Bab 2.

5K 394 5
                                    

Sementara itu, Gerald memulai pekerjaannya 2 jam yang lalu. Ia membersihkan beberapa kamar mandi dan juga kaca yang ada di lorong lorong. Bukan hal sulit untuk Gerald, karena dia sudah terbiasa bekerja seperti ini sebelum kakeknya menemukannya.

Merasakan handphone nya berdering, buru buru Gerald mengambilnya dari saku celananya. Terpampang nama Freya di handphone nya.

"Ya Freya, katakan langsung pada intinya sekarang" Ucap Gerald, ia bersembunyi di balik bilik toilet.

"Tuan Muda, salah satu perwakilan dari Perusahaan keluarga Reagan ingin bekerja sama dengan kita. Bagaimana menurut anda?" Terdengar suara Freya di sebrang telfon, untuk meminta persetujuan langsung dari Gerald.

"Begitu ya, menarik. Tolak saja! Aku tidak ingin berurusan dengan keluarga itu lagi!!" Gerald masih kesal ketika memori tentang keluarga Reagan terbesit di pikirannya. Ia benar benar akan membuat semua keluarga itu menyesal karena sudah meragukannya. Sekarang dia adalah seorang billioner apapun bisa ia beli dengan kekayaannya saat ini. Keluarga Duncan duduk di atas tahta puncak piramida sosial. Mengalahkan keluarga terpandang yang lainnya. Bahkan keluarga Reagan, mereka hanya berada di tingkat ke 5 piramida sosial. Tak heran, banyak keluarga keluarga besar di Washington ingin bekerja sama dengan perusahaan Duncan Grup. Jika mereka berhasil, mereka bisa naik satu tingkat lebih tinggi di piramida sosial. Apalagi rumor mengenai cucu Louis Duncan telah ditemukan, menyebar cepat seperti angin, membuat semua keluarga terpandang yang ada di Washington merasa penasaran. Jika mereka berhasil menjodohkan putri putrinya dengan cucu Louis Duncan. Bisa saja status keluarganya akan melambung ke tingkat 2 puncak piramida sosial. Tepat di bawah keluarga Duncan yang berada di puncak tertinggi piramida sosial.

Gerald mengatakan beberapa kalimat sebelum menutup telfonnya.
"Bagus Freya, telfon aku jika ada sesuatu yang penting"

"Baik Tuan Muda"

Memutus panggilan dari Freya, Gerald memasukkan handphone butut yang dia pegang ke dalam saku celana kanannya, baru saja ia hendak keluar dari toilet. Gerald di kagetkan dengan suara seseorang yang terjatuh.

"Akhh!!"

Buru buru Gerald keluar dari bilik Toilet, ia melihat seorang karyawan yang tadi ia perhatikan di lorong. Itu adalah Kevin Hui. Sementara itu Kevin meringis memegang bokongnya yang terasa nyeri. Terjatuh dengan posisi yang tidak elit, untung saja tidak ada orang disini.

"Astaga, kau tidak apa-apa!?" Gerald yang baru saja keluar dari bilik, menghampiri Kevin yang masih meringis memegang asetnya yang berharga.

Kevin Hui mendongak ke atas, itu adalah office boy yang menghebohkan seluruh perusahaan karena wajah tampannya. Kevin akui, dia sangat tampan. Bahkan lebih tampan darinya.
'Kenapa dia lebih tampan dariku!?'

"Anda tidak apa apa kan, maaf kan saya. Saya lupa meletakkan papan peringatan di depan. Mari saya bantu" Gerald membantu Kevin yang masih meringis untuk berdiri.

"Tolong, bawa aku ke ruang kesehatan"

"Baik"

Gerald memapah Kevin menuju ruang kesehatan yang berada tak jauh lagi. Saat mereka sampai, kondisi terlihat sepi. Biasanya ada seorang perawat yang bertugas setiap hari. Saat Kevin hendak naik ke atas tempat tidur, ia merasakan tubuhnya terangkat, Gerald membantu Kevin berbaring di atas tempat tidur. Ia melihat pemuda itu masih meringis kesakitan memegang pinggangnya.

"Sekali lagi saya minta maaf, karena saya anda terjatuh" Ucap Gerald.

"Tidak apa apa, jika tidak keberatan kau bisa membantuku?"

"Katakan, saya akan membantu anda"

"Baiklah, tapi. Tidak perlu bicara formal. Bicara seperti biasa saja"

Gerald Duncan (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang