"Mau ke mana?"
"Kebiasaan, deh, makan sambil bicara begitu, Nii-chan."
Boruto mengedikkan bahunya apatis, tak terlalu peduli pada ucapan Himawari—Adiknya. Selama beberapa saat Boruto mengunyah apel pemberian Nenek kemarin sambil terus menatap Himawari. Ketika Adiknya itu mengambil payung di balik pintu depan, Boruto lekas berseru, "Mau ke mana?"
Himawari menoleh. "Aku akan pergi ke kantor Ayah, mengantar sarapan."
"Lalu, untuk apa membawa payung?"
"Jaga-jaga kalau hujan lagi. Lihat langit masih mendung walaupun kemarin sudah hujan," balas Himawari.
Seperginya Himawari, Boruto pun tinggal sendirian di lorong panjang menuju pintu depan. Cowok itu akhirnya putar arah dan berjalan menuju dapur. Hidungnya sudah mengendus aroma masakan dari arah sana. Sudut bibir Boruto tertekuk kesal, pagi ini ia tidak jadi makan makanan instan.
"Pagi," sapa Boruto ketika tiba di depan wastafel. Berhubung apel yang tadi ia makan sudah tandas, jadi kini waktunya menyantap sarapan. "Oh, Kawaki, kapan kau kembali dari misi?"
Sosok cowok bertubuh tinggi yang duduk di salah satu kursi makan terlihat mendengus. "Kemarin sore. Kau sendiri?"
"Aku pulang tadi malam, waktu hujan deras." Boruto mengambil mangkuk nasi sesaat setelah ia duduk. "Kaa-chan masak banyak, ya, pagi ini. Tumben ada salad juga."
Kawaki mengunyah potongan daging yang masuk ke mulutnya melalui jepitan sumpit. Cowok tinggi itu melirik Boruto sejenak. "Omong-omong, Ibu kelihatannya sedang gembira, dari pagi-pagi sekali sudah sibuk di dapur. Sekarang Ibu pergi ke belakang, memeriksa tumpukan pakaian kotor."
"Mungkin akan ada acara dengan teman-temannya, jadi bawaannya gembira," sahut Boruto. "Lalu, hari ini kau ada rencana pergi ke mana, Kawaki?"
"Tak rencana apa pun."
"Sama, aku juga."
Berikutnya, kedua anak lelaki dari keluarga Uzumaki itu makan dalam hening. Boruto sibuk makan sambil memikirkan kira-kira hari ini akan main ke mana, sedangkan Kawaki diam karena menikmati makanannya.
Boruto menopang wajahnya dengan sebelah tangan selagi ia mengaduk sup. Mendadak perutnya terasa tak enak. Dahinya mengerut karena menahan rasa tak nyaman.
"Kenapa?" Kawaki menatap Boruto sambil menyudahi sarapannya. Cowok itu lekas membereskan mangkuk dan sumpit yang tadi ia gunakan.
"Perutku sakit." Boruto diam sejenak. "Apa karena makan apel pagi-pagi, ya?"
Kawaki mengedikkan bahunya. "Biasanya juga perutmu tahan. Tumben, sakit perut."
"Entahlah." Boruto ikut menyudahi sarapannya. Cowok itu segera naik ke lantai atas untuk berbaring di kamar. Tumben perutnya terasa diremas seperti ini.
Ketika masuk kamar, Boruto dapati jendelanya belum terbuka. Dengan cepat cowok itu membuka jendela dan menyingkap tirainya. "Ck, pasti gara-gara apel tadi. Nenek kemarin memberinya tidak tulus, jadi hasilnya begini," gerutunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Future? [BoruSara Fanfiction]
FanficEnd- Future? [BoruSara Fanfiction] Untuk pertama kali dalam hidupnya, Boruto akui ia menyesal karena telah menolong seseorang. Andai malam itu ia bergegas pulang seperti apa kata Sarada, mungkin ia tak akan terlibat dalam ramalan tengah malam. Hari...