Haruto merasakan goncangan di sekitarnya. Langkahnya terombang ambing di trotoar gelap yang kini tengah ia lewati. Hingga ia merasa mual dan tak tahan ingin memuntahkan semua yang ada di dalam perutnya itu. Sebuah semak semak terlihat di dekatnya, ia pun kemudian memuntahkannya disana.
"HOEKK!!!"
Karena saat ini ia merasa lemas dan pusing, akhirnya ia tak kembali melanjukan jalannya. Tubuhnya kini tergeletak di jalanan gelap yang sepi. Di pinggiran jalan ia berusaha membuka ponsel di sakunya.
"Haruto?" Seseorang yang datang tersebut nampak membawa sekantung plastik berisi camilan di tangannya.
"Junkyu?Aaaa Junkyu dateng!!! Gua pusing. Bawa gua pulang ayok!!!" lagi lagi, Haruto memeluk pinggang seseorang yang berdiri di hadapannya tersebut, sama seperti Asahi sebelumnya.
"Gue bukan Junkyu, Haru. Gua juga gatau rumah lo." Ucap orang tersebut yang kemudian sedikit tersenyum karena Haruto memeluknya sebelum kemudian membalas pelukan tersebut.
"Aaaaa Junkyu. Ayok, kita pulang!!!!"
"Gua bukan-"
Haruto berdiri dibantu Jeongwoo dan menunjukkan jalan ke rumahnya.
Haruto menyeret tangan Jeongwoo sampai ke kamarnya. Kemudian ia mendudukkan Jeongwoo di pinggiran kasur. Sampai saat ini, ia masih mengira Jeongwoo adalah Junkyu. Saat ini jeongwoo merasa ini adalah lampu hijau baginya. Ia tak percaya kini tengah berada di ruangan pribadi milik Haruto bahkan tanpa disengaja. Benar benar di luar dugaannya.
"Junkyu, hari ini lo gak bisa kemana mana." Ucap Haruto ngelantur.
"Haruto, gua bukan Junkyu." Karena Haruto memeluknya erat seperti ini, jantungnya benar benar terasa ingin meluncur ke perut.
"Haruto, ini Jeongwoo. Bukan Junkyu." Lagi lagi Jeongwoo menjelaskan jika dirinya bukanlah Junkyu.
"Ga adil kalo cuma Junkyu yang bisa dapetin dia. Malam ini, Haruto milik gua. Lo pikir gua siapa Jun.? Haha... Gua PARK JEONGWOO."
Jeongwoo melepas dekapan Haruto. Ia menyentuh dagu Haruto dan mendekatkan wajahnya. Namun sebelum ciuman itu terjadi, sebuah teriakan seorang wanita terdengar dari lantai bawah, membuat Jeongwoo panik dan segera menjauhkan dirinya dari Haruto. Bagaimana jika orang itu adalah anggota keluarganya? Ia memikirkan bagaimana cara ia akan menjelaskannya.
"Utooo!!! Kok ada sepatu asing? Kayanya bukan punya Junkyu." Teriak Hara dari lantai bawah.
'Junkyu? Kenapa Junkyu?' batin Jeongwoo.
"Uto? Uto?!"
Karena Haruto tak kunjung menjawabnya, Hara memutuskan untuk menghampiri adik lelakinya itu di kamarnya. Ia berpikir mungkinkah Haruto gantung diri atau menyayat tangannya sendiri? Atau bahkan dibunuh?
"Uto! Kamu gapapa kan didalem?! Aku masuk ya!" Teriak Hara sembari menggedor pintu kamar tersebut.
Hara melihat Haruto yang sedang terbaring lemas di ranjangnya. Namun, ia melihat sosok lain di samping adik lelakinya. Awalnya ia pikir itu Junkyu, namun ternyata lelaki itu berkulit sedikit lebih coklat. Berbeda dengan Junkyu yang memiliki kulit putih cerah.
"Eung? Siapa ya?" Tanya Hara penasaran.
"Aku Park Jeongwoo, temennya Haruto." Balas Jeongwoo.
"Haruto kenapa?" Lanjut Hara. Nadanya sangat mengekspresikan kecemasannya saat itu.
"Tadi, aku ketemu dia di jalan. Dia mabuk berat." Jelas Jeongwoo.
"Hah?! Mabuk?! Dasar bocah bandel. Makasih banyak ya, Jeongwoo. Kalo kamu ga anterin dia pulang gatau deh gimana nasibnya." Hara cukup berterimakasih kepada Jeongwoo.
"Ah, ini bukan apa apa."
Rasa ingin menjalin kedekatan dengan Hara semakin membara di hati Jeongwoo, berharap ia juga bisa lebih dekat dengan Haruto nantinya.
"Gue yakin, kakaknya ini pasti bakal ceritain ke Haruto gimana dia bisa pulang, dan Haruto juga bakal berterimakasih sama gue. Dan, itu semua berlanjut sampe Haruto jadi sepenuhnya milik gue" pikirnya.
Disisi lain, Junkyu tampak memasuki rumah tersebut dengan seporsi besar tteokbokki di tangannya. Ia akan mengajak Hara dan Haruto makan bersama malam ini. Namun di pintu masuk, ia dikejutkan dengan sepasang sepatu yang pernah ia lihat sebelumnya. Sayangnya ia lupa tentang pemilik sepatu ini. Namun, ada apa dia datang kemari?
"Kak Hara! Haruto! Junkyu bawain tteokbokki nih. Makan yuk!" Teriak Junkyu memanggil semua orang di dalam rumah tersebut. Hara kemudian keluar dari kamar Haruto, diikuti seseorang di belakangnya.
"Park Jeongwoo?" Ucap Junkyu lirih.
"Ah iya. Haruto tepar dikamarnya. Jadi kita makan cuma berdua. Jeongwoo mau ikut makan? Gapapa kan Junkyu?" Tawar Hara.
"Gapapa kak, aku pulang aja." Tolak Jeongwoo dengan muka masamnya.
"Kalo gitu, hati hati di jalan, ya." Ucap Hara kemudian.
Melihat Junkyu dibawah sana, Jeongwoo merasa gerah dan ingin segera mengambil hati Haruto secepatnya. Bagaimana Junkyu bisa sedekat itu dengan kakak Haruto Sedangkan ia tidak?! Mengapa?! Atau mungkinkah ia tinggal disini bersama mereka?!
"Aku pamit ya kak." ucap Jeongwoo sebelum kemudian melangkahkan kakinya menuruni puluhan anak tangga dengan perlahan.
"Kenapa Junkyu seberuntung itu? Kenapa bukan gue?! Harusnya gue yang pantas di posisi dia!" batin Jeongwoo tanpa melepaskan tatapan kesalnya pada Junkyu.
"Kak, kenapa Jeongwoo kesini?" Tanya Junkyu setelah Jeongwoo pergi.
"Katanya, Uto mabuk dan pingsan di jalan. Dia akhirnya yang bawa Uto pulang. Anak bandel memang." Jelas Hara.
"Mabuk?! Kenapa bisa mabuk?!" Tukas Junkyu panik.
"Aku juga gatau. Mungkin diajak temennya." Balas Hara kemudian.
"Kalo gitu, Junkyu naik dulu ya kak. Kak Hara makan tteokbokkinya duluan juga gapapa." Junkyu segera berlari ke arah kamar Haruto. Entah mengapa, ia merasa kesal karena Haruto mabuk sebelum waktunya.
Setelah mandi, Junkyu membawa bantal dan sebuah selimut ke ruang tengah. Ia berniat tidur di sofa malam ini. Ternyata, masih ada Hara disana yang tengah memencet mencet remot untuk mencari channel tv yang menarik. Dan rupanya, Hara belum memakan tteokbokki itu hingga mendingin.
"Kak Hara belum makan? Itu udah dingin loh." Ucap Junkyu.
"Hmm, aku nunggu kamu sih. Bentar deh aku panasin dulu." Hara beranjak, kemudian memasukkan tteokbokki tersebut ke dalam microwave dan menunggunya beberapa saat. Setelah itu, ia kembali duduk berdekatan dengan Junkyu.
"Kenapa kamu bawa selimut kesini?" Tanya Hara sembari meniup tteok yang masih panas.
"Gapapa, Junkyu cuma sedikit kesal aja. Menurut kak Hara, kenapa dia mabuk?" Tanya Junkyu balik.
"Gatau juga, sih. Padahal aku udah melarangnya dari dulu." Balas Hara.
"Apa ini gara gara Junkyu ya? Mungkin aja dia terganggu sama keberadaan Junkyu yang merepotkan disini." Pikiran buruk itu tiba tiba terlintas di benaknya.
"Kenapa kamu berpikir seperti itu, Junkyu? Kalau kamu tahu, tiap hari sebelum kamu pulang, dia selalu cerita apa yang terjadi sama kamu di sekolah. Bahkan, dia berterimakasih sama aku karena pindahin barang barang kamu ke kamarnya. Dia kelihatan lebih bahagia setelah kamu tinggal di sini, Junkyu. Percaya deh." Jelas Hara.
Junkyu tersenyum tipis dan Hara menyadari itu.
"Eh, Haruto udah mandi belum ya? Bisa ga kamu bantuin dia mandi? Masa iya aku yang mandiin. Malu lah..."
"Hah? Kak... Yang bener aja"
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Don't Like Him [HARUKYU]
FanfictionYou really make me fine, Haru HARUKYU JAESAHI HOONSUK BXB