02. How Lucky

321 32 11
                                    

Haii semua. Sebelum ke cerita, aku mau bilang sesuatu dulu ni hehe, dibaca ya!!

1. Aku minta tolong banget buat ga bawa-bawa cerita penulis lain di lapak sini yaa🥰
2. Udah itu aja

Hehe, makasii yang udah berkenan baca!!! Yuk vote komen biar aku tau kalian siapa. Dan jangan lupa share kalau suka!! Luv u!!

***

Happy reading!!

****

Chapter 2

Sejujurnya aku benci diperlakukan kayak gitu.. tapi kalau aku nunjukin, nanti kamu yang benci

***

"Pagi sayang..." ujar Amida, ibunya Ara. Amida membelai lembut rambut putrinya yang masih tertidur itu.

Dipandangnya lama wajah Ara. Di elusnya setiap detail wajah yang Tuhan anugerahkan pada putrinya. Jika Ayah Ara baginya adalah dunianya, Ara adalah isinya.

Belum ada pergerakan apapun dari Ara. Melihat wajah damai Ara membuat Amida enggan membangunkannya. Lagipula ini hari minggu. Amida tersenyum kemudian mencium kening Ara. Ia tak jadi membangunkannya.

Amida melangkahkan kakinya keluar dari kamar Ara, memutuskan untuk melanjutkan kegiatannya menyiapkan sarapan.

***

Ara mengerejapkan matanya menyesuaikan cahaya matahari yang masuk. Diliriknya jam yang ada di atas nakas samping tempat tidurnya.

Pukul 8.00

Ara bangun lalu melakukan peregangan kecil. Bangun pukul 8 bukan hal aneh di akhir pekan baginya.

Kemudian dia membuka ponselnya. Ya tentu saja barang itu selalu menjadi yang pertama yang ia cari.

Tapi pagi itu tidak ada notifikasi apapun. Ah yasudahlah. Sekian menit bermain ponsel, Ara keluar kamar karena perutnya lapar.

"Sudah bangun sayang? Sarapannya di meja," ujar Amida yang kala itu tengah memberi makan ikan di akuarium.

"Pagi bu. Ibu udah sarapan?"

"Udah dong."

"Ayah?"

"Lagi jalan-jalan tu keluar sambil beli umpan. Biasa. Buat mancing ikan nanti sore," jawab Amida

Ara mengangguk anggukan kepalanya tanda mengerti.

"Ara makan dulu ya bu," ujar Ara

"Iya."

Ara melangkahkan kakinya menuju ruang makan.

Rumahnya bukan rumah mewah. Rumah sederhana tapi lebih dari cukup. Hanya ada tiga anggota keluarga, tapi ia tak pernah merasa kesepian. Dia sangat bersyukur atas apa yang dia punya ini. Kehangatan keluarga yang mahal sekali harganya. Yang bahkan... Orang kaya mana pun tak bisa membelinya.

Ia tinggal di Bandung, tepatnya di Lembang, Bandung Barat.

Ya meski bukan di pusat kota, tapi ia sangat sering kok ke daerah sana. Jalan Braga tetap menjadi kesukaannya.

Rumah yang Ara tempati sederhana, desainnya klasik seperti rumah zaman dulu, tapi lebih upgrade dari segi furniture dan interiornya yang sudah mengikuti zaman. Tapi kalau dilihat dari luar si.. tampak asri dan seperti bangunan klasik dengan halaman yang sangat luas.

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang