belalang dari mana?

263 14 1
                                    

Rabbani! seorang remaja yang sedang berkutat dengan pulpen yang ia genggam di atas meja belajar. Disebut bodoh pun tidak juga. Ia pandai dalam pelajaran sejarah, tapi sangat alergi dengan Matematika! seperti sekarang ini, ia berperang dengan angka kuadrat.

"ahhh capee PJJ teruss, materi kaya gini mana bisa masuk ke otak kalo ga dijelasin langsung" Keluhnya.

Pagi itu, ia sendirian dirumah. Ayah dan ibunya pergi bekerja, sementara ia harus belajar secara daring dari jam tujuh pagi sampai jam dua belas siang. Walaupun sering mengeluh, ia termasuk anak rajin yang setia membuka buku. Setelah belajar selesai, biasanya ia akan bersantai membuka media sosial atau memasak sesuatu yang aneh, Seperti gula Squid Game misalnya.

"aduhh ya Allah hapus corona nya dongg aku mau ke arab ketemu cogan cogan mancung!"

Begitulah, Rabbani sangat mengidolakan orang timur tengah, bukan hanya karena banyak pria tinggi bermata lentik. Itu karena dia sangat mengidolakan Rasulullah, dan ibunda nya selalu menceritakan kisah Rasul sedari kecil.

Beberapa detik kemudian, ia tersadar dengan tingkah konyolnya. Tak jarang tiba-tiba ia memukul kepalanya sendiri karena berkhayal bertemu cogan Arab.

"yaAllah jangan risih sama aku yaa, tapi kalo mau di kabulin Alhamdulillah banget" Gumamnya sambil mengadah ke langit-langit kamar.

"aduhh udah deh ah kerjain ihhh" gerutunya tidak jelas.

Tinggg
notif dari ponselnya berbunyi.


from jihan:
heyy minta catatan ips dongg!



Rabbani tak membalas pesan dari sahabat sekaligus tetangga nya itu, ia malah membalas pesan itu di dalam hati, "otw"

Langsung saja ia memakai hijab bergo hitam sambil membawa catatan yang Jihan minta.
Rumah sahabatnya itu hanya berjarak satu belokan komplek saja, sangat dekat, satu sekolah pula.

"Assalamualaikum" Rabbani sudah sampai di rumah Jihan, seusai mengucapkan salam ia tidak menunggu jihan datang, tapi langsung membuka gerbang dan melengos masuk ke dalam rumah. Mungkin terlihat tidak sopan, tapi mereka ini sudah sangat dekat sekali. Keluarga mereka saja saling mengenal seperti saudara. Jika ada acara tertentu, keluarga mereka akan berkumpul.

"JIHAANN!! INI CATETANYA YA! DI MEJA DAPUR!! AKU MAU LANGSUNG PULANG. ASSALAMUALAIKUM GAISS!" teriak Rabbani dari lantai satu.

"NAIK DONG SINII" balas Jihan dari atas menggema ke seluruh rumah.

"GAK AH MALES! MALES NAIK TANGGA"

"IHH AKU JUGA MALES TURUN KEBAWAHH"

"YEHH MASIH UNTUNG AKU NYAMPERIN! HARUSNYA KAMU YANG KE AKU! KAN KAMU YANG BUTUH"

"YAUDAHH MAKASIH YAAA WA'ALAIKUMSALAM" balas Jihan.

"TELAT JAWAB SALAM NYA!" saut gadis itu sambil pergi meninggalkan rumah sahabatnya.

Sepanjang perjalanan, ia bersenandung ria. Rabbani menikmati suasana pagi di komplek rumahnya yang cukup damai. Tidak sengaja saat bernyanyi, matanya disilaukan sinar matahari yang memantul dari kaca spion motor yang terparkir.

"aduhh apa ini kenapa bandung sekarang panas si? wahh pemanasan global nih! gimana jadinya ya kalo aku tinggal di Arab? wahh gosong dong kulit aku! nanti perjuangan skincare scar*et ku sia-sia" Ucapnya berbicara sendiri sambil menutup matanya mencegah cahaya pantulan tadi mengganggu pandangan.

Rabbani mempercepat langkahnya agar cepat sampai rumah. Dan sesampainya di rumah bukanya melanjutkan tugas, tapi dia menyalakan TV sambil memakan es krim. Kutarik kembali saat mengatakan ia adalah anak rajin.

"nyam nyamm grrr seger banget Alhamdulilah"

Es krim vanila cup itu pun habis dalam sekejap, Rabani kebingungan karena camilan di rumah secara tidak sadar sudah habis. "duhh makan apa yak?" ia kebingungan sambil membuka semua lemari dapur. Padahal, nasi di dalam rice cooker belum di gali sedikitpun. Rabbani melirik benda itu sekilas.


"ah engga ah bosen nasi terus" ia cemberut, lalu otak nya pun mengeluarkan lampu hitam.

"ohh iyaa bikin cimol ahhh yang pedes" Ia merasa menjadi anak yang paling cemerlang, padahal ia cari mati! makan makanan pedas di pagi hari dengan perut kosong?

hmm katanya panas,tapi makan yang pedes gimana si!

"gimana aku dong!"


✨✨✨




"Assalamualaikum! wah bikin apatuuu" sapa ibunda dari ruang tamu. Pas sekali saat ia pulang, cimol buatannya sudah siap.

"Waalaikumsalam, nihh bikin cimoll" segera rabbani menyalami punggung tangan ibunda dengan hangat sambil membawa semangkuk cimol.

"mauu dongg sini sinii"

Mereka makan bersama sambil menonton series kesukaan nya di ruang TV, ibunda nya bahkan belum sempat membuka sepatu. Mereka menonton dengan khusyuk dengan mulut yang mulai terbakar cabai. Mereka tertawa satu sama lain saat melihat bibir yang tiba-tiba membesar merah.

Selesai sudah cimol itu habis, mereka mulai mengerjakan kegiatan masing-masing, Rabbani melanjutkan tugas, dan ibunda pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri. Diluar tentu banyak virus, ia tak ingin membawa virus untuk keluarganya dirumah.

Saat Rabbani menaiki tangga, tiba-tiba telinga nya berdenging kencang. "aduh duh, Allahuakbar kenapa ini?" telinga itu berdenging hanya beberapa detik saja. Suara itu hilang dengan sempurna, ia kebingungan tapi memilih untuk dihiraukan. Saat lanjut menaiki anak tangga, tiba-tiba ada belalang besar hinggap di pundaknya.

"Aaaaaaa!! Astagfirulahh ihhh jijikkkk!!" histeris Rabbani sambil menepuk nepuk pundaknya. Tanpa disadari, kakinya tidak berpijak dengan benar hingga kehilangan keseimbangan.

GEDEBUGGGG

Gadis itu jatuh dan terguling dari tangga yang cukup curam dan tinggi. Tidak mungkin dia baik-baik saja.

Suara tubuh yang terjatuh itu mengagetkan ibunda nya dari dalam kamar. "Inalilahi rabbaniii! kenapa?!" teriak ibunda sambil berlari kecil keluar kamar.

Terlonjak kagetlah ibunda saat melihat putri semata wayangnya tergeletak di lantai dengan darah yang keluar dari belakang kepalanya.

"YA ROBBII, PUTRII IBUUUU!!"

Sayup-sayup Rabbani mendengar suara ibunda nya yang histeris. Lama kelamaan suara disekitar nya menghilang dan suasana menjadi gelap.







































Petualangan dimulai....










































4/9/21

RabbaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang