Ikut patroli malam setelah dirinya jelas merasakan kehadiran orang asing di sekitarnya, membuat Boruto merasa kian waswas. Secuil rencana yang telah ia petakan di dalam benak pun mendadak tercerai-berai, hancur berantakan. Nyatanya, berhadapan langsung dengan situasi seperti ini jauh lebih mendebarkan. Sarada di sisinya terlihat masih serius, sedangkan Mitsuki belum kembali usai pergi bersama Mia niat mengumpulkan sampah sisa makan malam mereka.
"Yang tadi itu ... memangnya apa, Boruto?" tanya Sarada. "Aku bahkan tak sempat melihat apa pun di sana."
Boruto diam. Mana ia tahu siapa yang tadi berada di sana. Hanya kelebat bayangan yang sempat Boruto lihat menjauh dalam remangnya pencahayaan.
Petugas konservasi memutuskan untuk membawa tim tujuh menginap di salah satu camp mereka, yang dibangun di area barat desa sebagai camp bantuan manakala ada peristiwa berbahaya yang mendadak terjadi. Seseorang yang tadi tak Boruto ketahui wajahnya itu terlihat tepat seratus meter di depan camp, di balik belukar. Kini, tatapan Boruto terfokus pada sudut itu, berharap bahwa orang itu muncul lagi.
Sarada mengeratkan pelukannya pada dirinya sendiri. Angin kencang membuat suasana terasa begitu dingin.
"Besok, kalau kau merasa bahwa ada sesuatu yang mengikutimu seperti aku tadi, segera lempar shuriken atau kunai ke sana. Mungkin ada sesuatu yang akan sering mengikuti kita," lirih Boruto.
"Akan sering? Kau tahu dari mana kalau kita akan sering diikuti oleh sesuatu?" Sarada menoleh.
Boruto melepas jaketnya, lantas meletakkannya di puncak kepala Sarada. "Pakai jaketku, 'ttebasa. Aku tahu kau kedinginan."
Sarada tertegun. Perhatian dari Boruto, lagi-lagi sukses membuatnya terdiam bingung. Gadis itu tanpa sadar terpaku menatap iris biru Boruto selagi cowok itu juga menatapnya. Lama mereka saling tatap, sebelum Boruto membuang wajah duluan.
"Ada yang aneh, tidak?" Mitsuki datang sendirian dari arah samping camp.
Boruto menggeleng. "Belum ada lagi. Jam berapa sekarang?"
"Sebelas malam tadi ketika aku mencuci tangan di dapur," jawab Mitsuki.
Boruto menoleh pada Sarada. "Tidur, sana. Biar aku dan Mitsuki yang menjaga camp. Lagi pula, pihak konservasi dan kepolisian masih berada di sekitar sini."
Sarada diam sejenak. Kini tubuhnya ditutupi oleh jaket Boruto. "Kalian tidak tidur?"
Mitsuki berdiri di sebelah tempat duduk Boruto. "Tentu kami juga tidur, bergantian," sahutnya.
Sarada diam cukup lama sebelum mengangguk pelan. "Tapi janji kalau kalian pasti tidur, ya."
Boruto hanya mengangguk, walau ia tahu kemungkinan besar dirinya tak akan tidur. Boruto berakhir dengan Mitsuki di teras camp, duduk bersebelahan menatap gelapnya malam, saling mengobrol membuat suasana tak begitu sepi. Beberapa petugas kepolisian atau konservasi sesekali lewat guna memastikan keadaan. Kabarnya, tujuh warga yang hilang belum dapat ditemukan. Pencarian dihentikan sementara karena malam telah larut. Esok pagi pencarian akan kembali dilaksanakan.
"Boruto, Mitsuki!"
Boruto lihat Mia berlari sambil berseru keras. Gadis itu membawa beberapa berkas.
"Ayo ikut aku ke ruang pantau! Ada yang harus kalian lihat!" jelas Mia.
Mitsuki lekas bangkit diikuti Boruto. Keduanya menyusul Mia yang berjalan dengan langkah lebar-lebar. Begitu tiba di ruangan yang Mia maksud, Boruto dan Mitsuki disambut oleh layar komputer yang menyala terang. Mitsuki takjub karena ternyata cadangan listrik di camp ini cukup besar untuk menyalakan komputer, padahal, listriknya hanya bersumber dari surya di siang hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Future? [BoruSara Fanfiction]
FanfictionEnd- Future? [BoruSara Fanfiction] Untuk pertama kali dalam hidupnya, Boruto akui ia menyesal karena telah menolong seseorang. Andai malam itu ia bergegas pulang seperti apa kata Sarada, mungkin ia tak akan terlibat dalam ramalan tengah malam. Hari...