15

351 63 12
                                    

Paginya, yuri memaksa pergi ke sekolah dalam keadaan sedikit kacau dan kurang stabil. Kantung mata yang terlihat jelas dan wajah yang tampak lesu, membuat yuri tampak seperti zombie yang berkeliaran di sekolah.g.

Saat bangun tidur pun yuri kembali menangisi ayahnya lagi. Bahkan dia menelfon sang kakak sembari menangis menanyakan keadaan sang ayah. Dan kata jihoon ayahnya masih dalam keadaan koma dan belum ada kemajuan. Yuri lagi lagi menangis hingga renjun harus masuk ke kamarnya menenangkan yuri lagi.

Renjun sudah membujuk yuri agar tidak pergi ke sekolah hari ini, tapi keras kepalanya yuri mengalahkannya.

Di tambah yuri sedang marah pada renjun, jadinya renjun hanya pasrah saja menuruti perkataan yuri.

Yuri berubah menjadi pendiam pagi ini. Dia akan berbicara jika ada yang menanyainya saja.

Teman temannya pun ikut kebingungan melihat yuri yang diam saja. Mereka juga khawatir melihat keadaan yuri yang berantakan.

"Lo gapapa? Lo mandi kagak sih pas mau ke sini?" -tanya ryujin melihat wajah bengkak yuri.

"Gapapa," -sebisa mungkin yuri tersenyum di depan temannya.

"Lo gadang nonton penthouse ya?" -tebak winter walaupun salah tapi di angguki yuri.

"Yeeu dongo ngapain coba nonton begituan," -ryujin menoyor kepala yuri.

"Biar emosi," -saut yuri ngawur.

Kedua temannya hanya memasang wajah datar mendengar ucapan yuri.

"Ih anjir sepatu olahraga gue rusak gimana dong?" -curhat ryujin.

"Halah ngomong aja lu kagak mau ikutan futsal," -saut winter menoyor kepala ryujin.

"Jan buka kartu anjing," -ryujin mulai menjambak rambut winter.

Yuri hanya diam melihat kedua temannya bertengkar. Sampai akhirnya jeongin datang memisahkan winter dan ryujin.

Jeongin menoleh pada yuri yang melamun menatap keluar jendela. Ia sangat ingin menanyakan apakah yuri baik baik saja. Tapi dia ragu.

"Hayuk ke kantin, bel udah bunyiii," -ajak winter pada teman temannya.

"Yuk ri," -ryujin menarik tangan yuri, tapi sang empunya hanya diam saja di bangkunya.

"Kalian duluan aja, nanti gue nyusul," -yuri lemas.

"Yakin?"

"Iyaaa," -saut yuri meyakinkan ryujin.

Akhirnya mereka keluar kelas meninggalkan yuri dan jeongin berdua di dalam kelas.

"Kenapa hm?" -tanya jeongin mengusap kepala yuri saat memastikan sudah tidak ada orang di sana.

"Papah koma..." -lirih yuri.

Jeongin membelalakan matanya mendengar perkataan yuri. Dia juga sudah tau kalau ayah yuri di bawa ke australia untuk pengobatan, yuri yang menceritakannya sendiri.

Tangan jeongin menepuk pelan bahu yuri seakan memberitahu semuanya akan kembali baik baik saja.

"Gue mau nyusul ke sana tapi dilarang, gue harus gimana yen?"

Air mata yuri kembali turun membuat jeongin harus memeluknya dan menenangkannya.

"Sabar...papah lo pasti sembuh yuri, percaya sama gue," -ucap jeongin.

Yuri mengangguk di sela pelukannya.

"Woy wanto katanya mau ngambil minum di tas?" -tanya ryujin.

Winter terkesiap, dia berjalan mendekati ryujin yang berdiri di ujung lorong.

"Gak jadi, gue lupa kalo gak bawa minum," -winter menunjukkan cengiran khasnya.

BE WITH ME✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang