur berwarna merah yang dikenakan. Deru napas seakan berlomba-lomba.

"Arghh!!"

Fenly mengacak kasar rambut pirang miliknya. "Kenapa gue harus terlibat kembali dengan kejadian itu?" lirihnya.

Kedua tangan meremas kuat selimut merah. Fenly pun tak bisa tidur hingga pagi menjelang.

Sudah tahukah kemampuan Fenly apa?

__08__

Ricky sudah bersiap untuk berangkat sekolah. Kaki jenjangnya menuruni anak tangga menuju meja makan. Sarapan pagi sangat penting sebelum menjalani aktivitas seharian, itulah prinsip kesehatan Ricky.

Di meja makan sudah tersedia roti gandum serta dua gelas susu putih hangat. Ukuran meja yang besar, tetapi tak ada seorang pun di sana. Kehidupan sebagai anak kaya raya di mata orang-orang sangatlah indah, namun itu hanya tipu belaka saja. Kesendirian mengharuskan Ricky tumbuh menjadi anak mandiri.

"Selalu saja seperti ini," lirih Ricky.

Ricky menarik salah satu bangku, lantas memilih untuk duduk. Selembar roti gandum ia ambil, lalu diolesi dengan selai kacang dan coklat. Menikmati sarapan seorang diri membuat dia rindu dengan sosok kedua orang tuanya.

Saat ini kedua orang tua Ricky sedang berada di luar negeri menjalankan bisnis tekstil dan otomotif. Hampir sebulan lamanya mereka tak pulang ke rumah. Hanya kiriman uang setiap minggunya masuk ke dalam rekening bank. Memberi kabar pun jarang sekali.

Srekk!

Satu buah bangku ditarik oleh seseorang menimbulkan suara bising. Ricky menatap sosok pemuda seusianya duduk di hadapannya.

"Maaf, saya teh telat bangun hehe ...,"

"Fajri!"

Spontan Ricky berdiri. Ia berpindah posisi menuju tempat pemuda bernama Fajri itu. Ricky memeluk erat tubuh Fajri dan dia hanya diam.

E.I.G.H.T [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang