16

332 64 15
                                    

Yuri baru saja sampai di depan apart pukul 7 malam. Dia baru saja dari studio ayahnya sunwoo. Dan besok semua perlombaan akan dimulai.

Butuh persiapan yang banyak untuk menghadapi semua lomba itu. Yuri yang juga berpartisipasi dalam lomba futsal pun sudah mulai mempersiapkan fisiknya dari jauh jauh hari. Ia tak ingin mengecewakan teman teman sekelasnya.

"Gue duluan ya," -pamit sunwoo mengacak rambut yuri.

"Iya, makasih bang udah nganterin," -yuri.

"Yoi santuy wae."

Sunwoo mulai meninggalkan yuri melesat jauh bersama motornya.

"Hhhhh....harus masuk nih?" -tanya yuri pada dirinya sendiri.

"Masuk deh, kasian anak orang tinggal sendirian di apart," -ucap yuri memasuki gedung apartemen.

Sampai di depan unit apartnya, yuri segera memasukkan password yang berada di pintu.

Tangannya membuka pelan pintu, ia mulai berjalan masuk ke dalam apart.

Saat memasuki ruang tv, matanya langsung menangkap sosok yang tengah tertidur di sofa dengan posisi duduk.

Yuri menghela nafas kasar. Dengan perlahan dia berjalan ke arah renjun.

"Ren-eh?"

Yuri terkejut ketika tangannya menyentuh kulit tangan renjun yang panas. Tangannya beralih ke arah dahi renjun.

"Panas banget."

"Njun bangun..." -yuri menepuk pelan pipi renjun.

Tetapi renjun tak memberikan reaksi apapun. Ia terus terdiam dengan tubuh yang masih dalam posisi terduduk.

"Renjun bangun...jan bercanda ih,"

Sekarang yuri panik sembari mengguncang tubuh renjun, tapi tetap saja renjun tak bangun sedikit pun. Yuri segera menelfon dokter klinik dekat apartnya.

-

"Hhhh....maaf ya..." -yuri menghela nafas pelan.

Tangannya mengusap rambut renjun yang masih setia memejam kan matanya semenjak dokter pulang setelah memeriksanya.

Yuri merasa bersalah karena tidak memerhatikan renjun beberapa hari ini. Sekarang renjun sakit karna nya.

Sebenarnya yuri sudah tidak marah lagi pada renjun, hanya saja dia sedang malas jika berada di samping renjun apalagi jika ada lia di sekitarnya.

Yuri cemburu?

Oh tentu tidak, menurutnya itu bukan cemburu.

Lalu apa yur? Gondok?

Sudahlah.

Tangan yuri terus mengusap rambut dan wajah renjun, sedangkan matanya melihat ke arah jendela karna cuaca sedang hujan di luar sana.

Yuri tak sadar jika renjun sudah bangun dan menatapnya dari bawah. Tangan renjun terulur menggengam tangan yuri yang berada di kepalanya membuat sang empunya memekik pelan.

"Eh? Udah bangun? Ada yang sakit?" -tanya yuri.

Renjun diam saja sembari mengulas senyum di bibirnya, merasa gemas melihat wajah yuri yang khawatir padanya.

"Ditanya tuh jawab anjir, udah makan belum?" -tanya yuri kembali.

Renjun mengangguk.

"Gue kenapa?" -tanya renjun dengan suara yang serak.

"Maag lo kambuh di tambah kecapean sama dehidrasi. Makanya kalo cape istirahat jun jangan di paksain nugas," -omel yuri.

"Iyaa."

BE WITH ME✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang