berlalu cepat

44 7 1
                                    

"tidak bisa!"

"aahh aku sangat bosan, mana mungkin aku berada di arab tapi tidak berkeliling dan diam di rumah saja? paman Asad ayolahh tolong izinkan!"

"kau kan akan menuruti permintaan ku kan Atha!" pinta Rabba begitu memaksa. tentu saja mereka menolak permohonan itu. pasalnya terlalu berbahaya dan mereka tidak ingin mengambil resiko.

"kau tidak lihat mereka tidak mengizinkan?aku tidak bisa berbuat apa apa" ucap Atha pasrah.

"tidak rabba! kami tidak akan mengambil resiko" ucap Sa'ad.

"tapi paman, aku sangat bosan dan ingin mengenal negri ini" Rabba sangat ingin berkeliling. matanya berkaca kaca memohon belas kasihan ketiga pria itu.

"hey kau sudah pernah ke pasar kan?" hibur Atha

"apa itu pasar? pasar kalian berdebu" maki Rabba karna kesal.

"sembarangan! memang berpasir bodoh!"

"kenapa tidak di bersihkan?dasar jorok!"

"kau coba saja sapu semua tanah berpasir negri ini! sampai mati"

"setidaknya buat aspal!!"

"aspal?" bingung Atha.

"ughhh batu!" kesal Rabba karna ia merasa malas untuk menjelaskan. "sudahlah, aku pasrah!" ucap Rabba lalu berlalu meninggalkan ketiga pria itu dengan muka masam, dan jangan lupakan kaki nya yg ia hentakan berlalu memasuki kamarnya.

"bagaimana ini?" tanya Asad karna merasa tidak enak pada Rabba. dan mereka pun sadar kalau Rabba pasti bosan setengah mati dan ingin melihat hal baru. tapi bayangkan! sekali ia keluar selalu saja terjadi hal hal aneh dan membahayakan. bahkan konyol yg membuat mereka sakit kepala!

"kurasa tak ada salahnya, kita akan melindungi nya kan?" tanya Atha karna sejujurnya ia sendiri pun ingin bepergian.

"entahlah, aku merasa ragu" ucap Sa'ad dengan badan yg ia sandarkan pada dinding.

"akupun sama" ucap Asad ikut menyenderkan punggung nya pada dinding.

"ayolah! kalian berbadan besar dan seluruh kota ini mengenal kalian! apa yg di takutkan?"

"hey! kau pikir mudah mendampingin bocah gadis sepertinya? bahkan lebih mudah membunuh daripada berada di samping nya" ucap Asad mengeluh.

"kejam!" bisik Atha dan ikut pula bersandar pada dinding. kini mereka bertiga sedang sama sama berfikir untuk mempertimbangkan.

"kalau begitu, membunuh yg mengganggu Rabba mudah kan?" tanya Atha antusias karena telah menemukan kata kata yg pas untung menekan Asad.

"setelah membunuh, akan berurusan dengan penjaga, setelah itu dengan kerajaan, lalu di adili, dan Rabba di temukan oleh mereka, Rabba di tangkap, lalu berpisah dengan kita, sangat mudah ya?" tanya Asad menyela Atha dengan nada sombong.

"sungguh sulit!" keluh Atha menghela nafas.

"sudahlah kita turuti saja kali ini. bawa dia ke tempat banyak buku. apakah dia suka membaca?" ucap Sa'ad mempertimbangkan. "disana pun tak terlalu ramai, cukup sepi dan dia dapat belajar agar tidak bodoh. apakah dia bersekolah?"

"melihat sikap nya, tentu dia tak bersekolah" ucap Asad dengan enteng.

"hey apa kalian lupa dia dengan mudah menggambar peta!" ucap Atha kesal.

wajah mereka pun cemerlang!
"benar! bawa dia saja segera dan suruh ia terus membaca buku agar menjadi pintar!"
ucap Asad semangat!

benar!!















































"WAHH LUAS SEKALI!" ucap rabba sangat gembira melihat tumpukan buku buku tebal di dinding. dan terlihat sangat indah dengan susunan nya yg rapi dengan warna coklat hitam memenuhi ruangan. sangat klasik!

"bacalah semua buku ini agar tidak bosan! dan tidak menjadi bodoh!" ucap Atha meledek.

"aku lebih pintar dari kau, kalau saja ke zaman ku. kau pasti murid sd kelas 1" maki Rabba sambil terus berjalan menelusuri setiap rak rak buku itu. dan ia pun tersadar sesuatu

aduhh aku ga ngerti bahasa arab! kalo ngaji dan baca aku bisa tapi ga bisa translate!! sial sial sial!! percuma doang!

melihat Rabba yg berhenti dan menunduk Sa'ad bertanya "ada apa?"

"a-aku tidak bisa membaca"

"hahh??!" ucap Asad dan Atha bersamaan.

"maksudku aku bisa membaca, tapi tak akan mengerti. aku berbeda bahasa,ingat kan?"

"kau tiba² dapat bicara bahasa kami, mungkin membaca dan mengerti pun akan mudah" ucap sa'ad menenangkan berusaha optimis, jika tidak perjalanan mereka membawa Rabba sejauh ini akan sia sia.

"nah! benar! aku akan coba!"

Rabba mengambil buku asal asalan dan membacanya. Rabba membaca satu baris dan ia merasa mengerti di hati nya lalu bertanya.

"apakah baris ini mengatakan 'ribuan bintang mengubur ku?'" tanya Rabba.

"nah! benar!!" jawab Asad semangat!

"ayo baca semua ruangan ini!!"
ucap Atha sedikit berteriak.

Sa'ad menepuk lembut kepala Rabba lalu berlalu berkeliling ruangan mencari buku yg akan ia baca juga. tak terkecuali Atha dan Asad mereka pun membaca.
lalu duduk bersama sibuk dengan buku nya masing masing hingga melupakan waktu.

begitulah hari hari berikutnya. Rabba tak pernah merasa bosan. ia terus semangat membaca buku disana. hal yg sangat menarik baginya dan unik tentang buku disana. wawasan nya tentang negri itupun meluas.
Sa'ad sangat bijak membawa Rabba ke sana. kalau Rabba tak bisa berkeliaran dan berkelana di negri ini. biarkan lah otak dan imajinasi nya yg berkelana membawa Rabba ke dunia nya sendiri.

ketiga pria itupun sama sekali tak pernah merasa bosan menunggu Rabba yg asyik membaca buku sambil tersenyum. bagi mereka hanya seperti ini lah yg bisa ia berikan pada Rabba.

setiap pagi setelah sarapan, Rabba selalu menarik narik baju Sa'ad meminta membawanya ke perpustakaan. dan tak pernah ia tolak. Sa'ad merasa senang membuat Rabba senang. mata nya yg menyipit membuat Sa'ad merasa tenang.

bagi Rabba, membaca buku membuat menenangkan hati nya yg sangat rindu akan keluarga nya. riuh di kepala nya teralihkan saat membaca buku dan ia dapat merasa tenang. walaupun tidak bisa menutupi kerinduan nya yg begitu amat besar, tapi setidaknya buku adalah penenang nya hingga ia dapat kembali.

tapi kini pikirannya berganti, "apakah aku rela meninggalkan mereka?" mereka adalah orang² baik di keluarga Atha. mereka semua sudah seperti keluarga baru nya. sudah berapa bulan ini? 4? atau 5? atau hampir setahun lamanya?
sungguh tak terasa waktu berlalu. Rabba takut jiwa nya menetap di sini dan tak bisa kembali. tapi sisi lain Rabba pun tak ingin kembali. tapi ia tahu Rabba harus kembali.

keluarga disini sudah sangat dekat! Sa'ad seperti ayah nya. ia memiliki kasih yg besar untuk Rabba. Atha menjadi sahabat baik Rabba dan selalu menghiburnya. Asad menjadi sahabat dewasa yg selalu membuat Rabba merasa aman. Abia selalu membuat Rabba merasa nyaman,bagaikan ibunya sendiri.

memikirkan itu semua Rabba selalu sakit kepala! apa yg harus ia lakukan? menunggu sampai kapan? apakah sampai menjadi wanita dewasa? apa kabar orang tuaku di sana? apakah mereka baik baik saja?

"RABBA BANGUN!!"

Rabba tersentak lalu membuka matanya dan melihat Atha di sebelah nya sedang membungkuk mencoba membangunkan Rabba yg tertidur di atas meja dengan buku yg terbuka.

"ayo kita pulang, matahari akan turun"

Rabba menggaruk mata nya dan segera bangkit dengan muka nya yg masih mengantuk. saat keluar ruangan, disanalah terlihat Sa'ad dan Asad sudah menunggangi kuda nya bersiap pulang.

"apa kau masih terlalu mengantuk?" tanya Sa'ad peduli.

"iya! mataku berat" ucap Rabba lesu dengan mata nya yg berkaca kaca habis menguap.

"naik kuda bersamaku saja, kau bisa melanjutkan tidurmu. kudamu biar Atha yg mengurusnya" ajak Sa'ad lalu turun dari kuda dan menggendong Rabba menaiki kuda nya. Rabba duduk di depan Sa'ad dan menyenderkan tubuhnya, melanjutkan tidur nyenyak nya.

RabbaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang