Chapter 09 Orang Kelima dan Keenam

614 155 8
                                    

Note : Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Nama pemeran kuambil dari para member boygroup Indonesia yaitu UN1TY. Maaf jika ada kesamaan latar, tokoh maupun cerita ini. Cerita berjudul Eight adalah murni milik saya!
.
.
.
.
.

Gilang berlari kencang mengejar Shandy si manusia jahil. Bagaimana tidak? Di pagi hari yang cerah ini, suasana sekolah awalnya sepi menjadi ramai mirip pasar tradisional karena aksi kedua siswa kelas XII.

"Oi Jamal! Balikan kalung rantai gue!" geram Gilang.

"Hahaha ... kejar gue kalau bisa Lang," ledek Shandy.

Shandy terus berlari, sesekali melirik ke belakang. Di mana sosok pemuda berkulit hitam manis masih setia mengejarnya. Sungguh kelakuan senior tak patut untuk di contoh.

Mereka seperti tokoh kartun 'Tom and Jerry' saat bertengkar atau saling menjahili. Dan mereka seperti Surat serta Perangko yang akan selalu menempel di manapun berada.

"Shan! Gue sudah nggak kuat nih!"

Gilang menyerah. Kedua tangan sudah berada di lutut, dalam kondisi setengah membungkuk. Dia mengatur napas, lalu menghirupkan oksigen sebanyak-banyaknya.

Hidung sudah kempas-kempis. Tak kuat rasanya untuk mengejar si Jamal manusia aneh bin ajaib. Jamal, panggilan kesayangan Gilang untuk Shandy si bucin akut.

Shandy menghentikan aksinya berlari. Pemuda itu tertawa heboh melihat sahabatnya seperti ikan yang keluar dari air.

"Hahaha ... gitu saja sudah menyerah loe," ledek Shandy. Dia mengacungkan ibu jari kanan ke bawah.

"Bodo amat!" sahut Gilang kesal.

"Dasar cemen sepatu gelang hahaha ...."

Plakk!!

Sepatu hitam berhasil mendarat halus di wajah Shandy. Sekarang giliran Gilang tertawa heboh sampai terpingkal-pingkal melihat wajah jelek Shandy memerah akibat terkena lemparan manis darinya.

"Mampus!"

"Bangke emang loe!"

__08__

Di lorong seberang, siswa berkacamata bulat berjalan tak semangat. Kejadian demi kejadian berhubungan dengan makhluk tak kasat mata semakin meresahkan. Sosok bayangan hitam seakan terus meneror dirinya.

Padahal sudah hampir dua tahun lamanya, siswa bernama Zweitson tak mengalami hal semacam itu. Hidupnya mulai tak aman sejak memasuki area lingkungan sekolah SMA Satu Bangsa.

"Gila! Gue sudah pusing sama tugas sekolah ditambah dapat teror setan," keluh Zweitson aka Soni mengacak rambutnya frustasi.

Teringat kembali kejadian di ruang musik. Padahal sudah dua hari lamanya, Soni tak mengunjungi ruangan tersebut. Namun, seakan ada sebuah medan magnet terus menarik dirinya untuk ke sana.

"Apakah ada peristiwa pembunuhan di ruang musik yang berhubungan dengan hantu siswi itukah?" pertanyaan yang selalu terniang di otak Soni.

Tak sengaja Zweitson menabrak seorang gadis. Gadis itu menjatuhkan buku-buku yang sebelumnya berada di pelukan.

"Aww," ringis sang gadis akibat kaki kanan terkena buku berukuran tebal.

Zweitson langsung membantu mengumpulkan buku-buku berserakan di lantai.

"Eh, maaf ya."

Tiga buah buku dengan ketebalan dan ukuran berbeda-beda sudah kembali dalam pelukan gadis itu. Zweitson tak enak hati. Dia melirik namatage di seragam bertuliskan Dilla Fadilla.

E.I.G.H.T [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang