Pernah merasa bersalah sampai sesak dan sulit bernafas? Sadar kalau diri sendiri tidak berbuat salah, tapi tetap saja merasa sebagai manusia paling berdosa.
Jaehyun benar-benar merasakannya saat ini.
Ada banyak hal yang ingin dibicarakan, tapi lidahnya seakan paham untuk membiarkan situasi yang tercipta sekarang.
Canggung. Dua bersaudara itu seperti orang asing yang dipaksa berkenalan.
Keduanya diam. Sepanjang perjalanan.
Bahkan saat mobil yang mereka naiki tiba di kosan berpagar hitam, dua lelaki itu masih saling diam.
"Istirahat."
Satu kata pertama yang ia ucapkan pada Jaemin.
"Bang," panggil Jaemin.
Jaehyun yang berniat meninggalkan kamar, sontak menoleh.
"Nggak nanya apa-apa?" sambung Jaemin.
"Gue lagi nggak pengen nangis," jawab Jaehyun, ia memalingkan wajah.
"Nggak bakal. Sini duduk sama gue." Jaemin menepuk lahan kosong di sebelahnya. Mengajak Jaehyun untuk duduk bersama di kasur.
Lelaki itu berbalik, melirik sekilas posisi kosong di sebelah Jaemin. Lalu mulai melangkah ragu.
"Gimana pacaran sama Caca?" Jaemin tersenyum.
"Jangan senyum gitu. Lo serem, Na."
Jaemin tergelak. "Gue tulus nanya, Bang."
Jaehyun memandangi adiknya dalam-dalam, lalu menghela napas panjang. "Gue egois ya?"
Jaemin menggeleng. "Kalian saling suka."
"Kenapa sampe kabur?"
Jaemin bergeser, mencari posisi duduk sambil bersandar di dinding kamar Jaehyun. "Gue anak-anak banget ya?"
"Nggak. Gue juga bakal ngelakuin hal yang sama kalo di posisi lo."
"Lo tau nggak alasan gue balik ke rumah waktu itu?"
Jaehyun hanya diam menatap Jaemin. Seolah mempersilakan adiknya menjawab sendiri pertanyaan itu.
"Karna Caca," lanjutnya.
Jaehyun masih tak bersuara. Ia tahu betul jawabannya. Namun hatinya memberi perintah agar tetap membungkam.
"Gue sempat kecewa sama keluarga gue sendiri. Tapi Caca disana, dia meluk gue di saat lo semua nggak tau harus apa." Jaemin terkekeh. Pahit.
"Itu pelukan terhangat yang gue dapet, Bang." Jaemin sedikit menunduk seraya menjeda ucapannya. "Pelukan yang selalu pengen gue lupain dan gue inget di waktu bersamaan."
Jaehyun memejamkan matanya, lalu sedikit memalingkan wajah. Jujur, ini pertama kalinya mereka berbicara dengan topik sedalam ini.
"Gue sayang banget sama Caca, padahal di matanya gue cuma adik, nggak lebih," sambungnya.
"Na, udah ya?" potong Jaehyun.
Bukan salah siapa-siapa. Tapi Jaehyun merasa bersalah. Ia paham perasaan adiknya, tapi tidak bisa memberi jalan keluar.
Sesak.
Kalau Jaemin sudah mengungkit lukanya, ia merasa sesak. Dirinya juga terluka, seluruh anggota keluarganya terluka. Tapi tidak ada yang melebihi luka adiknya.
"Lo tau nggak?"
Jaehyun menghela napasnya. Lelah menyahuti ucapan Jaemin.
"Gue seneng karna kita saingan." Jaemin terkekeh. "Sejenak gue punya alasan buat sadar kalo kita bukan saudara."
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Special | Jaehyun✓
Fiksi PenggemarKisah klise sahabat jadi cinta. Started on July 16, 2021. © muppygurl, 2021