Halo gaissss!!!
Mumpung masih nuansa liburan dan tahun baru, kalau up lagi pasti seru ya kan???
Selamat membaca gais, jan lupa ya buat vote sama komenn
🍃🍃🍃
Cinta selalu membutakan bagi mereka yang terlanjur dibutakan.
***
Nuansa kediaman keluarga Aryadilaga pagi ini dipenuhi oleh suara barang-barang pecah dari setiap sudut ruangan utama. Meskipun sudah biasa dengan situasi tersebut, hati seorang anak tetap akan terasa sakit bila ini terus terjadi hampir setiap harinya.
"Siska Erika siapa, Dik? Sekretaris baru kamu lagi kan?! Kamu ini tiap minggu ganti sekretaris buat diselingkuhi atau gimana sih, Dik?!" bentak Danela yang berdiri dengan bantuan alat penyangga.
Dika berdecak. "KAMU GAK CAPE APA TANYA ITU TERUS DARI SEMALAM?!"
"AKU GAK AKAN CAPEK SAMPAI KAMU KASIH AKU JAWABAN!!!" jawab Danela dengan teriakan yang lebih kencang,
Cia terpaksa bangun dari tidurnya karena teriakan-teriakan yang terjadi antara kedua orang tuanya. Ia dapat merasakan bahwa kepalanya saat ini sedikit berputar.
Sebisa mungkin gadis berambut coklat tebal itu menghiraukannya dan tetap berjalan ke kamar mandi untuk bersiap pergi ke sekolah.
"SEKRETARIS AKU MASIH SAMA DANELA, GAK ADA YANG BERUBAH! KAMU JANGAN POSESIF GITU, DEH!"
Danela tersenyum miring mendengar pembelaan dari suaminya. "AKU TAU SEMUANYA, DIK! AKU TAU! KAMU JANGAN PIKIR AKU BODOH YA! AKU TAU KAMU CHECK IN HOTEL SAMA PEREMPUAN ITU!"
"WAH, MAKIN NGACO KAMU KALAU NGOMONG! KALAU KAMU GAK PERCAYA SAMA UCAPAN AKU ... FINE!!"
"AKU GAK BISA PERCAYA LAGI SAMA KAMU, DIK! SELAMA INI KAMU SELALU MANIPULASI AKU! SELAMA INI AKU SELALU DIBOHONGI SAMA KAMU!"
Dika terus menggeleng-gelengkan kepalanya setiap kali mendengar penuturan Danela. Ia berusaha sekeras mungkin untuk membantah semua ucapan istrinya.
Tiga puluh menit kemudian Cia keluar dari dalam kamar dengan seragam yang rapi dan tas berwarna hijau tosca di pundaknya.
Sementara itu, pertikaian antara Dika dan juga Danela terus berlanjut.
"Ma, Pa, aku pamit dulu ya," ucap Cia berusaha melawan tiap teriakan yang keluar dari mulut kedua orang tuanya.
"TALAK AKU SEKARANG JUGA, DIK! TALAK AKU!!" teriak Danela semakin tidak karuan.
"GANTI SEKRETARIS, GANTI PACAR! ITU KAN HOBI, PAPA?!" teriak Cia mengalahkan teriakan kedua orang tuanya.
Mendengar teriakan tersebut, sontak Danela dan Dika menoleh ke arah putrinya itu.
"Kenapa? Aku benar ya?" tanya Cia berusaha keras menahan air matanya.
"Kalau emang benar, kenapa gak Mama aja yang jadi sekretaris di kantor Papa?" tanyanya kembali.
Dika menoleh ke arah Danela sebentar dan memandang istrinya dari atas hingga bawah dengan sangat singkat.
"CIA!! KAMU SADAR KAN KALAU MAMA KAMU INI SEKARANG MASIH CACAT?! KALAU--"
"KARENA PAPA YANG BIKIN MAMA CACAT!!" teriak Cia dengan suara yang parau.
"Cia..." panggil Danela. "Keluar dari rumah sekarang! Kamu pergi ke sekolah!"
Cia tersenyum miring dengan mata yang berbinar. "Ini emang mau berangkat ke sekolah kok, Ma. Lagi pula aku males buat bela Mama terlalu jauh."
KAMU SEDANG MEMBACA
AGASTYA [ END ]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Cinta itu hanya membawa luka yang berakhir menjadi duka." Cia tidak pernah mengira bahwa cinta yang membuatnya bahagia akan menjadi cinta yang membuat dirinya mempunyai fobia. Philophobia, fobia jatuh cinta. Itulah fobia ya...