Bagian 24 (Sisa Kekacauan)

208 31 21
                                    

Halo semuanyaaaa

Maaf ya baru bisa update lagi

Sebelum baca part ini jangan lupa untuk vote dan komen yaaaaaaa

🍃🍃🍃

Sekarang ini mungkin terasa sangat sulit. Tapi percayalah, semuanya akan cepat membaik.

***

Suara ketukan tongkat dengan dasar ubin terdengar semakin jelas di telinga Cia. Tanpa menoleh, ia sudah tahu bahwa itu merupakan Danela yang tengah berjalan ke arahnya.

Cia masih benar-benar marah pada Danela soal kejadian beberapa hari yang lalu. Jadi gadis ini enggan menoleh ke arah sang mama.

Danela menarik kursi yang ada di samping Cia dengan susah payah dan duduk di atasnya. Setelah duduk, wanita ini mengeluarkan 3 buah kartu dari dalam sakunya.

"Ini punya kamu, tadi sebelum Papa pergi kerja Mama udah bujuk Papa buat kembalikan semua fasilitas kamu lagi," ucap Danela sambil menyodorkan kartu-kartu itu pada Cia.

"Mama tau kan kalau aku lagi marah sama Mama?" tanya Cia.

Danela mengangguk. "Mama minta maaf sayang, waktu itu Mama pengin banget ngobrol sama Papa dan Mama gak tau harus ngobrol apa," jelas Danela.

"Mama kan bisa cari topik yang lain, karena Mama bilang kalau Cia mau keluar dari OSIS, Papa jadi pukul Cia pakai rotan, Ma," cicit Cia.

Danela menarik salah satu lengan putrinya dengan lembut. "Mama benar-benar minta maaf sayang, kamu mau kan maafkan Mama?"

Cia hanya terdiam, ia ingin sekali memaafkan mamanya saat itu juga. Tapi di sisi lain ia masih tidak mengerti mengapa mamanya tidak langsung minta maaf padanya saat kejadian itu terjadi.

"Gak perlu jawab sekarang, Mama juga kalau jadi kamu pasti bakal marah kok," ucap Danela sebelum meninggalkan Cia kembali.

***

Azalea berjalan tergesa menuju kelas dengan sebuah paper bag kecil di tangannya. Nuansa hati gadis itu sedang dibuat bimbang sejak tadi malam. Terutama setelah pertemuannya dengan Rafa yang terjadi di sebuah kafe kecil dekat rumahnya.

"Cia, ini ada titipan buat lo." Begitu memasuki ruang kelas, Azalea meletakkan paper bag itu di atas meja Cia dan langsung duduk di bangkunya.

"Dari siapa?" tanya Cia penasaran.

"Kak Agas, katanya sih dari bundanya. Tapi gue yakin kalau dia bohong," terang Azalea.

Nada suara Azalea terdengar sangat beda, kali ini gadis itu tampak lebih ketus dari biasanya. Di tambah lagi wajah masamnya yang membuat ketiga sahabatnya yang lain saling bertanya-tanya.

"Lo kenapa, Za? Something happened?" tanya Cia mewakili yang lain.

Azalea menyeringai. "Something always happens."

"Za, kita serius. Lo kenapa?" Kini giliran Kana yang bertanya pada Azalea.

Azalea membuang napasnya berat dan berdecak kecil. "Tadi malam gue janjian sama Rafa di kafe dekat rumah, gue butuh penjelasan soal apa yang dibilang Kak Gavin waktu itu," ujar Azalea mulai bercerita.

"Ya ampun, Za. Kan Kak Gavin udah bilang kalau kita harus hati-hati," ungkap Talisa mengingatkan.

"Gue cuman mau tau, Sa! Gak salah kan?"

Kana berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju meja Azalea. Kemudian gadis itu pun duduk di atasnya. "Terus lo dapat jawaban?" tanyanya.

Azalea menggeleng. "Dia bilang, kalau dia bakal ada dalam bahaya seandainya gue tau semuanya."

AGASTYA [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang