14¦ Korban Jiwa

1.6K 224 127
                                    

Kalau memang Sarada menyukainya, Boruto harus apa? Terlalu nyaman dengan status sahabat membuat Boruto abai pada perasaannya selama ini. Ini tentang, bagaimana jika yang diramal akan terkena bahaya oleh Peramal Tua adalah gadis lain dan bukan Sarada? Boruto mungkin tak akan segiat ini dalam melindunginya.

Boruto memang berperikemanusiaan, ia akan menolong siapa saja yang berada dalam bahaya, tapi tentu normal bagi siapa pun untuk lebih melindungi orang yang ia sayang, ketimbang orang yang ia kenal saja tidak. Dari skema ini Boruto akhirnya menyimpulkan, bahwa ia sayang Sarada. Sebagai sahabat? Dulu begitulah kurang-lebihnya. Namun sekarang semuanya terasa sulit untuk sekadar diumpamakan lewat kata.

"Bahumu masih terluka."

Boruto meraih sepasang dayung. Setelah sesi curhat dadakan dengan Mitsuki tadi, Boruto dan Sarada mulai bertolak menjelajahi danau. Jernih sekali airnya, meski dalamnya juga tak seberapa. Ini danau alami berdasarkan penjelasan Nao di awal sesi liburan hari ini.

Boruto tak membalas ucapan Sarada hingga keduanya melihat ikan-ikan yang berenang lincah di bawah perahu. Cowok itu menatap air. "Maaf untuk yang tadi pagi."

Sarada tertegun.

"Ini ... wajar aku menjagamu, 'kan? Kita sudah saling kenal sejak kecil, Sarada."

Boruto menatap Mitsuki dan Nao yang sampannya sudah berada di tengah danau, berjauhan dengan dirinya dan Sarada. Sementara Yuri dan Sada melaju dengan lebih lambat lagi guna menikmati pemandangan. Boruto menghentikan tangannya yang mendayung. Ia tak bisa secepat Mitsuki lantaran bahunya masih diperban.

Sarada menoleh karena Boruto berhenti. Mimik wajahnya melemah menatap Boruto yang sibuk memeriksa perban di balik kaus putihnya.

"Sakit? Tidak berdarah lagi, 'kan?"

Sampan bergoyang ketika Sarada maju secara tiba-tiba dan memeriksa bahu Boruto. Boruto terkejut, sangat terkejut. Apalagi ketika gadis itu berada begitu dekat dengan dirinya.

Mitsuki di kejauhan sempat melirik Sarada dan Boruto sebelum melanjutkan obrolannya dengan Nao.

"Kenapa kau peduli padaku?" tanya Boruto.

Sarada tertegun. Iris hitamnya bergulir memindai wajah lawan bicaranya.

"Kenapa, dattebasa?"

"Karena kita bersahabat," lugas Sarada.

Boruto tersenyum. "Hanya karena itu?"

Sarada sadar bahwa barusan ia memberikan jawaban yang mirip dengan jawaban Boruto ketika ditanyai pertanyaan serupa. Mulut gadis itu terkunci rapat dan tanpa sadar Boruto pun mengepalkan tangannya.

"Hanya karena itu, Sarada?"

"Alasan lainnya adalah kau terluka begini karena melindungiku. Jadi wajar aku khawatir," tambah Sarada.

"Hanya itu, benar?"

"Kau kenapa, sih?"

"Kau yang kenapa, 'ttebasa."

Sarada tertegun.

Boruto menurunkan tangan Sarada dari bahunya dan secara megejutkan kembali menggenggam tangan gadis itu. "Dengar," lirih Boruto, "itu juga alasan dasar kenapa aku melindungimu. Karena aku khawatir pada sahabatku. Aku tak mau kau terluka, karena kalau kau sampai kau kenapa-napa, aku akan menyalahkan diriku sendiri, 'ttebasa. Jadi kutanya sekali lagi, apa maksudmu dengan kata 'sialan'?"

Future? [BoruSara Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang