Bagian 38 (Memori)

147 17 8
                                    

Halo, gaiss!!!!

Gimana kabarnya hari ini? Semoga teman-teman sehat selalu yaaa...

Maaf ya baru bisa next lagi, tugas bikin puyenggg pemirsa, padahal udah stock part masih aja lupa buat update saking puyengnya 🙏🏻

Sebelum lanjut baca, aku mau bilang 'terima kasih' untuk kalian yang sudah mau baca cerita ini.

Terima kasih juga karena sudah vote, komen, dan simpan cerita ini ke perpustakaan kalian.

Ci sayang kalian semuanya 🖤

🍃🍃🍃

Tidak tahu mana yang lebih menyakitkan. Mencintai seseorang pengidap philophobia atau mencintai seseorang penganut berbeda agama.

***

Shella berjalan menuju kamar putranya dengan membawa sebuah kotak yang cukup besar. Isi kotak itu baru ia temukan pagi ini dari gudang rumah mereka.

"Agas, Bunda boleh masuk gak, Nak?" tegur Shella dari balik pintu.

Tanpa banyak bicara, Agas yang tengah memanjakan tubuh di atas kasur pun membukakan pintu untuk sang bunda. "Ada apa?" tanyanya.

Shella langsung menyelonong masuk ke dalam kamar Agas dan meletakkan kotak besar yang dibawanya di atas lantai. "Bunda minta maaf atas segala hal yang terjadi belakangan ini, Bunda udah ngaku kalau Bunda salah ke media dan Bunda gak peduli kalau reputasi kita hancur nanti," jelas Shella.

Sebenarnya, Agas sudah tahu itu semua melalui berita-berita viral yang tersebar di media sosial. Tapi ia baru mendengar sang bunda berbicara langsung kepadanya seperti saat ini.

"Semua orang pasti pernah buat salah, Bun. Agas udah maafin Bunda kok," jawabnya dengan datar.

Shella tersenyum tipis. "Ini ada kotak yang isinya kenangan kamu sama Cia dulu," cetus Shella kemudian.

Agas mengernyit. Ia sudah cukup lama mencari semua barang-barang itu. "Bunda dapat dari mana?"

"Selama ini barangnya Bunda simpan di gudang, dan Bunda pikir kamu mau lihat semua kenangan itu lagi."

Agas tidak menjawab ucapan Shella, ia hanya menatap kotak di hadapannya dengan senyuman miring dan perasaan yang aneh sekali. Bisakah ia membuka semua memori itu lagi, memori istimewa nan indah yang pernah ada di dalam hidupnya bersama seorang Agacia.

"Oke, kalau gitu Bunda mau istirahat ya, Good night," pamit Shella pada putranya yang masih terdiam saja.

Begitu Shella keluar dari dalam kamarnya, Agas mengangkat kotak itu dan menyimpannya di atas kasur. Walaupun akan merasa aneh akan semua barang-barang di dalamnya, hati kecil Agas tetap saja penasaran dengan isi kotak itu.

Perlahan, tangannya pun mulai membuka penutup kotak berwarna biru tua itu. Begitu terbuka, kumpulan rekaman yang berbentuk kaset terpampang jelas di hadapannya.

Tidak hanya itu saja, ia juga melihat sebuah kantong plastik kecil yang berisi stik es krim di dalamnya. Saat kecil, Agas dan juga Cia memang sengaja mengumpulkan stik es krim yang selalu mereka beli sepulang sekolah.

Saat kecil, Cia selalu berkata, "Jangan dibuang Agas, ini untuk kenang-kenangan. Kenangan kalau kita makan es krim waktu kecil."

Agas yang selalu menuruti kemauan Cia hanya mengiyakan keinginan gadis kecil itu. Dan ternyata, kini semua itu benar-benar hanya sebuah kenangan.

Kini tangan Agas memegang beberapa buah kaset yang ia ambil dari dalam kotak dan membawanya menuju meja belajar. Setelah laptop-nya menyala, Agas pun memasukkan sebuah kaset ke dalamnya.

AGASTYA [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang