03.3. 𝐖𝐞𝐥𝐜𝐨𝐦𝐞 𝐭𝐨 𝐦𝐲 𝐥𝐢𝐟𝐞, 𝐛𝐚𝐛𝐲

938 168 45
                                    

Rasa iba yang datang dari hati yang lembut pun bisa terkalahkan oleh besarnya ego.

***

Happy Reading Boo🧸

***

     Kejadian dikantin telah berlalu, dimana Bintang mengajaknya untuk bertemu. Kini pelajaran terakhir sebagai penutup kelas hari ini telah berakhir. Bu Rito, guru terakhir yang mengajar XI Mipa 1 mata pelajaran Sejarah sudah berkemas rapi sebelum meninggalkan kelas dengan memberikan salam pada murid yang di ajarnya.

     Bel pulang terus berbunyi nyaring, mengisi kekosongan kelas-kelas yang tersenyap menjadi riuh, Murid-murid pun membereskan perlengkapan belajar nya dan berhamburan keluar kelas untuk pulang.

      Seolah tak menghiraukan lalu lalang temannya yang terburu-buru keluar dari dalam kelas, perempuan yang berdiri di hadapan papan tulis itu berdiri bak patung, terus menerus menelan ludah sekeras batu, menatap ketiga temannya yang masih terpaut dengan buku-buku tebal lima sentimeter tersebut.

     Sialan sekali, Masih siang begini Bulan sudah overthinking memikirkan masalah yang dirinya harus hadapi jika keluar dari dalam kelas.

     "Dia gak bakal bawa antek-anteknya buat bully gue kan?" Pertanyaan itu terus saja muncul dibenak Bulan.

      Jujur, Bulan sedikit takut. Jika tadi di kantin dirinya dengan berani melawan, kini nyali nya sedikit menciut. Otaknya baru mengingat bahwa Bintang adalah seorang anak donatur terbesar di sekolah.

     Bagaimana jika Bintang mengadu pada ayahnya, dan ayahnya langsung mengeluarkan dirinya dan ketiga sahabatnya karena hal sepele?

     Saat mapel Bu Rito berlangsung, Bulan tidak bisa konsentrasi sama sekali. Ia bahkan sampai di tegur beberapa kali karena melamun saat Bu Rito sedang menjelaskan materi di depan. Jiwanya ada di dalam kelas, namun raga nya melayang entah kemana.

     "Lan, lo gak mau keluar?" Tanya Vio menepuk bahu Bulan. Pertanyaan dan tepukan Vio di bahunya sukses membuat Bulan sadar akan lamunannya.

     "Takut ketemu Bintang?" Tambah Fanny yang melihat raut khawatir yang tak terlalu ketara pada wajah Bulan.

     Vio maupun Fanny sudah mendengar baik dari Walla. Ponsel Bulan di ambil paksa, dan lelaki itu menyuruhnya untuk mengambilnya ketika pulang nanti. Mereka turut prihatin.

     Bulan menggeleng. Namun tangannya meremas erat tali ranselnya.

     "Kita bakal nemenin lo," Imbuh Walla dengan senyuman.

     Bulan yang mendengar ucapan Walla barusan bisa bernafas sedikit lega. Dirinya tersenyum paksa, kata-kata yang Walla lontarkan seperti sebuah dukungan untuk dirinya agar tidak takut.

     Walau sebenarnya sedikit takut. Hanya sedikit.

     "Maaf, karena gue, lo berurusan sama Bintang." lirih Vio. Ia merasa bersalah saat ini. Karena diri nya, sahabatnya jadi ikut akan masalahnya. Dirinya sedikit menyesal menyumpah serapah Bintang tadi pagi.

     Tapi, bukannya Bintang yang harus meminta maaf padanya, ya? Karena menabrak dirinya sampai terpental ke tembok membuat dirinya mendapatkan benjol di dahi.

     Walaupun pria itu tak sengaja, sih. Akan tetapi, masalah sekecil ini tak pantas untuk di besar-besar kan?

     "Gak pa-pa, santai aja," sahut Bulan menepuk bahu Vio. "Ayo," Lanjutnya.

BUL & BINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang