"Fokusnya berkurang." Bola mata Mitsuki bergulir ke arah kanan niat menilik sosok Boruto. Jelas dari sudut pandangnya, sejak dicekik oleh Sarada tadi, fokus Boruto untuk sekadar berlari menyusuri dahan demi dahan terpantau berkurang drastis. Itu yang Mitsuki lihat dari sudut pandangnya. Sekali-dua kali Boruto bahkan tertinggal sampai lima meter jauhnya di belakang Mitsuki. Berlari menuju area barat daya tempat Mia berada bukanlah perkara yang dapat diselesaikan dalam waktu sekedip mata. Jarak tempuh mereka lumayan jauh, di keremangan hutan tropis yang penuh semak. Andaikata mereka lengah sedikit saja kemudian terjatuh dari dahan pepohonan, tentu perjalanan mereka bisa terhambat.
Mitsuki mempertajam tatapannya. Matanya memindai area sekitar dengan ketelitian yang terus menjadi-jadi. Langkah kakinya dipacu lagi. Hingga pada satu titik, Mitsuki meraih dua shuriken dari balik pinggangnya. "Semak di depan sempat bergerak."
Boruto menoleh. Ia perhatikan Mitsuki yang melempar dua shuriken tadi dalam waktu sekejap mata. Sekilas Boruto lihat, sebelum shuriken-shuriken itu telak menghantam semak, pantulan cahaya dari bulan terlihat di salah satu ujungnya. Boruto pun mendongak. Purnama, kah? Tapi ini belum waktunya purnama.
"Boruto, awas!!"
Brakhh!
"Akh!"
Mitsuki gesit membentuk segel tangan. Kedua kakinya berpacu maju bersama aliran raiton keemasan yang menjalar di udara. Dalam satu hentakan kaki, pohon beserta semak di depan sana penuh dialiri oleh sebalut raiton.
"Jangan turun ke tanah, Boruto! Tetap di sana!" seru Mitsuki untuk Boruto yang sedang bertumpu pada batang utama salah satu pohon.
Boruto memegang lengannya yang sobek. Gila, benar-benar gila. Shuriken yang tadi Mitsuki lempar tiba-tiba bergerak umpama bumerang. Dua shuriken itu datang kembali ke arah dirinya dan Mitsuki. Mitsuki sadar dan segera menghindar, lain dengan Boruto yang lengannya sukses disobek.
Boruto mendecih. "Sial ...."
Dua tangan Mitsuki meraih kunai peledak. Saat ini, sejujurnya kekuatan Sarada yang mereka butuhkan. Katon dapat memberikan mereka sedikit bantuan penerangan. Namun karena Sarada tak ada, maka Mitsuki terpaksa menggunakan peledak. Raiton-nya di depan sana sudah menghilang seolah diserap oleh sesuatu. Ketika dua kunai-nya meledak, Mitsuki akhirnya menemukan sesuatu di depan sana. Di semak itu, di pohon tinggi menjulang itu, terlihat kilat kebiruan tipis seolah ada dinding pelindung yang menjaga keamanan pohon serta semaknya. Mitsuki menghentikan langkahnya, mengernyit.
Boruto menyusul Mitsuki untuk maju. "Ada apa?"
"Dinding pelindung. Berarti itu bukan sembarang pohon."
Boruto mendongak menatap bulan purnama. Benar-benar, malam ini purnama. Padahal setahu Boruto purnama seharusnya muncul dalam waktu kurang-lebih lima hari lagi. Kenapa purnama muncul lebih cepat?
"Jadi, kita selesaikan masalah di sini atau kita menyusul Mia ke barat daya?" tanya Mitsuki.
Boruto meraih alat komunikasi di balik jaketnya. "Kami di perjalanan menuju barat daya. Bagaimana keadaan di sana?"
Bzzt.
"Bantuan dari tenggara sudah berhasil melumpuhkan seekor serigala yang tadi mengepung kami, Boruto."
Mitsuki menoleh, itu suara Mia.
"Sekarang serigala itu masih dalam pengaruh bius berat. Untuk keamanan, kami berusaha memasukkan serigala itu ke kerangkeng besi, tapi kami masih kesulitan."
"Aku dan Mitsuki mungkin akan tertahan di tengah hutan," ucap Boruto. "Ada pohon aneh di depan kami, yang bahkan saking anehnya tak bisa kami sentuh. Jadi untuk memastikan sesuatu, aku dan Mitsuki akan memeriksanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Future? [BoruSara Fanfiction]
FanfictionEnd- Future? [BoruSara Fanfiction] Untuk pertama kali dalam hidupnya, Boruto akui ia menyesal karena telah menolong seseorang. Andai malam itu ia bergegas pulang seperti apa kata Sarada, mungkin ia tak akan terlibat dalam ramalan tengah malam. Hari...