and then

72 15 38
                                    

Kebahagiaan selalu datang
dari dalam.

-No one-


Suara tepuk tangan memenuhi seluruh gedung ketika model terbaru dari brandku keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suara tepuk tangan memenuhi seluruh gedung ketika model terbaru dari brandku keluar. Aku bediri di samping panggung, menatap para model yang berjalan indah dengan pakaian yang aku rancang. Senyum bangga terlampir di wajahku sepanjang acara. Karena akhirnya, aku melakukannya.

Ya, aku melakukan saran Naya, dan mengikuti acara fashion tersebut. Jujur, ketika di awal, aku masih dilanda gugup. Namun akhirnya aku bisa mengatasi kegugupan itu. Dan sepertinya semua kerja kerasku terbayar, ketika melihat senyum serta tatapan memuja dari para penonton di sini.

"See? You are fantastic!" pujian keluar dari mulut Naya yang datang tiba-tiba.

"Thanks," balasku singkat dengan senyuman. Namun kemudian, aku terdiam sejenak. "But we see the results soon."

"Santai aja, Rat. Lo pasti bisa!" seru Vanya.

Ah, fyi saja, Vanya adalah pacar dari senior kita dulu saat SMA, Kak Marka. Kami bisa dekat tentu saja karena Kak Chandra dan Kak Marka, mengingat Kak Chandra menjadi lebih dekat dengan Kak Marka sejak kematian Rendi.

Rendi ya ...

Aku menyunggingkan senyum tipis mengingat kembali lelaki itu. Sudah lama, sejak aku ditinggalkan secara mendadak oleh Rendi. Namun aku tidak pernah melupakan afeksi lekaki itu, sekalipun Rendi sudah tidak ada di dunia.

"Makasih dukungannya, guys!"

Naya dan Vanya mengangguk.

"Sekarang, gue cuman perlu berdo'a." 

✧»——•——«✧

"Selamat bagi Adiratna Aelasha!"

Itu terjadi. Aku tersenyum lebar, sungguh, aku sangat bahagia. Akhirnya aku menjadi pemenang dari lomba fashion ini. Dan tentu saja, setelah ini dapat dipastikan jalan untuk brand buatanku akan cemerlang.

Netraku memperhatikan ke seluruh penjuru ruangan ini. Di barisan paling depan, Mama, Naya, dan Vanya bertepuk tangan dengan bangga, sembari tatapan mereka seolah berkata "sudahku duga". 

Sementara di tengah kerumunan, seorang anak yang sepertinya masih belia, menarik atensiku. Aku tersenyum kecil ketika melihat ekspresi dari si anak itu. Ekspresi yang tak asing lagi bagiku.  

"Selamat anak Mama!"

Begitu turun dari panggung, Mamaku langsung memelukku erat. Aku tersenyum lebar dan membalas pelukkan Mamaku. "Makasih, Mama! Berkat do'a Mama, hehehe!" kekehku.

Mamaku melepaskan pelukannya, dan menatap tepat di mataku. "Tapi Ratna juga udah bekerja keras! Papa juga nitip selamat lohh," ujar Mama.

"Papa nggak bisa dateng, ya?"

"Nggak, maaf ya, sayang. Papa terbang hari ini..." ujar Mama penuh sesal.

Aku hanya bisa tersenyum tipis, memaklumi pekerjaan Papaku yang semakin sibuk. Katanya sih, karena bentar lagi pensiun, jadi Papa mau menikmati hari-hari terakhir terbang bawa pesawat. Padahal Papa kan udah tua, masih aja hobi bawa pesawat. "Nggak papa, Ma."

"Yang penting Mama dateng!" seruku berusaha membuat suasana kembali ceria. Tidak mungkin aku membuat Mama memiliki rasa bersalah di hari yang menakjubkan ini, 'kan?

"Baiknya anak Mama. Oke, Mama mau ke sana dulu, ya?" pamit Mama sembari jarinya menunjuk ke arah dimana baju-bajuku sedang dipajang. Aku mengangguk membalas Mama, dan segera Mama melangkahkan kakinya, menyisakan aku, Naya, serta Vanya.

"Congrats! Gue bilang juga apa, lo pasti bisa!" Naya menggerakkan tubuhnya merangkul pundak kananku.

"Nice job Ratnaaa! It's amazing, you really deserved it," timpal Vanya sembari mengikuti Naya, dan merangkul pundak kiriku.

"Thanks kalian!" seruku tak kalah ceria. "Bye the way Nay, lo makin sering ngomong pake Inggris ya sekarang."

"Keseringan gaul sama Vanya jadi gini," balas Naya sembari menunjuk Vanya dengan dagunya.

"Sembarangan! Tapi bagus dong, lo jadi lancar Inggris."

"Heh! Dulu gue bisa ya Inggris dikit-dikit!" protes Naya tak terima.

"Yang bilang nggak bisa siapa?" 

Skakmat.  

Memang habits Vanya nggak bisa disepelein. Dia sempat sekolah di Kanada, mana sering ikut lomba debat. Jadi ya, ngobrol sama Vanya siap-siap aja. Berasa ikut lomba debat, mana pake Bahasa Inggris mulu.

"Untung gue sabar," gumam Naya. Namun masih bisa terdengar olehku.

"Aamiin-in jangan nih, Nay?"

"Sialan, gue kena bully terus."

Disitu, aku dan Vanya tidak bisa menahan tawa kami. Sepeti biasa, menjahili Naya selalu menyenangkan. Di saat sedang tertawa lepas bersama Vanya, netraku menangkap kembali kehadiran anak yang tadi.

Wajah anak itu ... cukup untuk mendeskripsikan keadaannya.

"Gue pamit sebentar," ujarku langsung melangkah meninggalkan Vanya dan Naya.

Semakin kakiku mendekat, ekspresi anak tadi semakin jelas, membuatku semakin yakin.

"Hei," panggilku membuat anak tadi sedikit terkejut. "Punya masalah?"

"A-ah... ini, cuman-"

"Why?"

"A-aku nggak papa, kok!" ucapnya dengan senyum. Namun mata tidak bisa berbohong.

Terlihat jelas jika anak itu tidak nyaman. Terutama tindakannya. Tangan anak itu terus meremat ujung bajunya, serta terus-terusan membenarkan kacamatanya.

Padahal tidak ada yang salah dengan kacamatanya.

"Tau nggak?" Aku sengaja menggantung pertanyaanku, mengundang rasa penarasan anak itu. "Kakak juga dulu gini."

"Gini... gimana?"

"Kamu nggak nyaman, 'kan? Insecure hah?" tanyaku yang dibalas anggukannya.

Aku tersenyum kecil. Benar-benar sama. "Dulu Kakak gini, tapi sampai Kakak sadar sesuatu."

"Sadar apa, Kak?"

Aku tersenyum kecil. "Kebahagiaan bukan berdasarkan apa yang orang pikir tentang kita, tapi berdasarkan apa yang kita pikir tentang diri kita sendiri. Coba buat menghargai diri sendiri pelan-pelan, and life will be more simple."

Ya, pada akhirnya aku paham. Kebahagiaan sejati tidak datang dari orang lain, tapi dari diri kita sendiri, dan aku akan selalu berusaha untuk mencintai diri sendiri. Seperti pesan dirinya. Bangkit untuk diri sendiri, lalu orang lain.

"Bangga akan dirimu sendiri, jangan pernah pedulikan ucapan orang lain. They just judge the cover of you, not inside of you."

✧»——•——«✧

YESS AKHIRNYA TAMAT JUGA CERITA TIDAK JELAS INI WKWKWK.
Makasih buat kalian yang udah baca dari awal sampai akhir.
Maaf kalau tulisanku masih acak acakan, hehehe.

Sampai sini saja ya, epilognya.
Nggak akan ada bonchap, jangan nunggu.😭😭
Sekali lagi terima kasih banyakkk!! ILY 3000000 <3

INSECURITIES ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang