Hai semuanya, jangan lupa vote ya sebelum baca..
Selamat membaca✨
🍃🍃🍃
Janjiku hanya satu. Menyayangimu, walau dunia membencimu.
***
Sepasang anak kecil berseragam putih merah duduk manis di pinggir kolam sambil memainkan kedua kakinya yang dimasukkan ke dalam air.
"Kenapa ya orang bisa saling benci satu sama lain? Padahal kan mereka udah married." Pertanyaan serius tersebut keluar dari mulut Cia kecil yang baru saja menginjak kelas 1 SD.
Agastya kecil tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Laki-laki itu malah sibuk menjilati es krim coklar yang ada di tangannya.
"Agas, jawab!" desak Cia dengan wajah yang mulai cemberut.
"Aku gak tau, tapi kamu tau gak kenapa orang bisa saling cinta satu sama lain sampai mereka udah kakek nenek?" Alih-alih menjawab pertanyaan tersebut, Agas malah memilih untuk kembali bertanya.
Cia meletakkan stik es krimnya di ujung dagu dan mulai berpikir. "Kenapa ya?" tanya Cia menyerah.
"Kalau kata Bunda sih, karena ada rasa cinta dan rasa sayang di dalam hati mereka," jawab Agas dengan polosnya.
"Terus kalau misalnya aku benci sama kamu, gimana? Berarti kita gak bisa bersama?" tanya Cia kembali.
Agas terdiam dan menoleh ke arah gadis itu. "Aku bakalan tetap ada buat kamu, jadi kita bisa tetap bersama."
"Loh, kenapa? Aku kan benci sama kamu. Itu artinya aku gak sayang dan gak cinta dong sama kamu," kesal Cia.
"Ya karena Agas sayang Cia," jawab Agas tidak mau pusing.
Agastya tersenyum miring mengingat kejadian tersebut.
"Dan sekarang, lo beneran gak sayang sama gue, Ci."
***
Semenjak kejadian tempo hari itu, Agas dan Cia tidak saling menyapa. Bahkan jika Agas ingin menanyai kabar Cia saja ia memilih untuk menanyakannya melalui Talisa atau pun Kana.
"Bunda, bekal untuk Cia udah jadi?" Membawakan bekal makan untuk gadis itu kini sudah menjadi kebiasaan sehari-hari bagi Agas. Tapi ia tidak pernah memberikannya secara langsung pada Cia dan hanya menitipkannya pada orang lain saja.
Shella yang tengah menutup kotak bekal mengangguk kecil. "Udah dong sayang, ini ada ayam kecap sama sayur capcay spesial buat Cia," timpal Shella dengan senyuman. "Sekarang, ayo kita sarapan dulu," imbuhnya.
"Kamu kapan sih ajak Cia untuk makan malam?" tanya Shella di sela sarapan pagi mereka.
Agas hanya tinggal berdua saja dengan Shella. Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal dunia dalam kecelakaan beruntun saat usianya masih kecil. Hal itu membuat Agas dididik menjadi laki-laki mandiri dan pekerja keras sedari kecil.
Seluruh warisan peninggalan sang suami dimanfaatkan Shella untuk merintis usaha makanan. Hingga akhirnya kini mereka mempunyai ratusan cabang restoran yang tersebar di seluruh Indonesia. Salah satu restoran tersebut diberikan oleh Shella pada Agas saat menginjak bangku SMA, dengan alasan agar anaknya itu bisa belajar bertanggung jawab.
"Sabar ya, Bun... aku lagi nunggu momen yang pas," jawab Agas memberikan alasan.
"Iya, kapan Agas? Bunda udah kangen banget sama dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
AGASTYA [ END ]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Cinta itu hanya membawa luka yang berakhir menjadi duka." Cia tidak pernah mengira bahwa cinta yang membuatnya bahagia akan menjadi cinta yang membuat dirinya mempunyai fobia. Philophobia, fobia jatuh cinta. Itulah fobia ya...