Ten yang sedang asyik bermain dengan kucing berjenis siam itu mendongak, menatap sang empunya suara. "Kenapa nyariin?"
"Gapapa, nggak boleh gue nanya?"
Ten terkekeh kecil. "Boleh banget."
"Gue tanya lagi ya, mama papa lo mana?"
"Aussie, kerja," jawabnya singkat.
Arisha tertegun. Jawaban singkat yang ia dengar barusan seperti menyiratkan seribu makna yang mendalam. Tampak jelas dari ekspresi lelaki itu saat mengucapkannya.
Jujur, mereka belum sedekat ini untuk berbicara masalah keluarga. Tapi Arisha benar-benar tidak bisa menahan rasa penasarannya.
Gadis itu melirik sekitar, memastikan Jaehyun belum kembali setelah menjalani hukumannya. Ah, lelaki itu kalah main ludo. Hukumannya hanya membeli makan siang di warung nasi ujung komplek.
Akhirnya, setelah mengumpulkan segenap keberanian, Arisha yang awalnya bersandar di sofa sedikit memajukan tubuhnya. Mendekat ke arah Ten yang duduk di lantai.
"Maaf banget, tapi gue mau nanya." Gadis itu menggigit kecil bibir bawahnya.
"Tanya aja."
Arisha diam beberapa saat sebelum melanjutkan rasa penasarannya.
"Lo gapapa?"
Dua kata yang meluncur bebas dari mulut gadis itu berhasil membuat Ten terhenyak, mungkin sedikit terkejut karena pertanyaan yang diajukan Arisha benar-benar diluar dugaannya.
"Gapapa." Ten terkekeh kecil sembari menunduk.
"Coba sini liat muka gue."
Ten mendongak ragu, menatap tepat ke manik coklat milik Arisha. Gadis yang selalu dibawa Jaehyun saat bermain ke rumahnya.
"Bilang sekali lagi kalo lo gapapa," titah gadis berambut sebahu itu.
Ten bungkam. Perlahan tatapan matanya berubah sendu.
"Ten?"
"Gue punya Louis," ujarnya pelan. Lelaki itu kembali menunduk, mengelus kucing kecil yang saat ini sudah tertidur manis di pangkuannya.
Arisha benar-benar merasakannya. Bukan lagi penasaran, melainkan perasaan khawatir.
Ia tahu betul rasanya ditinggal Ayah saat melakukan perjalanan dinas ke luar kota. Tapi ia masih punya Bunda yang selalu menyambutnya hangat sepulang sekolah.
Walaupun kadang lebih banyak ngomelnya.
"Ten, gue cuma mau bilang." Arisha menggantungkan ucapannya. Menunggu reaksi dari lelaki berkaos hitam dengan celana abu-abu SMA yang masih melekat di kaki jenjangnya.
Lelaki itu mendongak. Menatap Arisha heran seraya menunggu kalimat selanjutnya.
"Bunda gue, bunda lo juga."
Lelaki itu diam, dahinya sedikit mengerut mendengar ucapan Arisha.
"Sering-sering aja main ke rumah gue. Biarin Louis main sendiri, kasian, kayaknya muak diganggu mulu sama lo," sambung Arisha sembari tertawa.
Ten yang awalnya membisu, mulai terkekeh pelan.
"Rumah Jaehyun sama rumah gue tuh keliatannya aja pisah, padahal nyatu, Ten." Arisha kembali berceloteh. "Jadi nggak afdhol kalo cuma main ke rumah Jaehyun."
Lagi-lagi Ten terkekeh.
"Tapi Bunda suka ngomel sih, nggak liat-liat anak siapa, diomelin semua." Arisha sedikit tergelak mengingat kembali omelan maut bunda nya.
"Durhaka, gue laporin tau rasa lo," ujar Ten, masih dengan kekehannya.
"Laporin ke siapa?"
"Ya bunda lo lah."
"Bunda."
Lelaki itu mengernyit.
"Bukan 'bunda lo', tapi Bunda." Arisha menekankan nada bicaranya.
Mendengar itu, dua sudut bibir Ten perlahan terangkat membentuk senyuman. "Bunda," ujarnya mengikuti.
"Nais!" seru Arisha, ia kembali bersandar di sofa. Kepalanya sedikit mendongak menghadap langit-langit. Ia tersenyum, mengekspresikan rasa bahagianya karena memiliki saudara baru.
Gadis itu tidak pernah tahu, atau mungkin tidak pernah sadar. Ada hati yang menghangat setelah obrolan singkat barusan.
Obrolan singkat yang ternyata mampu membuat jantung seseorang berpacu cepat.
Seseorang itu,
Ten.
——————
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Definisi gula jawa yang sesungguhnya <3
Haii!
Ganggu notif nggak nih?
Lagi oleng ke mas sepuluh, manis bgt hiks.
Mau makasih duluuu buat yang masih bacaa, thankyouusm💚💚
