Chapter 18 Pembalasan

690 160 44
                                    

Note : Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Nama pemeran kuambil dari para member boygroup Indonesia yaitu UN1TY. Maaf jika ada kesamaan latar, tokoh maupun cerita ini. Cerita berjudul Eight adalah murni milik saya!
.
.
.
.

Di Ruang Laboratorium gedung lama ...

Zweitson, Fenly dan Anneth masih mencari beberapa peralatan dan bahan untuk digunakan. Mereka menelusuri tiap sela-sela ruangan dengan teliti.

"Bang Fen, loe sudah ketemu?" tanya Zweitson aka Soni. Beberapa kali Zweitson membersihkan lensa kacamata akibat terkena debu.

"Belum Son, kamu gimana Neth?" tanya Fenly kepada Anneth.

Anneth tengah memeriksa bagian laci bagian atas. Dia menggelengkan kepala kecil, lalu kembali mencari.

Beberapa menit kemudian, Zweitson  berteriak kencang. "Guys! Gue sudah dapat nih!"

Fenly dan Anneth langsung menghampiri Zweitson. Kamera Zweitson sengaja ditaruh agak pojokan agar bisa merekam semuanya.

"Hmm ... terus ini gimana?" tanya Zweitson bingung. Kelas X belum diajarkan untuk mencampurkan bahan-bahan kimia.

"Gue sama Anneth pernah belajar ini," jawab Fenly. Anneth tak terlalu banyak bicara. Dia sedikit menyingkirkan debu di bagian bahu seragam. Terlihat ada beberapa bentol di jari-jari Anneth, namun dia menyembunyikan dari mereka.

Zweitson, Fenly dan Anneth menaruh perlengkapan di atas meja khusus penelitian. Bahan-bahannya yaitu Asam Klorida (HCL), Asam Nitrat (HNO3), pipet, tabung kimia serta gelas ukur.

"Sudah siap?" tanya Fenly memastikan.

"Siap!" jawab Zweitson dan Fenly kompak.

Fenly mengambil botol cairan berisi HCL, lalu menuangkan sekitar 400 mL. Setelah itu Anneth menuangkan cairan HNO3 sekitar 100 mL. Jadi, perbandingannya 4:1. Semua sudah tercampur ke dalam gelas ukur.

Zweitson memperhatikan dengan seksama dan teliti. Setiap ilmu akan diterapkan ke dalam otak.

Anneth mengoyangkan pelan gelas ukur akan cairan kimia cepat tercampur. Kira-kira sekitar tiga sampai lima menit, cairan kimia sudah menyatu.

"Son, mana barangnya?" tanya Fenly.

Zweitson merogoh saku celana. Dia mengeluarkan sebuah plastik yang berisi alat tajam berupa pisau. Pisau itu sudah berkarat dan terdapat bercak darah.

"Semoga berhasil," ucap Zweitson.

Anneth memicingkan mata melihat pisau tersebut seakan meneliti. Kedua bola mata melebar. Sepertinya Anneth pernah melihat pisau itu di rumahnya.

Sebenarnya apa yang mereka akan lakukan??

__08__

Fajri menatap ngeri warna aura hit sangat gelap pekat mengelilingi sekitar tubuh Ricky. Dia hendak ingin menolong, tetapi Fiki mencegah.

"Bang, jangan lakukan hal ceroboh," ucap Fiki lirih.

Fiki tak sengaja membaca pikiran Fajri. Dia tahu bahwa yang akan dilakukan Fajri baik, tetapi nyawanya juga akan terancam.

"Tapi ... Bang Rick dalam bahaya," ujar Fajri lemas.

Farhan meratapi ekpresi wajah Fajri, dia pun ikut merasakan sedih. Farhan hanya berharap semoga kejadian ini cepat selesai dan tak menimbulkan korban jiwa.

"Rick, gue yakin loe pasti bisa."

Gilang berjalan tertatih ke arah Dilla. Kepala Dilla sudah dibalut kassa gulung setidaknya untuk menghambat perdarahan di sana.

E.I.G.H.T [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang