06.2. 𝐂𝐡𝐢𝐥𝐝𝐡𝐨𝐨𝐝 𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝𝐬

807 103 57
                                    

Pergi, bukan suatu solusi untuk menyelesaikan suatu masalah. Dan Setia, bukan suatu alasan untuk selalu tetap tinggal.

🧸🧸🧸

Vote & komen for next part!🧸

***

      Terdiam sebentar untuk menelisik pahatan sempurna wajah lelaki yang kini tengah menatapnya bingung, Mata Bulan menyipit. Memperhatikan dari atas sampai bawah penampilan pria yang tidak menggunakan seragam sekolah dan Bulan yakini, dia bukan berasal dari bagian murid dari sekolahnya.

     Menaikan sebelah alisnya, wajah lelaki yang berdiri pada ambang pintu kelas membuatnya mengingat akan sesuatu. Wajah lelaki itu sangat familier dalam ingatannya. Sebelum pekikan terdengar seisi kelas yang sudah kosong kala teringat sesuatu.

     "Lo ... Algie- Alvaro? ALVARO!!!"

     "Hei, How are you?" Tanya Alvaro menggunakan bahasa inggris. Ia terkekeh ketika gadis yang beberapa tahun tak bertemu dengannya, kini berlari ke arahnya layaknya anak kecil yang di suguhkan permen lollipop.

     "Oh my God! Angel from heaven mana lagi ini, ganteng banget woi?!" Batin Vio menjerit kagum. Mengikuti langkah Bulan untuk mendekat pada lelaki yang bernama Alvaro yang Bulan sebut tadi.

     "I'm good, and you?" Tanya Bulan nampak masih tercengang.

     Alvaro tersenyum lebar, memeluk tubuh Bulan untuk di rengkuh. Beberapa tahun tak bertemu dan tanpa ada saling kabar membuatnya sangat merindukan gadis ini.

     "I'm great, thank you."  Sahutnya sembari melepaskan pelukan.

     "Astaga, gue gak lagi mimpi kan?" Ucapnya tak percaya. Bulan bahkan sampai menepuk pipinya berkali-kali untuk memastikan bahwa dirinya sedang tidak bermimpi saat ini.

     Alvaro terkekeh, tangannya terulur untuk menghentikan perbuatan Bulan yang masih menampar pipinya sendiri pelan. "Nggak, nggak lagi mimpi. Ini beneran gue, Alvaro."

     Wajah putri dari pasangan Nathan dan Nastaya itu setelahnya cemberut. "Sombong banget ya lo, sejak pindah ke negara orang, lo malah gak ngontak gue sama sekali."

     "Sampai sana handphone gue hilang. Jadi, gue sama sekali gak bisa ngontak lo. So, sorry ..."

     "By the way, ngapain lo ada di sekolah ini? Bukannya lo masih study di New York sana?" Tanya Bulan heran tak mengindahkan alasan mengapa Alvaro tidak menghubunginya sama sekali. "Libur?"

     "Gue pindah-,"

     "Pindah ke sini? Ke sekolah ini? Lo serius kan gak bohong?!" Tanya Bulan beruntun menggoyang-goyangkan lengan kanan Alvaro, hari ini nampaknya Bulan sangat bersemangat.

     Alvaro mendengus, namun lubuk hatinya tersenyum riang lantaran Bulan sangat antusias mendengarnya pindah. Dengan senyum tipis yang masih terpasang di bibir, jari nya menyentil pelan kening sang gadis.

     "Gimana gue mau jawab, lo nya aja nanya mulu." Ucapnya. "Gak mau dilepas, nih? Tangan gue gak bakal hilang sampe lo pegang-pegang segala,"

     Alvaro tersenyum jahil, pandangannya naik turun, pada lengannya yang masih setia di pegangi oleh tangan mungil gadis di hadapannya.

     Bulan yang baru sadar akan tingkahnya pun, melihat arah pandang Alvaro. Perempuan penggila beruang itu langsung menghempaskan tangan sang empu. "Eh,"

BUL & BINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang