Sepeninggal Hara dari kelas sastra Jepang tersebut, Junkyu memberi tahu Doyoung jika ia harus segera pergi. Doyoung yang hanya mengangguk tak paham itu membiarkan Junkyu pergi. Junkyu berlari mengejar Hara yang kini tengah berjalan menuju kantor.
"Kak Hara!" Panggil Junkyu dari kejauhan. Berharap Hara akan berhenti dan berbicara dengannya. Semua orang melihat Junkyu mengejar Hara itu berbisik entah apa yang mereka bicarakan.
"Kak Hara, boleh bicara sebentar?" Tanya Junkyu kemudian.
"Junkyu? Oh iya, boleh boleh." Hara menyetujuinya dengan mudah.
Mereka berjalan ke arah cafe kampus bersamaan. Dalam perjalanan, keduanya hanya terdiam dan merasa canggung satu sama lain. Setibanya di tempat tujuan, segera Junkyu mencari topik yang tepat untuk apa yang harus dibicarakan saat ini.
"Gimana kabar Kak Hara?" Ucapnya.
"Aku baik baik aja Junkyu. Kamu sendiri?" Tanya Hara balik.
"Yaa... kaya yang Kak Hara lihat sekarang." balas Junkyu dengan senyumannya. Terlihat jelas, Junkyu hidup dengan baik selama ini.
"Sejak kapan kak Hara pindah ke Korea?"
"Baru baru ini aja sih sebenernya, aku lanjut studi di Jepang sebelum kerja disini."
"Kalo boleh tau, apa Haruto juga ikut kesini?" Pertanyaan yang barusan Junkyu lontarkan sedikit mengubah ekspresi Hara menjadi panik.
Junkyu tak mendapat jawaban apapun dari Hara. Sebaliknya, Hara hanya meminum minumannya dengan elegan. Junkyu kemudian menunduk dan tersenyum palsu.
"Tapi, kabar dia baik baik aja, kan?" Tanya Junkyu kemudian.
"Iya, dia baik baik aja, Junkyu. Oh iya, sekarang kamu tinggal dimana?"
"Aku tinggal di apartemen deket sini, kak."
Satu jam kemudian, Junkyu merasa cukup untuk berbicara dan kemudian pamit pulang. Lebih tepatnya, ia pamit untuk bekerja di sebuah bar yang cukup jauh dari tempat tinggalnya. Lelaki itu terlihat menyebrang ke arah halte bus dan menaiki bus yang tiba tak lama setelahnya. Melihat Junkyu telah pergi dengan busnya, Hara kemudian membuka ponsel dan mengetik sebuah pesan kepada seseorang.
'Kamu bisa keluar sekarang'
.
.
.Malam ini Junkyu tampak sibuk melayani para pelanggan yang datang siri berganti. Namun karena kecerobohannya, ia tak sengaja menabrak seorang lelaki yang berbadan sedikit lebih tinggi darinya. Alhasil, gelas yang semula berada di tangannya itu terjatuh dan pecah. Tanpa melihat orang tersebut, Junkyu segera menunduk beberapa kali dan meminta maaf pada pelanggan tersebut karena mengganggu kenyamanannya. Ia segera membereskan pecahan gelas tadi sembari menjongkok.
Dengan sedikit gemetaran ia mengambil perlahan pecahan gelas tadi di lantai. Tanpa ia sadari, sejulur tangan nampak menahan tangannya untuk berhenti.
"Hati hati, bahaya." Ucap orang tersebut. Junkyu mendongak. Ia terkejut setelah melihat siapa yang datang.
"H-Haruto?" Ucapnya terbata bata.
Haruto tersenyum, kemudian membantu Junkyu membereskan pecahan gelas tadi dengan diam. Mereka berdiri, dan Junkyu mempersilahkan Haruto duduk di kursi barnya.
Dengan wajah penuh gairah itu, Haruto mengamati Junkyu yang terlihat mempesona menyajikan koktail disana. Rekan Junkyu kemudian menyuruhnya untuk beristirahat, karena memang sudah saatnya. Kesempatan yang bagus untuk bertemu sapa dengan Haruto, atau mungkin hal yang lainnya?
Dengan penuh ketidaksabaran, Haruto segera menarik lengan Junkyu setelah lelaki itu melepaskan celemeknya. Junkyu terkejut dan tercengang, bingung dengan suasana itu.
Haruto membawanya ke kamar mandi bar. Kemudian mengunci pintu setelah mengetahui tidak ada seorangpun didalam sana selain mereka. Haruto mendudukkan Junkyu di wastafel kamar mandi dan melumat bibir lelaki tersebut ganas. Junkyu yang masih tak mengerti itu hanya membalasnya dengan hal yang sama. Lumatan itu turuh ke leher Junkyu dan ia menarik rambut Haruto.
"Ahhh..."
Tangan Haruto yang nakal itu mulai masuk kedalam tshirt putih Junkyu dari bawah. Junkyu yang merasa geli itu tak kuat menahan desahannya. Lumatan Haruto kembali ke bibir manis itu, namun tangannya pindah ke bagian milik Junkyu.
"Haruto! Jangan disini" tukas Junkyu sebelum terlambat. Haruto tersenyum miring sebelum kemudian berbisik di telinga Junkyu.
"Sesuai permintaan lo"
Lelaki itu menyeretnya pergi dari kamar mandi ke lantai dua bar tersebut. Dimana memang terdapat kamar Hotel yang tersedia disana.
Haruto yang memegang sebuah cardlock di tangannya itu kemudian segera membuka pintu dan mendorong pundak Junkyu hingga menabrak dinding kamar tersebut. Tidak ada penolakan dari tubuh maupun pikiran Junkyu. Ia hanya mengikuti permainan Haruto malam ini, entah apa yang akan terjadi pada dirinya nanti.
Haruto kembali menyatukan belah bibir mereka kasar, membuat suara kecupan kecupan terdengar begitu renyah. Junkyu kemudian melingkarkan tangannya ke leher lelaki tersebut. Perlahan, mereka berjalan ke arah ranjang.
Dengan tenang, Junkyu mulai melepas jas hitam yang Haruto kenakan dan melemparnya ke lantai. Tangan nakal Haruto juga mulai menghempas tubuh Junkyu ke ranjang empuk itu. Lagi lagi, ia memainkan permainan bibirnya pada bibir Junkyu tanpa ampun. Kecupan kecupan itu beralih tempat ke lehernya.
Haruto yang tampak tak sabar itu melepas sabuk dari pinggangnya. Disusul Junkyu yang kemudian melepas tshirtnya dan melemparnya ke sembarang arah.
Haruto yang melihatnya tersenyum miring dan kembali menautkan bibir mereka. Lelaki yang berbaring di bawahnya itu mulai membuka kancing kemejanya satu persatu.
Dengan tatapan sayunya, Junkyu membuka matanya karena ia merasakan sesuatu yang aneh di bagian lehernya. Rupanya, Haruto telah menerbitkan sebuah kissmark disana.
"Junkyu... Gua laper." Dengan tangan yang menopang tubuhnya tepat dia atas tubuh lelaki manis itu, Haruto dengan smirknya sedikit menakuti Junkyu.
"Laper itu harusnya makan, bukan disini." Gurau Junkyu.
"Tapi santapan gue ada di depan mata tuh." Balas Haruto.
Junkyu tersenyum miring dengan tatapan sayu dan keringat yang mengalir melalui pelipisnya.
"Lalu, sampai kapan Haru bakal liatin Junkyu kaya gitu? Junkyu harus kerja." Guraunya lagi.
"Belom juga apa apa."
Haruto nampak tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Setelah menghapus air mata Junkyu, ia mengambil sebotol wine dan meneguknya cepat. Ia juga menyimpan di dalam mulutnya. Bukan untuk ditelan, namun akan disalurkan melalui mulut Junkyu.
"Glek!" Suara tegukan itu terdengar di tengah keheningan mereka.
"Hmm, ini jauh lebih manis" bisik Junkyu tepat di sebelah telinga Haruto. Ia bangkit dari posisi tidurnya dan duduk berhadapan dengan Haruto dengan jarak yang cukup dekat. Mereka bertatapan, hingga Haruto mengelus rambut Junkyu dengan perasaan yang bahagia. Akhirnya setelah menunggu selama ini mereka kembali bertemu.
Junkyu melingkarkan tangannya ke pinggang Haruto kemudian memeluk lelaki tersebut dengan tulus. Ia mendengar dengan jelas kini Haruto tengah berdebaran, sama seperti dirinya.
"Boleh gue lanjutin?" Tanya Haruto pasrah. Junkyu mendongakkan kepalanya menatap mata Haruto yang sudah liar itu.
Kini, Junkyu yang memulainya lebih dulu. Ia menarik leher Haruto melumat mulut lelaki itu dengan lidahnya sembari menarik tubuh itu perlahan hingga posisi mereka kembali seperti sebelumnya. Sedikit terkejut, namun Haruto merasa tak ada masalah dengan Junkyu jika ia melakukan itu sekarang.
"Lo yakin tentang ini? Gua ga akan kasih kesempatan untuk lo berubah pikiran, Junkyu."
"Haru berisik. Diam dan lakukan aja!"
Satu persatu pakaian yang menutupi keduanya terlepas dari tempatnya. Mereka berserakan di lantai dan merasa sedang tidak dibutuhkan.
"Haru, ada yang lupa"
"Apa?"
"Kond-"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Don't Like Him [HARUKYU]
FanfictionYou really make me fine, Haru HARUKYU JAESAHI HOONSUK BXB