21. Senyum dulu

126 21 12
                                    

Now Playing
Harusnya Kau Pilih Aku - Terry Shahab

***

Isi sendiri dah quotes nya gua bingung wkwkwk

***

Chapter 21

Bulan purnama terlihat jelas dari jendela kamar Ara. Malam ini langit cukup cerah. Berbeda jauh dengan suasana hati Ara yang amat berantakan.

Bagi Ara, tindakannya sore tadi sudah cukup diluar kendali. Sebelum ini Ara selalu bisa memposisikan diri dengan baik. Tapi entah mengapa yang kali ini benar-benar membuatnya marah dan kesal.

Respon Eza yang seolah menganggap ini hal spele tadi semakin membuat Ara marah.

Sebenarnya bukan kenyataan bahwa Levronika yang amat sempurna itu adalah mantannya Raneza yang membuat Ara kesal. Tapi lebih ke kenyataan bahwa Levronika memang menguasai banyak ruang di hati Eza. Kenyataan bahwa Ara tak pernah mendapatkan keutuhan. Itu yang membuat Ara kesal.

"Adanya aku masih kurang banget ya buat kamu?" ujar Ara pelan pada dirinya sendiri.

Ara mengguling gulingkan tubuhnya. Perasaannya diliputi kegelisahan.

Selanjutnya, terdengar dering panggilan masuk dari Raneza. Ara membiarkannya.

Dering ke dua, masih Ara biarkan.

Hingga tak ada dering lagi, baru Ara meraih ponselnya.

Di sana ada beberapa pesan masuk dari Raneza yang membuat Ara ingin membukanya.

Ara menekan roomchat itu. Begini pesannya

Eza

Ara, aku hargai keputusan kamu buat ga bahas masalah ini dulu. Makasih udah kasih ruang buat aku ya meski sebenernya aku gabakal bisa tenang gitu aja.

Maaf buat vidio itu. Sebelum kamu tau sendiri, aku juga mau jujur sekarang. Waktu party itu aku berangkat bareng Lev. Dan vidio itu diambil waktu aku mau ajak Lev pulang bareng. Tapi kita ga pulang bareng kok.

Iya, waktu itu aku kangen Lev. Tapi sebatas kangen aja.

Ara maaf. Aku salah.

Enjoy ur life ya bb

Semoga kamu ga ambil langkah gegabah buat hubungan kita.

I love you

Kabari aku kapanpun kamu mau <3

Ara menghembuskan nafas panjang. Menurut Ara, kalimat Eza cukup manipulatif tapi tidak menyudutkannya juga.

Ah sialan. Ara semakin pusing dibuatnya.

Lalu terdengar suara ketukan pintu kamar.

Ara bangkit dari tidurnya, lalu berjalan gontai membukakan pintu.

Di balik pintu tersebut, ada Arsel dengan sebuah kantong kresek di tangannya.

"Apa?" tanya Ara

Arsel tak menjawab. Ia masuk ke kamar Ara lalu duduk di kasurnya tanpa menunggu persetujuan Ara sama sekali.

"Es krim," ujar Arsel sambil menyodorkan kantong kresek yang tadi ia bawa.

"Makasih," jawab Ara datar

"Senyum dulu."

Ucapan Arsel sontak membuat Ara tersenyum meski sangat tipis.

"Kenapa hm?" tanya Arsel sambil mengelus puncak kepala Ara, yang kini duduk di sebelahnya.

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang