TS|| part 20

33.2K 4K 228
                                    

Happy reading 🌝
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.



Di kursi pinggir lapangan Gevan hanya bisa memperhatikan Belva yang sibuk mendribble bola dan mengiring bola kepada teman timnya.

Gevan akui gadis itu bisa dibilang handal dalam permainan bola basket, meskipun demikian Gevan merasa tetap dirinya yang paling jago.

Mempede dulu yakan.

Melihat mereka bermain dengan lihai membuat dirinya mengingat kejadian beberapa tahun lalu,dimana dirinya dipaksa dan diancam untuk menjadi ketua tim.

Di dalam kelas terlihat seorang pria jangkung tengah sibuk menulis beberapa catatan yang berada di papan tulis.

Bukan rajin,tetapi karena dirinya hanya bingung ingin melakukan apa.

Hingga tiba-tiba suara riuh ketiga temannya membuatnya langsung mengalihkan pandangannya.

"Woii Gevan!!!" teriak Brian seperti memanggil abang tukang bakso.

"Mulut lo bisa kalem gak sih?" tanya Gevan dengan raut wajah datar sekaligus kesal.

"Biasa aja tuh muka!!" ujar Leon sembari mengusap wajah Gevan dengan telapak tangannya.

"Ada apa gerangan kawan?" tanya Gevan sembari melanjutkan aktivitas menulisnya.

"Wahai bapak ketua kelas yang minim akhlak,lo dipanggil bapak Cipto yang terhormat" ujar Zio.

"Aku? Dipanggil pak Cipto? Hahahahahaha suruh ngapain?" tanya Gevan dengan nada duta shampo lain.

Hal itu membuat ketiga temannya saling tatap, seolah-olah ada rencana yang tidak boleh dibocorkan.

"Gak tau tadi gue sama Leon lagi keliling eh ke tangkep." ujar Brian.

"Sorry, soalnya gue tiup lilinnya" ucap Zio membuat Gevan membelalakkan matanya.

"Bukan itu maksud gue bang--"

"Brian,kalo ngomong disensor ya sayang soalnya dedek masih polos banget" ujar Gevan membuat ketiga temannya bergidik ngeri.

"Buruan ikut kita!!" ujar Zio dan langsung membekap mulut Gevan.

Kemudian Brian melakban mulut Gevan dengan lakban hitam yang dia ambil dari ruangan pak Cipto, sedangkan Zio beralih mengikat tangan dan Leon mengikat kaki Gevan.

"Mpphh..mmmphh.." suara Gevan yang tertutup oleh lakban hitam,pria itu sedikit memberontak tapi apa lah daya tiga lawan satu dirinya tetap akan kalah.

"Oke siap,mari kita tumbalkan." ujar Brian membuat Leon dan Zio mengangguk.

Setelah itu mereka bertiga mengangkat tubuh Gevan dan membawanya pergi dari kelas yang kebetulan sedang sepi karena sudah jam istirahat.

*****

Sesampainya di sebuah ruangan mereka langsung mendudukkan Gevan diatas kursi yang sudah disediakan dihadapan seseorang yang tersenyum bangga.

"Wahh keren,,kalo misalkan nanti Gevan nerima tawaran bapak kalian bapak traktir mie ayam sama es campur" ujar pak Cipto membuat mereka bertiga berbinar.

"Siap, silahkan bapak interogasi target kita dan kita menyimak disini." ujar Zio.

"Soalnya takut kabur pak,dia kek bang Toyib kabur-kaburan." ujar Brian.

Terlanjur Sah [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang