"Gula kapas di sini ukurannya agak kecil, ya?"
Sebelum melanjutkan perjalanan menuju Mizūmigakure, Kagura mengajak Boruto, Sarada, dan Mitsuki untuk jalan-jalan di sekitar pusat keramaian Kirigakure. Hitung-hitung sebagai saat yang tepat untuk membeli camilan perbekalan di kapal nanti.
Boruto menoleh pada Sarada yang barusan berbisik padanya.
"Di Konoha ukurannya agak besar," gumam Sarada.
Boruto berkedip satu kali, kemudian meraih gula kapas yang sejak tadi Sarada perhatikan. "Kalau mau itu, ya, tinggal beli. Apa harus dikomentari dulu baru dibeli?"
Mitsuki yang ingin membeli roti cokelat kemasan menoleh pada Boruto. "Boruto, aku ke sebelah sana dulu, ya."
"Mau beli apa?" Kagura bertanya.
"Roti."
"Ooh. Ayo, kutemani." Kagura menoleh sejenak pada Boruto dan Sarada sebelum berlalu bersama Mitsuki.
Sarada merebut gula kapas yang Boruto pegang, kemudian melirik sinis cowok itu. "Ini milikku."
Boruto mengedikkan bahunya acuh tak acuh. Bola matanya lantas bergulir melirik sekitar, liar mencari sesuatu yang akan membahayakan Sarada.
Sarada melihat-lihat permen karet yang warnanya sungguh beragam. Sejujurnya ia jarang makan permen karet, tapi kali ini ia membeli makanan kecil itu dalam jumlah yang cukup banyak. Ketika ingin bertanya apakah Boruto juga mau permen, Sarada malah dibuat mengernyit karena gelagat aneh Boruto. Cowok itu mendadak merapat pada Sarada hingga lengan mereka berdempetan.
"Geser sedikit, dong. Kau kenapa jadi aneh begini?" protes Sarada.
Boruto secara mengejutkan malah merangkul Sarada, membayar jajanan gadis itu, kemudian membawanya pergi dengan tergesa-gesa. Tindakan ini membuat Sarada bulat berpikir, bahwa Boruto memang aneh!
"Boruto," gertak Sarada.
Boruto membawa Sarada memasuki salah satu gang, kemudian melepaskan rangkulannya. Telunjuknya ditempelkan di depan bibir gadis itu. "Barusan kau hampir dicopet! Aku hanya menolongmu," jelas Boruto.
"Dicopet?" lirih Sarada. "Apanya yang dicopet? Tidak ada pencopet, kok."
"Aku yang melihatnya dengan kedua bola mataku." Boruto melebarkan mata birunya pada Sarada. "Kau mana tahu apa pun."
Sarada mengibaskan tangannya, masih geli karena rangkulan erat Boruto tadi. Gadis itu secepat mungkin berbalik dan melangkah menjauhi Boruto. "Dia ada-ada saja," lirih Sarada.
Boruto menatap kepergian Sarada, lantas mengacak rambutnya jengkel. "Aku hanya berusaha untuk menolongnya, 'ttebasa. Astaga, dia pikir aku mau mencari kesempatan dengan rakulan itu? Woy, Sarada, tunggu!"
Sarada memegang erat jajanannya. Alisnya tertekuk karena Boruto berhasil menyusulnya dengan kaki panjang cowok itu. "Aku bisa jaga diri. Lagian, mana ada pencopet di sini."
"Kau terlalu sepele pada keadaan, Sarada. Ramainya tempat ini tidak menutup kemungkinan bahwa di sini ada satu-dua pencopet. Aku hanya melindungimu," tegas Boruto.
Sarada berhenti berjalan dan menatap Boruto lelah. "Kau berlebihan."
Berlebihan? Iris biru Boruto menajam. Kalau tadi tidak ditolong, Sarada mungkin akan kehilangan semua uang yang gadis itu bawa, belum lagi jika Sarada sampai terluka, yang tentu mengakibatkan keberangkatan mereka juga terganggu. Boruto hanya berusaha untuk menjaga.
Sejenak keadaan di antara keduanya hening, kemudian di kejauhan ada teriakan yang terdengar.
"Ada pencopet! Tolong aku, dia mambawa tas dan melukai tanganku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Future? [BoruSara Fanfiction]
FanfictionEnd- Future? [BoruSara Fanfiction] Untuk pertama kali dalam hidupnya, Boruto akui ia menyesal karena telah menolong seseorang. Andai malam itu ia bergegas pulang seperti apa kata Sarada, mungkin ia tak akan terlibat dalam ramalan tengah malam. Hari...