Haii,gimana kabar kalian?
Yuhuu masih sabar nunggu kan? Masih stay kan? Wkwk
Happy reading and enjoy 🌻
**************************
Suasana hening ruang tamu menjadi saksi bisu kekecewaan seorang gadis yang tengah duduk bersila di atas sofa, pandangan menatap kosong ke arah depan dengan air mata yang masih setia mengalir hingga membasahi pipinya.
"El boleh nyesel gak percaya sama dia?" ucapnya dengan tatapan yang masih kosong.
Tok...tok...tok...
Suara ketukan pintu langsung mengalihkan perhatian dan pandangannya.
Belva berjalan pelan menuju ke arah pintu, air matanya masih terus saja mengalir. Dengan perlahan Belva memegang gagang pintu dan menariknya hingga pintu terbuka lebar.
Matanya menangkap seorang pria tengah merangkul seseorang yang tak asing bagi Belva,gadis itu langsung membuang mukanya ke arah lain sembari mengusap pipinya kasar.
"Masuk," suruh Belva dengan suara lirihnya.
Leon memapah tubuh Gevan dan mendudukkannya di atas sofa, sedangkan Belva dia hanya diam tanpa menatap sedikit pun ke arah Gevan. Baru kali ini gadis itu merasakan kecewa yang menurutnya cukup menyakiti hati, entahlah Belva tidak tahu mengapa alasannya dia bisa seperti ini.
"Bel," panggil Gevan lirih membuat air mata Belva semakin deras.
"Belva kenapa?" tanya Leon,pria itu masih menganggap bahwa Belva belum mengetahui apapun.
Belva berjalan ke arah Gevan,gadis itu langsung mengambil ponselnya dan mencari sesuatu yang sangat dia ingin tunjukkan pada Gevan agar pria itu bisa menjelaskan.
"Apa ini?" tanya Belva sembari menunjukkan gambar yang membuat hatinya sesak.
"Belva tahu soal itu?" tanya Leon tak percaya.
"Maksudnya apa ini?! Om Gevan capek sama Belva?! Kalo capek bilang,biar El pulang ke rumah!!" sentak Belva membuat Gevan menatap Belva tak percaya.
"Ka--mu tahu soal itu?" ucap Gevan dengan kesadaran yang belum kembali sempurna.
"Kenapa? Udah muak sama tingkah Belva? Atau udah gak sanggup nunggu Belva siap?!" tubuh gadis itu bergetar, sejujurnya Belva tak ingin membentak Gevan yang menatapnya sendu.
"Belva dengerin dulu,itu gak benar." tutur Gevan sembari berusaha meraih tangan Belva.
"Diam!! Gak usah pegang-pegang El!!" suara Belva bergetar saat dirinya kembali membentak Gevan.
"Belva tahu semuanya atas dasar paksaan,tapi tolong Belva gak terima lihat om Gevan kayak gini sama perempuan lain!!" ujar Belva sembari melempar ponselnya ke sofa.
"Belva paham,sifat Belva mungkin bikin om Gevan tertekan dan muak!! Kalau mau tahu,Belva sayang sama om Gevan makanya Belva kecewa lihat foto itu!!" sambung Belva dengan tangisannya semakin menjadi.
"Mungkin terlihat berlebihan Belva kayak gini, tapi gak tahu kenapa Belva mau marah-marah sama om Gevan." lirih Belva sembari menundukkan kepalanya.
Jangan nunduk El- batin Gevan.
"Mau berakhir sampai sini?" tanya Belva membuat Leon membelalakkan matanya.
"Gak El,dengerin saya dulu. Tunggu sampai saya lebih tenang," ujar Gevan dengan gerak tubuhnya masih gelisah dan tatapan mata yang lelah seolah-olah ada sesuatu yang membuatnya harus menahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlanjur Sah [On Going]
Novela JuvenilPulang sekolah bawa ilmu terdengar biasa, tapi pernah tidak mendengar pulang sekolah bawa suami? "Bisa bisanya gua lagi enak makan es krim tiba tiba dibawa nikah," Lirihnya. Kisah seorang gadis yang mendadak menjadi seorang istri saat dirinya pulang...