Bagian 19 (Luka)

271 37 17
                                    

Halo gais, hari libur lagi niii

Dah lah langsung aja kali ya, happy reading ✨

Jangan lupa vote dan komennya gais💓

🍃🍃🍃

Tak apa. Aku hanya sedikit terluka. Tapi, luka itu datang di saat luka sebelumnya masih menganga.

***

Laki-laki bernetra hijau itu merupakan Sakti Sambara. Hari ini ia merasa merupakan hari yang paling panjang dalam hidupnya. Bagaimana tidak? Lagi-lagi ia harus beradu argumentasi bersama gadis bijak dan cerdas bernama Agacia di ruangannya sendiri.

Dengan langkah yang lunglai ia membuka pintu kamar Yasa dan melemparkan tasnya ke sembarang arah. Setelah itu ia menjatuhkan tubuhnya ke atas bean bag di samping Athaya.

"Kenapa lo?" tanya Athaya tanpa menoleh sedikit pun. Laki-laki itu terus fokus pada layar televisi yang terhubung pada play station 5 milik Yasa.

Sakti membenarkan posisi duduknya menjadi tegak. Mulutnya siap memaki gadis yang sudah membuatnya kesal itu. "Gebetan lo anjing! Keukeuh banget sama pendiriannya sendiri, di kata susunan acara dia paling bagus apa?"

Athaya tersenyum miring. "Kenapa dia? Berani lawan lo? Ya baguslah anjing, biar OSIS sekolah gak hancur di tangan lo," timpalnya.

"Bangsat lo ya! Bukanya bela gue malah bela orang gak jelas kayak dia," kesal Sakti.

Yasa tidak mau menggubris obrolan kedua temannya, laki-laki ini memang lebih suka menyimak setiap obrolan yang ada dan berbicara seperlunya saja.

"Dari pada lo ribet mikirin si Cia, mending lo bantu gue mikir," suruh Athaya.

Sakti mengangkat kepalanya sekilas, seolah mengiyakan ucapan dari Athaya.

"Lo bantu gue cari orang buat ke puncak minggu ini, suruh dia mata-matai si Agas sama si Cia, kalau lo mau suruh mata-matai si Azalea juga," jelas Athaya.

Sakti berdecak dengan senyuman. Hal seperti itu merupakan tugas yang sangat gampang untuknya. "Nanti gue suruh si Rafa aja, gampang..."

"Rafa? Mantan si Azalea? Lo gak salah?" Kali ini Yasa mengeluarkan suaranya. Ia tidak habis pikir mengapa sahabatnya itu menyuruh mantan dari gebetannya sendiri untuk melakukan pekerjaan tersebut.

"Iya, kenapa?"

"Lo gak bego kan?" celetuk Yasa, "Kalau semisal si Rafa sama si Aza balikan di puncak gimana?"

Sakti menggeleng. "Gak lah, gak mungkin. Gue yakin si Azalea udah terlanjur sakit hati sama sifat si Rafa."

"Terserah lo dah," timpal Athaya yang tidak mau pusing memikirkan rencana itu. Laki-laki ini memang selalu ingin tahu hasilnya saja dalam segala hal.

***

Cia terus mengubah posisi tidurnya ke kanan dan ke kiri sedari tadi. Ia mencoba untuk mencari posisi yang nyaman agar bisa tertidur dengan pulas. Matanya terus melirik ke arah jam dinding dan juga jam digital kecil di sampingnya. Hatinya terus berharap bahwa kini sudah pukul 6 pagi.

Karena tidak kunjung merasa nyaman, akhirnya Cia pun memutuskan untuk meminum susu terlebih dahulu di dapur. Kali saja kandungan asam amino triptofan yang berada di dalam susu bisa membuat dirinya menjadi nyaman.

Saat berjalan melewati kamar orang tuanya, Cia tidak sengaja melihat Danela yang masih terjaga di dalam. Dengan hati-hati, gadis itu pun mendorong pintu kamar tersebut untuk menghampiri sang mama.

AGASTYA [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang