15. 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐚𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐫𝐚𝐢𝐧.

366 46 34
                                    

Hallo, luv!
Di chapter ini, ayo Vote n spam komen sebanyak-banyaknya!!!

100 komen bisa? Besoknya langsung update, biar kangen Bintang nya ga terlalu lama ㅋㅋㅋ

***

"APA?!" Pekik Vania merasa tak terima dengan ucapan Bintang.

Untuk kedua kalinya, dengan sengaja, gadis bernama Vania itu menggebrak meja membuat mereka menunjukkan reaksi terkejut. "Ini bahas apa sih?!" Protesnya.

Suasana kantin yang riuh seketika hening, atensi orang sekitar kini memperhatikan perkumpulan remaja yang sengaja menggabungkan meja dan kursi menjadi satu itu dengan tatapan heran. Mereka semua mulai berbisik, membicarakan perlakuan yang baru saja Vania lakukan seperti;

"Siapa yang gebrak meja?"

"Itu anak baru pindahan dari London, gak sih?"

"Apa sih? Kok gak jelas banget."

"Mereka lagi rebutan Bintang kali haha."

"Mukanya ketara calon ratu skandal banget."

Bukan hanya warga kantin, inti DANDEXLION dan empat gadis Anak Juminten serta Alvaro pun sama halnya seperti mereka. Mereka pikir, reaksi Vania sangat berlebihan.

"So-sorry, gak sengaja." Ucapnya dengan canggung. Setelahnya mereka semua berdecak sebelum berfokus pada diri masing-masing.

Kelvin mengelus dada. Pemuda cap playboy itu sempat melayangkan tatapan sinis pada Vania. Sialan, jantungnya hampir saja naik ke tenggorokan.

"Ini kita lagi bahas lomba basket kan?" Tanya Kelvin menatap Bintang dan Alvaro secara bergantian. "Kenapa kesannya lo berdua lomba buat dapetin Bulan?"

"Apaan?" Bulan menatap Kelvin dengan tatapan jengah, namun tenang di situasi namanya ikut terseret.

"Nggak, maksud gue-" Penjelasan Kelvin terpotong. Lelaki itu mengalihkan pandangannya pada Austin yang menyela ucapannya.

"Ok, gue faham." Austin menghentikan kunyahan, menoleh menatap Kelvin dengan tampang datar khasnya sebelum berdecih, malas menanggapi.

"Apa? Faham apaan lo?" Kini Ghevan ikut bertanya tanya. "Kelvin belum ngomong sama sekali."

"Diem, berisik." potong Austin cepat. Menaruh jari telunjuknya di depan bibir, memotong ucapan Ghevan sebelum mulut lelaki itu lebih banyak bicara.

"Peraturan pertama, jangan pernah menganggap lawan lemah." Sela Alvaro dengan nada sarkastik. Menatap nyalang lelaki yang baru saja mengklaim sahabat kecilnya dengan sembarang. Bintang fikir, Bulan adalah barang yang sangat mudah untuk dimiliki?!

Lelaki itu tampak menyeringai menatap Alvaro yang menatapnya marah. "Siapa yang menganggap lawan lemah?" Tanyanya meremehkan. "Cuma sama-sama bersaing, kan? Buat ngerebut hadiah utama dari  permainan."

"Come on, lomba itu cuma permainan. Kita cuma lomba antar kelas, jangan terlalu di anggap serius lah. Menang kalah udah biasa. Kenapa lo berdua sampai segitunya?" Kelvin ikut menimpali.

Suasana disekitar mereka berubah seiring pembahasan topik obrolan mereka. Bulan, perempuan yang namanya ikut terseret itu mengunyah makanannya dengan pelan dan tenang sambil memperhatikan para lelaki yang tengah saling menimpali omongan. Sedangkan ketiga teman gadis itu melakukan kegiatan yang sama dengan dirinya. Ketegangan pun sedikit terselip tentunya.

BUL & BINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang