Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Untuk pembagian kelompok kalian udah tau kan?"
"Udah pak!"
"Nah, sekarang kalian bangun tendanya setelah itu tolong kumpulkan beberapa kayu untuk kita buat api unggun nanti malam, cari kayunya jangan jauh jauh cukup disekitar tempat sini aja," -titah pak shindong selaku penanggung jawab acara.
"Baik pak!"
Semua murid mulai mendirikan tendanya masing masing. Mereka baru sampai di bumi perkemahan pukul 11 siang. Butuh waktu yang cukup lama ke tempat kemah karna jalanan yang begitu licin setelah hujan.
"Yur, karna tangan lo yang sebelah lagi sakit mending pegangin aja nih tali, nanti gue yang paluin pancuhnya," -ucap winter menyuruh yuri memegang tali.
Yuri mengangguk dan membantu winter mendirikan tenda. Mereka berada dalam satu kelompok dengan anggota yang lain yaitu ryujin dan somi.
Kedua gadis lainnya mengurus bagian belakang tenda sedangkan yuri dan winter bagian depan.
Walaupun awalnya agak susah membangun tendanya, tapi setelah 20 menit berlalu akhirnya tenda mereka berhasil didirikan.
"Waah gini ya cara masang tenda," -ucap yuri kagum.
Winter menepuk jidatnya mendengar ucapan yuri yang terdengar begitu polos. Somi dan ryujin hanya menatap yuri aneh. Mereka berfikir jika yuri baru saja keluar dari goa.
"Yuk kita masukin barang barang ke dalem tenda," -ajak winter pada ketiga temannya.
Mereka langsung memasukan semua barang barang ke dalam tenda tanpa ada yang tertinggal sedikit pun.
Selesai membereskan tenda, mereka lanjut mencari kayu. Kali ini mereka berpencar, yuri pergi dengan ryujin sedangkan winter dengan somi.
Sungguh yuri ingin melempari winter dengan batu. Dirinya kesal kenapa harus bersama ryujin. Sudah tau mereka sedang tidak akur, tapi dengan seenak jidatnya winter menarik somi menjauh dan meninggalkan yuri dengan ryujin berdua didepan tenda. Alhasil yuri terpaksa pergi bersama ryujin.
Keadaan keduanya kini sangat canggung. Entah ryujin merasakannya atau tidak tapi yuri benar benar tak bisa berkutik. Ia hanya diam mengikuti arah kemanapun ryujin berjalan. Tak lupa ia juga memunguti kayu yang ia temui disepanjang jalan.
"Yuri."
Yang dipanggil seketika menghentikan langkahnya melihat ryujin membalikkan badannya. Jantungnya berdegup kencang takut ryujin mengucapkan kata kata kebencian seperti orang lain.